Mas Rafli membuka tudung saji dan dengan cepat menoleh ke arahku ketika dilihatnya tudung saji kosong
"Nggak masak?"
Aku tak menjawab, melainkan dengan segera berjalan ke arah rice cooker, mengeluarkan kuah mie ayam yang tadi aku taruh di sana agar tatap hangat
Kemudian aku mengambil mie yang aku taruh di kulkas, memasukkannya sebentar ke dalam rice cooker agar dinginnya hilang
"Sampai sini jam berapa mas?" tanyaku sambil memasukkan mie kedalam mangkuk
"Pagi tadi, dan mas langsung ngantor"
Aku ber O panjang, memang kulihat tadi suamiku memakai seragam dinasnya.
"Makan aja oleh kamu!" dorong suamiku ketika aku meletakkan mangkuk di depannya
"Loh?" tanyaku bengong
"Yang mau makan mie ayam nggak fresh lagi kaya gini siapa?"
Aku menarik nafas panjang. Kemudian menyingkirkan mangkuk dari hadapannya
"Aku masak saja ya mas?"
"Nggak usah. Mas mau cari makan diluar. Hilang mood mas karena kamu!"
Aku tersenyum getir mendengar jawaban kasar suamiku
"Sudah diminum obatnya?" tanya mas Rafli sambil meraih kunci motor di atas kulkas
Aku mengangguk
"Baguslah. Nggak sia-sia mas selama ini ngasih kamu makan"
Mulutku langsung ternganga mendengar jawabannya
"Mas aku ikut.....!" kejar ku ketika mas Rafli ngeloyor pergi
"Nggak usah, kamu di rumah aja!"
Aku mundur, dan hanya bisa menatap nelangsa pada suamiku yang sekarang sudah duduk di atas motor
"Mas Rafli semakin hari semakin kasar sama aku. Padahal aku sudah berusaha mati-matian melatih diri jadi sabar" gumamku
Setengah jam, satu jam mas Rafli masih saja belum pulang. Mie ayam yang tak jadi dimakan mas Rafli akhirnya aku habiskan
Karena mas Rafli masih tak kunjung pulang, tiket yang tadi aku temukan aku keluarkan dari dalam balik dasterku dan ku amati
"Aku harus bertemu dengan teman sekantor mas Rafli" tekadku setelah sekian lama aku hanya mampu mengamati tiket tersebut
****************
"Astaga" pekikku kaget ketika tubuhku jatuh dari atas ranjang
"Tidur mulu kerjaan kamu!"
Aku segera mengusap kasar wajahku dan duduk dalam posisi benar ketika aku menyadari jika aku terjatuh akibat di tendang oleh mas Rafli
"Kasar banget sih mas" jawabku menahan tangis
Mas Rafli mendengus. Dan masih dengan kasar diambilnya bantal dan dilemparkannya ke arahku
"Kamu tidur kamar depan!"
Aku menatap mas Rafli dengan wajah cemberut mendengar ucapannya
"Mas, aku ada salah ya sama mas?"
Mas Rafli menepis tanganku ketika aku akan menyentuh bahunya
"Sudah, jauh-jauh sana"
Aku menarik nafas panjang, dan duduk di tepi ranjang dengan menatap kosong ke depan
"Mas kecewa karena aku tidak bisa ngasih mas anak?"
Kulihat mas Rafli melengos mendengar pertanyaanku
"Tapi kan kita sudah sejak lama berusaha mas. Dan mas tahu sendiri jika aku itu normal, aku sehat"
"Sudahlah Ra, mas nggak mau bahas tentang kemandulan mu itu"
Air mataku langsung jatuh berderai mendengar kalimat terakhirnya
"Aku tidak mandul mas" jawabku bergetar
"Whatever you say lah Ra. Tapi buktinya memang kamu mandul kan?"
Sakit sekali rasanya mendengar kembali ucapan Rafli. Tapi aku bisa apa. Toh memang selama tujuh tahun ini aku memang belum bisa memberinya keturunan
"Mas aku tidur di sini, ya?" rengek ku dengan suara tertahan
Mas Rafli tidak menyahut, melainkan merentangkan kakinya lebar-lebar hingga aku terpaksa berdiri dan keluar dari dalam kamar kami
Sebenarnya ini bukanlah pertama perlakuan kasar dan tidak manusiawi mas Rafli padaku. Tapi entah kali ini omongannya sangat melukai naluriku
"Bisa tidak sih mas jaga sedikit saja perasaan aku" lirihku sambil menyusut air mata yang terus saja mengalir di pipiku
"Beri aku anak Tuhan. Patahkan omongan orang-orang yang selama ini mengatakan aku mandul" lanjut ku kian pilu
Jadilah malam ini aku tidur berpisah dari suamiku, tidur sendirian sambil menangis dalam diam
Berkali-kali aku memukul dan meremas perutku sambil terus menangis sejadi-jadinya. Berharap dan berdoa dalam isak dalamku, memohon kepada Sang Maha Kuasa agar memberikan aku anak
...****************...
