Aku hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalaku ketika aku membaca panggilan video yang masuk bertuliskan “Mama Sayang”
“Siang sayang……” sapa Arash sambil melambaikan tangannya
Dan aku benar-benar iri mendengarnya
“Papa, kapan papa pulang? Katanya pulang kemarin kok sampe hari ini belum sampe rumah. Adek kangen sama papa”
Aku tanpa sadar tersenyum ketika mendengar suara anak. Dan aku yakin jika yang sedang melakukan video call sama Arash adalah anak bungsunya
“Iya papa minta maaf sayang ya……, Pekerjaan papa belum selesai. Tapi papa janji, malam ini papa pulang. Papa juga kangen banget sama adek”
Dan lagi-lagi aku tersenyum mendengar suara Arash yang berubah manja juga
“Janji ya pa?”
Arash mengangguk, dan mengangkat dua jarinya
“Sarang hae papa…..”
“Sarang hae juga anak cantik papa….”
Terdengar suara tawa, aku yakin bukan hanya anak gadis Arash yang tertawa, tapi ada suara tawa istrinya
“Gimana keadaan orang yang papa tabrak?” kali ini suara perempuan dewasa, dan aku yakin sekali jika itu suara istrinya Arash
Arash langsung menatap ke arahku, dan aku menggeleng cepat, tiba-tiba saja aku merasa khawatir
“Baik ma. Dia cuma dirawat semalam, sore kemarin sudah pulang. Dan hari ini orang tersebut juga sudah menutup kasus tabrakan tersebut di kantor polisi”
Aku menghembus nafas lega, karena sedikitpun Arash tidak menyebut namaku, bahkan dia menutupi kasus yang sebenarnya
“Syukurlah kalau begitu pa. papa pulangnya hati-hati ya. Kalau capek, besok aja pulangnya. Pulang malam-malam bahaya”
“Iya ma, siap”
“Nggak boleh, papa pulangnya sekarang pokoknya!!!” terdengar teriakan anak gadis Arash, dan tak lama terdengar suaranya menangis. Dan aku lihat jika wajah Arash menegang mendengar teriakan anaknya
“Iya papa pulang hari ini juga. Nanti jam dua atau jam tiga papa pulang” ucapnya panik, berharap jika anaknya akan berhenti nangis
Terdengar jelas olehku bagaimana istri Arash membujuk anaknya yang masih mengamuk
“Iya papa sudah bilang kalau papa bakal pulang sore ini dek, adek jangan nangis lagi…..”
Kembali sudut hatiku berdenyut hebat ketika mendengar suara istri Arash yang berusaha membujuk anaknya
“Ya Tuhan, aku ingin seperti dia…..” batinku sambil membuang muka
“Pa, minta Ardi nganterin papa beli oleh-oleh ya?”
Kali ini suara istri Arash berubah manja, dan aku menangkap Arash mengembangkan senyumnya sambil mengangguk. Kemudian Arash kembali memanggil nama anaknya dan kali ini anak gadisnya diam, dan kembali Arash berjanji jika dia akan pulang dengan membawa banyak oleh-oleh untuk gadis tersebut yang membuat gadis kecil tersebut kembali mengucapkan kalimat sarang hae papa
Selesai itu Arash langsung meletakkan hp nya kembali di sebelah piring dan dia menatap ke arahku sambil tersenyum
“Aku harus pulang Ra sore ini. Kamu nggak apa-apakan aku tinggal?”
