Chapter 2

" Jadi kamu mau ninggalin ibu Dar?" ucap Bu Yuni dengan raut wajah yang ditekuk.

" Bukan mau ninggalin Bu, Dara ini kan cuma mau pindah tempat kerja. Bukannya bagus buat batu loncatan Dara biar jadi sukses," saat ini mereka sedang berkumpul bersama di ruang keluarga. Pak Ahmad dan Dara rajin menemani Bu Yuni untuk menonton sinetron kesukaannya. Meskipun keduanya tidak suka tetapi mereka tetap menonton karena itu cukup menghibur.

" Terus gimana nanti perkenalan kamu sama anaknya Bu Tati? Ibu mau ngomong apa sama dia,, nggak enak lah Dara kalau kamu tinggal pergi begitu aja," ucap Bu Yuni semakin ditekuk wajahnya.

" Ya itu salah ibu sendiri, kenapa suka banget jodoh-jodohin Dara. Usia Dara kan baru 24, belum tua-tua amat lah Bu,"

" Ya itu kan karena anaknya Bu Tati naksir kamu duluan. Kamu sih anaknya cuek banget. Betah banget jomblo nya,"

" Berarti Dara pinter anaknya Bu. Sudahlah, memang kamu mau berangkat kapan nak?" sahut Pak Ahmad.

" Tadi aku pas baca suratnya bulan depan pak. Doain ya pak semoga semuanya lancar,"

Sembari mengobrol Dara mengemil kacang yang dibeli ibunya di pasar. Ini adalah camilan kesukaan Dara, ibunya pasti sudah hafal karena camilan kacang selalu tersedia di rumah. Memang Bu Yuni adalah ibu terbaik sedunia bagi Dara, bukan Dara saja semua anak pasti merasa seperti itu. Ibu adalah orang terdekat kita, beberapa diantaranya pasti setuju.

" Pak, Bu, Dara ijin masuk kamar ya. Besok pas turun jaga kayaknya Dara mau ke kota sebentar deh. Dara mau survei rumah sakit tempat kerja Dara yang baru sekaligus mau nyari kost-kostan,"

" Besok biar bapak yang antar, sekalian bapak biar tahu tempat kost mu"

" Oke pak,"

Dara pun beranjak dari kursi ruang keluarga. Ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke kamar. Rumah Pak Ahmad memang tidaklah luas, tetapi halaman depan dan belakang cukup untuk dijadikan lapangan sepak bola. Pak Ahmad sendiri memang tidak berniat membangun rumah yang besar, toh mereka kan juga tinggal hanya bertiga saja.

Kamar Dara sendiri terletak di sudut rumah. Kamarnya bertemakan vintage keinginan Dara waktu jaman SMA dulu. Sampai sekarang pun kamarnya masih terjaga karena Dara sering menambahkan koleksi barang-barang antik. Koleksi barang-barang antik merupakan salah satu hobi Dara. Dara dapat dengan mudah mendapatkan barang-barang tersebut karena peninggalan nenek dan kakeknya berupa barang dan juga tanah.

...****************...

Satu bulan kemudian, Dara sudah resmi pindah dari kampung ke kota. Ia diantar oleh bapak dan juga ibunya. Maklum, ini adalah pertama kalinya Dara dan kedua orang tuanya berpisah jadi dengan berat hati mereka melepaskan Dara untuk lebih mandiri.

Usai kedua orang tuanya pulang, Dara kemudian merapikan tempat kostnya. Bersama bapaknya kemarin Dara memilih kost ini. Kost yang dipilih Dara letaknya tepat berada di belakang rumah sakit. Jadi Dara tidak perlu mengendarai motor ataupun kendaraan lain karena rumah sakit bisa dijangkau hanya dengan berjalan.

Kruk kruk, bunyi perut Dara. Sontak Dara langsung memegangi perutnya. Padahal baru saja ia makan siang bersama kedua orang tuanya. Bahkan jarum jam masih menunjukkan pukul lima, perut nya sudah berbunyi kembali.

" Duh jam segini kok lapar ya?" gumam Dara.

Dara memutuskan untuk menunda merapikan tempat kostnya. Hanya tinggal menyusun baju-baju di lemari semuanya sudah beres. Dara pun duduk di pinggiran kasur sembari mengotak-atik ponselnya. Ia mencoba membuka salah satu aplikasi yang menyediakan layanan pesan antar. Ia menggulirkan layar ponselnya ke atas ke bawah mencari referensi makanan yang pingin ia makan.