Dengan mata sembab, aku bangun dan memulai rutinitas pagiku. Jam tujuh pagi kudengar suara langkah diseret dan muncul mas Rafli sambil menguap
"Air putih!" ucap mas Rafli ke arahku yang telah menyiapkan gelas berisi air ketika dia muncul tadi
"Kamu menemukan uang aku nggak dalam koper?" tanya mas Rafli lagi yang ku jawab dengan menggeleng
"Kamu kenapa? Nggak punya mulut?" ucap mas Rafli lagi karena memang sejak tadi aku hanya diam
"Aku nggak nemuin apa-apa di koper mas. Aku nggak tahu uangnya ada dalam saku atau dimana, karena tidak aku periksa"
Mas Rafli tampak melengos dan segera berdiri
"Siapkan pakaian dinas sama sepatu ku!"
Aku hanya mengangguk dan menuruti perintahnya dengan segera berjalan ke kamar
Aku menarik nafas panjang ketika melihat seprai berantakan. Setelah menyiapkan pakaian dinas yang dimintanya, aku segera merapikan tempat tidur
"Rara......?!"
Aku melepaskan pekerjaan ku, dan segera berlari masuk ke kamar
"Bukan baju ini goblok!" bentaknya sambil melemparkan baju dinas kuning khaki ke arahku
"Loh, senin selasa pakai baju ini kan mas?"
Tampak olehku mas Rafli membuka lemari dan mengambil sendiri baju dinas yang dikehendakinya
"Sepatu ku sudah disemir?"
Aku mengangguk, dan segera keluar mengambil sepatu suamiku
"Sarapannya sudah siap mas. Aku mau mandi dulu" ucapku sambil segera berlalu dari hadapannya
Tak ada jawaban. Mas Rafli memilih memperhatikan sepatu yang ada di tangannya, kemudian dia segera memasangnya di kakinya tanpa menjawab ucapanku
Di dalam kamar mandi kembali air mataku mengalir. Tapi buru-buru air mata tersebut aku hapus karena aku harus secepatnya mandi agar aku tidak telat ke kantor
"Mana tas yang biasa kamu pakai?"
Aku yang sudah duduk di atas motor menoleh kearah mas Rafli yang telah siap masuk kedalam mobilnya
"Aku tidak kerja di lapangan lagi mas. Sejak kemarin aku jadi teller"
Tampak mas Rafli menaikkan alisnya, kemudian dia segera masuk mobil dan memundurkannya kemudian segera berlalu dari hadapanku
"Ya Tuhan, bahkan untuk mengelus kepalaku saja mas Rafli tidak mau" gumamku getir
Tak ingin terus larut dalam kesedihan aku segera memilih berangkat dan mengendarai motor kesayanganku
Jam istirahat, seperti sudah aku niatkan sejak dari rumah, jika aku harus menemui teman sekantor mas Rafli
Tadi aku sudah janjian sama beliau, dan beliau bersedia untuk aku ajak ketemuan
"Ra.....!" teriak sebuah suara ketika aku celingukan dalam sebuah coffee shop
Aku mempercepat langkahku begitu mengetahui jika yang memanggilku adalah temannya mas Rafli yang sudah ada janji untuk bertemu denganku
"Aku mau nanya ini mas..." ucapku to the point ketika aku duduk berhadap-hadapan dengan beliau sambil menyerahkan tiket yang aku temukan di koper mas Rafli semalam
Tampak pria tersebut memandang tiket yang ada di tangannya
"Ada apa dengan tiket ini Ra?"
Aku menarik nafas panjang
"Mas Dedi DL sama suami aku kan?"
Kening pria yang ada di depanku tampak berkerut, kemudian menggeleng
"Tapi mas Rafli bilang jika dia DL sama mas week end kemarin"
Kembali mas Dedi menggeleng dan meletakkan tiket diatas meja
"Kami sudah lama tidak DL, terakhir DL itu empat atau lima bulan yang lalu"
Mulutku ternganga mendengar jawaban mas Dedi
"Itu artinya.....?" ucapku tercekat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Ayu galih wulandari
Suami model bgt gk usah di pertahanin yg ada mknhati sakit sendiri sdh mendingan tinggalin aja
2024-09-21
1