Mulutku ternganga dan aku bengong menatap kearahnya yang langsung terkekeh
“Aku suka lihat ekspresi wajah kamu” ucapnya sambil terus terkekeh. Dan aku kembali cemberut
“Setelah ini kita ke bengkel, ambil motor kamu. Kayanya suami kamu tadi marah waktu nelepon, iya kan?” lanjut Arash sambil minum dan aku hanya menelan ludahku, berusaha menutupi kelakuan suamiku di depannya
“Aku bisa ambil sendiri kok mas. Tinggal mas sebutin aja nama bengkel nya”
Arash menggeleng
“Biar Ardi aja yang ambil, kamu temani aku beli oleh-oleh”
Belum aku mengiyakan, Arash sudah berdiri dan segera mengambil tanganku dan menggenggamnya erat
“Mas….!” Sergahku
Arash menoleh dan tersenyum
“Takut kamu pingsan lagi, makanya aku pegangin”
Aku menggerutu mendengar jawaban klisenya
“Ayo, kalau nggak jalan, aku pegang lagi tangannya”
Aku segera berjalan takut mendengar ancaman Arash, sedangkan Arash berjalan di depanku dengan cepat
“Ardi, kamu ambil motor kemarin. Kamu tahukan tempatnya?”
Aku hanya bisa menoleh kearah Arash ketika kami sudah duduk dalam mobil
“Iya, sore ini aku pulang. Sudah clear semuanya. Rara tidak menuntutku, dan sekarang dia ada sama aku” kemudian terdengar Arash tertawa
Melihatnya tertawa aku kembali memasang wajah masam.
“Kok cemberut?”
Aku diam tidak menjawab pertanyaannya, melainkan pura-pura membuka hp
“Ardi yang ambil, dan aku juga meminta dia untuk antar ke rumah kamu”
“Nggak usah” cegahku cepat
Sepertinya Arash keras kepala, buktinya dia tidak mempedulikan ucapanku. Dia langsung saja menjalankan mobil dan memberitahuku jika dia tahu tempat jualan oleh-oleh disini. Dan aku mengiyakan saja, tidak ingin berdebat dengannya
Di tengah perjalanan, nafasku tiba-tiba sesak. Dan nafasku langsung seperti orang ngos-ngosan. Dengan cepat aku mengurut dadaku, berusaha membuka kaca jendela agar udara masuk. Arash yang sedang menyetir menoleh ke arahku
“Kamu kenapa Ra?” nada suaranya seperti panik
Aku tidak menjawab, aku masih berusaha mencari nafas banyak-banyak
“Kamu asma?” tanyanya lagi
Dan aku kembali tidak menjawab, aku segera memiringkan badanku, memejamkan mata dan terus mengurut dadaku. Ternyata Arash menepikan mobil, dan dia dengan cepat menarik bahuku
“Wajah kamu pucat banget Ra….”
Aku menggeleng, dan melepaskan tangannya
“Kita kerumah sakit lagi” ucapnya dengan langsung menghidupkan mesin mobil
“Nggak usah mas. Aku sudah biasa seperti ini. Nanti juga reda”
“Tapi wajah kamu pucat banget Ra…”
“Aku darah rendah mas, makanya wajah aku pucat”
“Ke rumah sakit lagi ya?” kali ini suara Arash melunak seperti membujuk
Aku menggeleng
“Aku antar kamu pulang saja kalau begitu. Kamu tidak bawa obat kan?”
Aku diam, dan Arash segera melajukan mobil kearah perumahan tempat ku tinggal. Dan sepanjang perjalanan menuju rumah, nafasku sudah teratur dan aku sudah terlihat baik-baik saja
“Aku sudah sehat mas. Kita ke toko oleh-oleh saja”
Arash menggeleng
“Biar sekalian Ardi yang beli” ucapnya
“Aku sudah baik-baik saja mas. Lagian aku akan sendirian di rumah”
Terlihat Arash membuang nafas panjang, menoleh ke arahku dan seakan memastikan jika aku memang baik-baik saja. Untuk meyakinkannya aku menegakkan tubuhku dan tersenyum kearahnya
“Sudah sehat lagi kan?” tanyaku
“Kamu ada asma Ra?”
Aku menggeleng
“Tapi kayanya tadi kamu asma”
“Tapi kata dokter yang periksa aku kemarin aku nggak ada penyakit asma kok mas. Kalau asma kan kumatnya kalau cuaca dingin, atau bisa juga karena salah makan, atau karena asap. Kalau aku nggak, kadang-kadang aja sesaknya”
“Kamu yakin nemenin aku beli oleh-oleh?”
