Aku duduk tercenung di kursi tamu dengan hp yang sejak tadi dalam genggaman tanganku
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lebih, tapi suamiku masih juga belum pulang. Berkali-kali aku menghubunginya, tapi tak ada satupun pesanku yang dibacanya, bahkan panggilan pun terabaikan
Dan kembali perkataan mas Dedi siang tadi mengganjal hatiku. Berarti sekian bulan ini mas Rafli telah membohongiku
Jika dia tidak DL, lantas kemana dia? Apalagi dengan tiket ke Bali yang aku temukan kemarin malam. Ditambah dua tahun ini mas Rafli selalu pulang malam. Padahal aku tahu jam kantor bubar itu jam empat sore
Kepalaku memanjang melihat keluar, kali saja mobil suamiku pulang. Tapi yang ada hanyalah suara motor yang sejak tadi lewat
Aku sudah beberapa kali menguap, tapi kantuk yang menyerang selalu aku lawan, aku tak ingin ketika mas Rafli pulang aku ketiduran dan aku akan kena marah lagi olehnya. Jadi walau ngantuk aku berusaha melawannya
Dan yang paling penting, aku ingin menanyakan kemana saja dia seharian ini, sampai dia selalu pulang malam
Tidak mungkin dia lembur, karena aku tahu kantor pemerintahan itu tidak ada lembur sampai malam, berbeda halnya dengan perusahaan swasta
Dooor dooorrr dooorrr!!!!
Seperti terkaget aku segera membuka mataku, dan segera menurunkan kaki dari sofa dan setengah berteriak menjawab panggilan mas Rafli
"Ketiduran lagi??!"
Aku tak menjawab bentakannya, aku segera menutup kembali pintu dan mensejajari langkahnya yang berjalan cepat menuju kamar
"Mas aku mau tanya!" ucapku menarik tangannya
Mas Rafli menoleh kemudian menghentakkan tangannya kemudian melanjutkan langkahnya kembali
"Mas kemana saja, kenapa selalu pulang telat. Dan tiap pulang selalu marah-marah?" tanyaku yang terus mengikutinya masuk ke kamar
"Nggak usah bawel, aku capek!" jawab mas Rafli sambil melepas seragamnya dan kemudian melemparkannya ke wajahku
"Mas, aku istri kamu. Jadi aku berhak tahu mas kemana saja seharian ini. Jam kantor itu bubar jam empat sore mas. Nggak ada kantor bubar malam seperti ini!"
Mas Rafli memutar badannya, menatap tajam ke arahku. Dan aku bergeming dalam posisi berdiri ku, tidak berniat memungut baju seragam yang tadi dilemparkannya padaku
"Keluar kamu!!!"
Aku menggeleng
"Aku bilang keluar, keluar!!!!" kali ini nada suara mas Rafli kian meninggi
Bukan hanya bentakan tapi diikuti dengan dorongan kasar
"Ini kamar aku juga mas. Mas nggak berhak ngusir aku dari kamar ini!" aku menjawab tak mau kalah
"Oh, jadi begitu?. Oke, aku yang keluar dari kamar ini kalau begitu!" mas Rafli menjawab dengan santai sambil mendorong bahuku dengan bahunya ketika dia berjalan melewati ku
Aku sedikit terhuyung akibat tabrakannya, tapi aku segera menegakkan tubuhku kembali dan kembali mengejar mas Rafli
"Mas kita harus bicara. Aku nggak mau masalah kita semakin runcing. Lagian mas kenapa sih makin hari makin aneh?. Kalau aku ada salah, bilang. Biar aku bisa memperbaiki diri aku"
Mas Rafli menghentikan langkahnya, kemudian dia membalik badannya dan kembali menatapku dengan tajam
"Kesalahan kamu adalah kenapa kamu jadi istri aku!!!"
Mulutku ternganga mendengar jawaban kasarnya, tanganku yang menggantung hendak memegang tangannya mengambang di udara. Air mata segera mengalir tanpa bisa aku mencegahnya
"Menikah dengan kamu adalah kesalahan terbesar dalam hidup aku. Perempuan mandul!!!" tambah mas Rafli dengan pelan namun penuh penekanan
Tubuhku oleng, aku segera jatuh terduduk di lantai. Aku segera memegangi dadaku yang terasa sakit, dan aku langsung menangis kencang tanpa suara
Sementara mas Rafli segera masuk ke kamar depan, dan segera menutup pintunya dengan kasar
JEGGGAARRRR!!!!
Suara pintu kamar yang dibantingnya dengan keras tak mengalahkan betapa hancur berkeping-keping nya hatiku saat ini
Aku masih betah di tempatku, meringkukkan tubuh di lantai sambil menangis. Lantai sudah basah dengan air mataku. Bahkan rambutku pun sudah kusut masai bercampur dengan air mata
"Minggir!!"