" Duh kok mahal banget ya ongkirnya? Kalau di kampung kan tinggal metik daun singkong terus direbus jadi deeh lalapan sama bikin sambel. Kalau di sini apa yang bisa dipetik? Hikmahnya?" gumam Dara sembari menimbang-nimbang.

Di kota memang semua tanah rata-rata full dengan bangunan. Seperti di kost Dara, kanan kiri adalah kamar kost yang lain. Mengenai kost an, Dara memilih kost yang isinya khusus perempuan semua. Ini keinginan bapaknya karena tidak ingin Dara salah pergaulan selama di kota.

" Mending cari warung aja deh. Beli nasi bungkus aja biar ngirit," putus Dara akhirnya.

Dara mengunci kamar kostnya sebelum benar-benar ia tinggal pergi. Ini adalah amanah dari bapaknya, katanya apapun keadaannya kalau kost mau ditinggal pergi entah sebentar atau lama harus dalam keadaan dikunci. Bukannya tidak percaya dengan orang tetapi waspada itu perlu, begitulah kata bapak Dara kemarin. Dara pergi ke warung hanya menggunakan cardigan dan juga celana panjang. Menurutnya ini adalah outfit simpel yang ia biasa gunakan untuk bepergian jarak dekat.

Dara menyusuri jalanan yang ramai. Banyak orang lalu lalang salah satunya adalah Dara. Beberapa pegawai rumah sakit yang masih menggunakan seragam juga ada, mungkin sekarang adalah jam pulang kerja mereka.

" Wah aku baru sadar, ternyata rumah sakitnya besar banget" batin Dara.

Dara terus menatap rumah sakit tempat ia akan bekerja yang tinggi menjulang. Sepertinya ada lima belas lantai mungkin lebih. Oh, jangan lupakan halaman rumah sakit yang luas. Dara bisa bayangkan betapa mewah dan canggih nya rumah sakit tersebut. Ia jadi merasa takut kalau-kalau dirinya terlihat norak di depan klien rumah sakit besok.

Duggggg, tiba-tiba saja Dara bertubrukan dengan seseorang. Salahkan dirinya yang terlalu fokus mengangumi rumah sakit sampai lupa dengan jalanan di depannya. Sontak ia pun memegangi kepalanya yang terbentur.

" Awwwwww, duh sakit banget kepala aku" ucap Dara sembari mengusap-usap kepalanya. Ia memandangi orang yang ia tabrak saat ini. Laki-laki berkulit putih dengan tinggi 20 centi di atas kepala Dara.

" Aduh mbak kalau pingin kenalan sama saya jangan pakai trik nabrak-nabrak segala. Kan jadi sakit kepala kita," ucap laki-laki itu.

" Aduh pak saya minta maaf, saya tidak lihat jalan soalnya "

" Iya saya tahu mbak terpesona kan sama kegantengan saya. Makanya nabrak in diri," jawab laki-laki itu lagi. Dara memicingkan mata, begini kah kelakuan asli orang kota itu, terlalu percaya dirinya sangat berlebihan.

" Bapak kok pede banget ya? Tapi ya sudahlah saya kan sudah minta maaf. Saya permisi dulu," ucap Dara memutuskan untuk pergi.

" Eh tunggu dulu mbak. Mbak tidak bisa main pergi begitu saja, mbak harus tanggung jawab " ucap laki-laki itu.

" Tanggung jawab apa pak?"

" Kasih tahu nama sama nomor ponselnya mbak. Nanti kalau kepala saya ada apa-apa nanti saya langsung minta ganti rugi sama mbak," ucap laki-laki itu dan Dara langsung paham dengan akal bulusnya.

" Istighfar bapak, inget anak sama istrinya di rumah. Ya sudah ya saya pergi dulu" ucap Dara langsung ngeloyor pergi. Ia yakin orang di depannya ini pasti laki-laki super modus.

" Eh eh mbak, kalau tidak mau kasih nomor ponsel tinggalin nama aja mbak. Mbak cantik namanya siapa?" ucap laki-laki itu tidak ingin menyerah dan Dara yang tidak peduli.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!