Aku mengangguk, dengan kembali menghembus nafas panjang Arash akhirnya menurut dan memutar kembali mobilnya. Tak butuh waktu lama, akhirnya kami sampai di pusat oleh-oleh, Arash membiarkan aku yang memilih karena dia bilang perempuan jauh lebih mengerti
Dan aku dengan leluasa mengambil semua yang aku suka, tidak berfikir jika nanti anak istrinya suka apa tidak. Dan Arash hanya menganggukkan kepalanya saja setiap kali aku meminta pendapatnya
“Ardi sudah di depan rumah kamu” ucap Arash ketika aku masih asyik mengambil semua makanan
“Hah?” hanya itu komentarku. Kemudian Arash mengulanginya lagi
“Oke kita pulang” ucapku
Aku berdiri di depan meja kasir, Arash di belakangku. Setelah petugas kasir menyebutkan nominal yang harus di bayar, Arash mengeluarkan dompetnya dan memberikannya padaku. Perbuatannya ini tentulah sangat mengagetkan ku, sehingga aku langsung menoleh kearahnya. Karena ku pikir Arash sendiri yang akan memberikan uangnya kepada kasir
“Bayarlah” ucapnya
Dengan canggung aku membuka dompetnya, dan mengambil beberapa lembar uang merah yang ada di dalam sana. Kemudian mengembalikan dompet tersebut kepada Arash
Ada empat kantong besar yang kami terima, dan aku mengulum senyum ketika keluar dari toko oleh-oleh tersebut
“Jangan kapok ya…..” ucapku terkekeh ketika kami memasukkannya ke dalam mobil
Arash ikut tertawa. Kemudian kembali dia membuka pintu bagian depan, mempersilahkan ku untuk masuk
“Mampir ke toko boneka ya mas?”
Arash mengangguk. Dan aku menunjukkan arah padanya dimana toko boneka berada.
“Mas tunggu di mobil saja. Aku cuma sebentar” ucapku ketika Arash akan membuka safety belt di pinggangnya. Sama seperti dirinya yang tadi tidak mendengar jawabanku, aku juga melakukan hal yang sama.
Aku segera masuk kedalam toko boneka, memilih satu boneka beruang besar berwarna pink. Setelah itu aku langsung menuju kasir, dan minta mereka membungkusnya dengan plastik yang bagus, tak sampai sepuluh menit semuanya beres dan aku langsung keluar
Wajah Arash seketika terlihat bengong ketika dilihatnya Rara membawa boneka besar sambil tersenyum-senyum berjalan menuju mobil
“Kasih sama anak gadis mas” ucapku sambil mencondongkan tubuhku ke belakang, meletakkan boneka tersebut ke bagian tengah
“Kamu ngapain sih Ra repot-repot beliin anak mas oleh-oleh”
“Bilang aja kalau yang beli itu mas. Bukan aku” jawabku sambil membetulkan rambutku
“Kalau mas ngomong dari kamu, memangnya kenapa?”
“Ya jangan dong mas. Nanti anaknya kecewa”
“Anaknya yang kecewa apa kamunya yang takut istri aku marah?”
Aku langsung terkekeh mendengar pertanyaan Arash, begitu juga dengan Arash dia juga terkekeh
“Sudah ah, kita kan friend. Jangan aneh-aneh deh mas” ucapku ketika tawa kami berhenti
Arash mengangguk setuju, kemudian dia segera melajukan mobil sambil meletakkan headset Bluetooth ke telinganya ketika ada nada panggilan masuk
“Iya ini kami sudah otw” ucapnya
Aku yakin itu pasti Ardi, karena tadi Arash bilang jika Ardi sudah di rumah ku. Dan setelah Arash selesai dengan teleponnya Arash memberitahuku jika Arash sudah lama menunggu kami. Aku tersenyum dan Arash segera melajukan mobil dengan cepat
“Baru semalam mas ke rumah kami, mas sudah hafal jalannya?” tanyaku tak yakin
Arash mengangguk, dan benar saja ternyata jalan yang ditujunya benar-benar jalan menuju perumahan tempat aku tinggal. Dari jauh sudah kelihatan ada orang di depan pagar rumah kami, duduk di atas motorku
“Mbak…..” sapa orang yang duduk di atas motorku ketika aku turun dan membukakan pagar rumah
Kemudian aku mempersilahkan dua orang pria itu untuk masuk, setelah sebelumnya Ardi mendorong masuk motorku. Setelah mereka berdua duduk, aku ke belakang dan tak lama keluar lagi dengan membawa air dingin
“Ambil obatnya Ra!” ucap Arash ketika aku ikut duduk
Ardi menoleh cepat kearah sahabatnya, lalu bergantian kearah Rara
“Nantilah mas”
“Sudah jam nya minum obat. Ada obat yang tiga kali sehari kan?”