Aku tak bereaksi ketika mas Rafli melangkahi tubuhku ketika dia berjalan ke arah belakang
"Sudahlah Ra, kamu nggak usah nangis. Jika kamu tidak kuat lagi, kamu bisa ajukan gugatan ke pengadilan"
Aku makin membekap mulutku dengan kedua tanganku ketika mendengar pernyataan santai mas Rafli yang berdiri di belakang tubuhku
"Aku cuma ingin tahu mas, mas kemana saja belakangan ini. Apa itu salah?" tanyaku dengan suara serak
Mas Rafli berjongkok, di tariknya tubuhku agar aku bisa duduk berhadap-hadapan dengannya
"Kamu tidak perlu tahu aku kemana. Karena itu bukan urusan kamu!"
Aku mengusap kasar wajahku, menghapus air mata yang sejak tadi tak berhenti mengalir
"Kerja kamu, kamu urus sendiri. Nggak usah ngurusin hidup aku. Seperti yang aku bilang tadi, jika kamu tidak kuat. Kamu bisa menggugat ke pengadilan"
"Segampang itu mas, mas bicara"
Mas Rafli tersenyum menyeringai
"Jujur aku bosan Ra pulang ke rumah. Di rumah ini sangat sepi, cuma ada kamu sendirian yang aku lihat selama bertahun-tahun. Dan itu sangat membosankan untukku, aku muak!!"
Aku menunduk, dan kembali air mataku mengalir
"Tapi mas kan tahu bagaimana perjuanganku selama ini. Dokter Aldo juga bilang jika aku sehat"
Mas Rafli mendecak, bangkit dan pergi meninggalkanku sendiri yang hanya bisa menatap kepergiannya dengan pilu
"Aku yakin kamu ada perempuan lain mas. Karena itulah kamu bosan sama aku" lirihku
...----------------...
Sejak malam pertengkaran kami kemarin, hubungan ku dengan mas Rafli kian dingin. Mas Rafli masih pulang larut malam, dan aku masih selalu menunggu kepulangannya, bahkan nyaris selalu ketiduran di sofa
Tidak ada lagi bentakan tiap mas Rafli masuk ke rumah. Yang ada kami saling diam, kemudian masuk ke kamar masing-masing. Dan itu terus berlanjut hingga hari ini
"Kamu kok pucat sekali Ra?" tanya Reni ketika kami makan bersama di ruang istirahat
Teman yang lain ikut menatap ke arahku dan mengangguk setuju
"Mungkin kurang darahku kumat lagi" jawabku dengan terus mengunyah makananku
"Periksa Ra, bahaya loh" sambung yang lain
"Sudah, dan ada kok pil penambah darah"
Reni tersenyum dan menggenggam tanganku ketika aku menjawab
"Kalau butuh cuti, aku bisa kok bilang sama bos" tambahnya
Aku segera menggeleng
"Aku sehat Ren. Aku nggak sakit. Kurang darah dengan istirahat, makan kambing, minum susu, nanti bakal pulih lagi kok" kilahku
Reni mengangguk dan aku memasang senyum kearahnya
Hingga hari ini terlewati dengan sempurna olehku walau berkali-kali aku duduk mengatur nafas ketika aku melayani nasabah
Okta dan Tika yang juga teller, yang berdiri tepat di kanan kiriku berkali-kali menoleh dengan mimik khawatir ketika mereka lihat aku seperti keletihan
"Biar antriannya pindah ke kami saja Ra" ucap mereka ketika untuk kesekian kalinya aku duduk mengatur nafas dengan tangan gemetar
Aku menggeleng, dan terus berusaha profesional hingga akhirnya pekerjaan hari ini selesai
"Kamu yakin bisa pulang sendiri?" tanya Reni ketika kami sudah berada di parkiran
Aku menganggukkan kepalaku
"Telepon suami kamu aja Ra, minta jemput sama dia" jawab Okta
"Nggak usah. Kelamaan kalau nunggu suami aku" elak ku
"Yakin??" raut wajah Reni masih tak yakin mendengar jawabanku
Aku mengangguk mantap
"Ya sudah, kami iringi dari belakang ya?" kembali Reni ngotot
"Nggak usah Ren. Kan jalur kita beda" tolak ku
"Tuhan...., kenapa sih Engkau memberiku seorang teman yang keras kepala?" ucap Reni frustasi
Ucapan Reni malah kami jawab dengan terkekeh, terlebih aku. Aku paling kencang tertawanya
"Aku baik-baik aja kok" ucapku merangkul bahunya
Reni melengos, sambil memutar matanya dengan malas dia mendekap ku
"Kabari kami jika kamu sudah sampai rumah"
Aku mengangguk kearahnya, kemudian aku segera duduk diatas motorku. Kami saling memberi klakson ketika kami semua akhirnya bubar dari area parkir khusus karyawan
Berkali-kali aku mengelap peluh dingin yang membanjir di keningku. Bukan hanya keningku yang mengeluarkan keringat dingin, telapak tangan ku pun turut basah
Karena dadaku kembali sesak, aku menepikan motorku. Mengusap-usap dadaku, kemudian mengelap peluh di kening dengan punggung tanganku
"Cayo Rara.... Kamu kuat, kamu kuat, kamu kuuaatttt!!!!" ucapku menyemangati diriku sendiri
Kemudian aku kembali menghidupkan kontak motor setelah mengatur nafas terlebih dulu, dan kembali melanjutkan perjalananku menuju rumah
Tiiiiiiinnnnnnn.....!!!
Gubraaakkkkk.....!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments