chapter 19

" Dara," pekik Indira teman sejawat Dara di rumah sakit ini.

" Ini beneran kamu? Kamu habis operasi plastik? Gila,, bule banget"

" Iya ini aku," jawab Dara singkat.

Bukan hanya Indira saja yang terkejut, melainkan beberapa karyawan lain yang sebelumnya sudah mengenal Dara. Mereka mulai mengagumi sosok Dara yang sangat cantik.

" Gila ya!! Dalam sekejap semuanya berubah. Lo yang ternyata keturunan Spanish terus Mas Bima si supir ambulans yang ternyata adalah pebisnis sukses. Rumah sakit ini miliknya coyyy. Gila sih Mas Bima kaya banget berarti,"

Dara tak menampik ucapan Indira. Dirinya memang belum membuktikan secara langsung, namun keyakinannya tentang Bima yang kaya itu memang benar. Bisnisnya bukan hanya rumah sakit aja, ada juga perusahaan besar Adidharma yang baru Dara ketahui dari Indira.

" Indira, aku kok nggak lihat Bu Reni ya? Kemana dia? Apa tidak diberi tahu kalau sekarang sudah bisa masuk kerja lagi?" tanya Dara penasaran karena tidak melihat kepala ruangan yang galak itu.

" Kamu nggak tahu? Bu Reni kan sudah dipecat? Dia memang tidak masuk penjara sih tapi dia ikut terlibat sama kasus yang kemarin. Aku juga nggak nyangka kalau Bu Reni yang bantuin aksi bejat mereka," jelas Indira.

Dara sangat terkejut, ia belum mendengar kabar ini. Pantas saja sejak tadi ia tidak melihat keberadaan Bu Reni selaku atasannya dulu.

" Gais gais, kalian sudah buka ponsel belum?"

" Kenapa Vi?" tanya Indira kepada salah satu temannya yang baru datang.

" Sesuai hasil rapat, ada beberapa posisi karyawan yang berubah. Gua kebagian di ruang ICU. Aduh seneng banget gue," sorak teman Indira dan Dara yang bernama Vivi tersebut.

" Eh masa sih? Dar buruan buka ponsel mu," ucap Indira ikut bersorak.

Semua yang satu ruangan dengan Dara kompak membuka pesan yang dikirimkan oleh atasan. Mereka mulai mengecek nama-nama mereka masuk di bagian mana. Semuanya diubah karena sistem operasi rumah sakit pun juga diubah. Jika dulu rumah sakit tidak menerima pasien dengan asuransi jiwa sekarang rumah sakit tersebut membukanya. Rumah sakit yang sekarang lebih mengedepankan rakyat kelas bawah dan menengah. Ini merupakan salah satu upaya untuk menaikkan citra rumah sakit yang sempat buruk.

" Loh nama ku kok nggak ada di ruangan manapun ya? Aku bertugas dimana nih?"

" Dar coba Lo lihat!! Lo dapat bagian jadi kepala perawat. Tugas lo di ruangan khusus, Lo cuma diperlukan saat rapat pengembangan aja" seru Vivi membaca nama Dara yang tersemat di bagian khusus.

" Aku juga nggak tahu. Seharusnya aku bareng sama kalian," ucap Dara frustasi.

" Gila kamu Dar!! Kamu naik jabatan secepat itu? Salut aku sama kamu," sahut Indira.

####

" Pak Bima," panggil Dara. Tanpa permisi Dara menemui Bima yang tengah mengecek beberapa berkas. Ruangan Bima sangat kecil, sengaja tidak terlalu besar karena bukan di sini tempat Bima akan bekerja. Ia hanya akan mengecek rumah sakit di beberapa waktu, selebihnya ia pasrahkan tugas tersebut kepada asistennya.

" Iya Al, tumben kamu nyamperin aku dulu," ucap Bima masih fokus terhadap berkasnya.

" Mulai besok aku akan kembali ke perusahaan, kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi aku ya. Sekarang kamu yang bertanggung jawab di rumah sakit ini," lanjut Bima lagi.

" Sampai kapan?"

" Maksudnya?" tanya Bima tidak mengerti. Bima masih belum menyadari jika saat ini Dara sedang tidak baik-baik saja.

" Sampai kapan Pak Bima mengatur hidup saya? Ini hidup saya mengapa Pak Bima yang mengendalikan?"

" Kamu ngomong apa sih Al? Tolong berbicaralah yang baik. Bagaimana pun usia ku lebih tua darimu,"

" Kenapa Pak Bima main merubah posisi saya di tempat kerja seenaknya? Semua kehidupan saya diatur sama Pak Bima termasuk posisi di pekerjaan. Saya hanya ingin bekerja dengan nyaman pak," Dara berhasil mengutarakan pendapatnya.

" Kamu ini aneh, naik jabatan kok malah marah-marah. Harusnya kamu senang Al. Ini semua aku lakukan karena aku tahu kamu kompeten,"

" Tapi nanti apa kata orang? Kalau mereka tahu pasti mereka bakal mengira kalau saya menjilat pekerjaan kepada Pak Bima,"

" Peduli apa sama omongan mereka Al. Sudahlah kamu jangan marah-marah terus. Buktikan saja kalau kamu memang mampu menempati posisi itu. Aku akan lebih sering mengurus perusahaan, aku percayakan semuanya kepada mu"

" Tapi saya,,,,,,,"

" Sudahlah, nanti makan siang aku tunggu kamu di mobil ya. Kita makan siang di restoran yang sudah aku pesan "

" Saya tidak mau, saya akan makan siang di sini. Bukankah sekarang ada jatah makan di rumah sakit in?" peraturan baru rumah sakit jika akan mengadakan jatah makan untuk karyawan nya. Sebelumnya memang tidak menyediakan karena demi ke profesionalitas karyawan. Jatah makan siang mereka diganti dengan uang yang setara dengan separuh gaji mereka. Sangat tidak masuk akal, itu semua karena kepala rumah sakit juga melakukan korupsi.

" Tidak ada bantahan Al,"

" Ishhhh," gerutu Dara merasa kesal.

Kini Dara mendapat ruangan baru di rumah sakit. Tugasnya bukan lagi menangani pasien yang sakit, Dara hanya perlu meninjau dan memimpin rapat pengembangan. Ia sebenarnya suka sih dengan ruangan barunya.

" Dara," panggil Indira yang langsung masuk ke dalam ruangan Dara. Hari ini belum ada aktivitas penuh, pasien juga belum ada yang datang jadi karyawan bebas mengeksplor rumah sakit.

" Masuk sini Dira," ucap Dara mempersilahkan Indira untuk masuk.

" Bagus banget ruangan kamu. Ini ya hasil kamu dekat sama Pak Bima?"

" Maksudnya?"

" Semua karyawan sini juga tahu kalau tadi pagi kamu berangkat bareng sama Pak Bima. Cerita sama aku Dar, kamu ada hubungan apa sama Pak Bima?"

" Itu cuma gosip, aku tidak ada hubungan apapun dengan Pak Bima "

" Tidak hubungan apapun tapi langsung naik jabatan,"

" Sudahlah, yuuk makan siang bareng. Kita cicipi makanan rumah sakit ini"

" Namanya makanan rumah sakit juga nggak enak lah Dar,"

" Kan dibedakan antara karyawan sama pasien,"

Indira dan Dara berjalan bersama menuju kantin rumah sakit. Akan ada acara makan bersama untuk pertama kalinya. Mereka diminta untuk mencicipi masakan baru rumah sakit. Selebihnya jika sudah padat beraktivitas, jatah makan akan diantar ke setiap ruangan. Karyawan diharapkan makan di ruangan masing-masing agar lebih tanggap menangani kasus bila terjadi kegawatdaruratan.

" Mas Bima," panggil Indira kepada Bima. Laki-laki itu datang menghampiri keduanya.

" Hai Indira," sapa Bima cukup ramah. Ia tak mengubah sikapnya meskipun dirinya sudah menjadi kaya kembali.

" Mau makan siang di sini?" tanya Indira.

" Tidak, aku sudah ada janji sama Dara buat makan siang di tempat lain. Kamu gabung aja sama yang lain. Aku pergi dulu sama Dara,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!