Aku mengangguk
“Ya sudah tunggu apalagi” ucap Arash lagi seperti memaksa
Aku berdiri kemudian masuk kedalam kamar mengambil obatku
“Kamu serius seperhatian itu sama mbak Rara?” tanya Ardi setelah dilihatnya Rara masuk
Arash menoleh dan memandang heran kearah sahabatnya
“Maksud kamu?”
Ardi menggeleng karena dilihatnya Rara keluar. Dan aku langsung mengeluarkan beberapa macam obat kemudian menelitinya yang mana yang tiga kali sehari. Setelah mendapatkan obat tersebut aku segera membukanya satu persatu dan mulai menenggaknya sekaligus
“Semoga cepat sembuh ya Ra….”
Aku mengangguk kearah Arash dan tersenyum kaku
“AKu nggak bisa lama. Perjalanan aku jauh, kalau aku fit enam sampai tujuh jam sampai. Tapi kalau aku banyak istirahat bisa delapan sampai Sembilan jam” ucapnya berpamitan padaku
Aku mengangguk dan ikut berdiri ketika dua pria yang ada dihadapanku berdiri. Aku mengantarkan keduanya sampai depan mobil. Ardi masuk lebih dulu, tapi Arash masih berdiri di dekatku
“Jaga kesehatan kamu ya Ra… kasih tahu aku jika kamu sakit”
Aku terkekeh mendengar ucapannya
“salam sama anak istrinya ya mas…. Makasih untuk semuanya”
Arash mengangguk, kemudian dia mengulurkan tangannya yang langsung aku sambut dengan hangat
“Hati-hati mas….” Ucapku lagi ketika Arash akan membuka pintu mobil
Arash tersenyum dan menganggukkan kepalanya
“Jaga diri kamu baik-baik ya Ra…..”
Aku menganggukkan kepalaku, setelah itu Arash membuka pintu mobil dan masuk. Aku segera mundur ketika Arash menghidupkan mesin mobil, dan berdiri di dekat pagar
“Aku pulang Ra…..”
Aku kembali mengangguk dan melambaikan tanganku kearah Arash yang mengeluarkan separuh kepalanya. Setelah itu mobil Arash benar-benar berjalan, dan aku kembali melambaikan tanganku. Aku masih berdiri ditempatku sampai mobil yang membawa Arash dan Ardi tak kelihatan lagi. Setelah itu, barulah aku masuk kedalam rumah
Sementara di dalam mobil ketika mobil sudah dilajukan oleh Arash, Ardi yang penasaran tidak bisa menahan dirinya untuk tidak kepo
“Kamu baik-baik aja kan Rash?”
Arash menoleh kearah Ardi sekilas dan mendengus sambil tersenyum
“Kenapa?”
“Ingat Rash kamu sudah punya anak istri”
“Maksud kamu?”
“Yaa…., kayaknya ada gelagat aneh deh antara kamu dan mbak Rara”
Arash diam tak menjawab, dia terus fokus saja menatap ke depan tak berniat menanggapi ucapan sahabatnya
“Nggak ada aneh-anehkan Rash?”
Arash menarik nafas panjang, menoleh kearah Ardi dan mengangguk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments