Pulang dari mall, Dara diantar oleh Dokter Angga. Sebelum itu mereka mengantar keponakan dokter Angga untuk les.
" Terima kasih dokter Angga sudah mengantarkan saya sampai kost,"
" Sama-sama. Lain kali kalau kamu butuh teman jalan saya siap kok nemenin kamu. Jangan bepergian sendirian, di kota agak rawan soalnya "
" Rawan apa dok?"
" Rawan penculikan,"
" Saya kan sudah bukan anak kecil lagi dok,"
" Sekarang malah jamannya gadis muda seperti kamu yang jadi sasaran. Mereka menculik gadis muda terus dijual ke om-om senang,"
" Serem juga ya. Makanya lusa saya pulang kampung dok. Daripada di sini sendiri, lebih baik saya pulang " setelah bercakap-cakap sebentar, tak lama Dara berpamitan. Ia mengucapkan terima kasih kembali kepada dokter Angga.
" Dara, tunggu" ucapan dokter Angga menginterupsi Dara yang hendak membuka pintu mobil. Seketika Dara menengok kembali ke arah Dokter Angga untuk bertanya ada apa karena memanggilnya. Bukannya menjawab dokter Angga malah mendekatkan tubuhnya ke arah Dara. Hampir menempel seluruhnya, posisi mereka saat ini sudah seperti orang yang hendak berciuman.
" Kamu belum buka sabuk pengamannya,"
" Oh astaga aku sampai lupa. Maaf ya dok, kalau sama dokter bawaannya gugup terus," ucap Dara kemudian keluar dari mobil dokter Angga.
Hal yang dilakukan Dara tersebut tidak sedikitpun terlewatkan oleh seseorang yang memandanginya dengan intens. Orang itu mengepalkan tangannya sampai urat-uratnya terlihat.
####
Hujan deras mengguyur daerah sekitar tempat kost Dara. Dara merapatkan selimut berniat tidur saja tetapi kondisi perutnya berkata tidak. Saat ini ia tengah merasa lapar. Ingin pergi keluar tidak bisa karena hujan sangat deras ditambah Dara sangat mudah terkena flu. Semua ini terjadi karena stok makanan yang ibunya bawakan dari rumah sudah habis ditambah Dara lupa berbelanja.
" Duh laper banget yaa," monolog Dara kepada dirinya sendiri.
Tokk tok tok,, saat berusaha fokus memejamkan mata terdengar suara pintu kost Dara yang diketuk. Dara penasaran siapa yang mengunjunginya di tengah hujan deras seperti ini. Belum lagi cuaca sedang dingin menambah orang semakin malas untuk bepergian. Tetapi ini tidak, suara pintu kamar kost Dara terdengar begitu nyata. Dara merasa waspada, takut-takut jika yang mengunjunginya adalah perampok.
Dengan segala persiapan, Dara memutuskan untuk membuka pintu kamarnya. Sebelum benar-benar membuka pintu, Dara mengintip dari jendela kaca kamarnya. Terlihat yang mengetuk pintu kamarnya adalah seorang laki-laki bertubuh tegap dengan memakai jas hujan kelelawar dari plastik.
" Maaf ada apa ya?" tanya Dara kini sudah membuka pintu kamarnya. Ia semakin penasaran kalau tidak segera langsung menemui sang tamu.
" Mbak Dara, saya bawakan bandrek. Hujan-hujan begini enaknya minum yang hangat-hangat,"
" Pak Bima?" tanya Dara untuk memastikan sekali lagi jika orang yang berada di depannya ini benar Bima.
" Iya mbak. Saya habis pulang kerja terus kehujanan. Akhirnya saya beli bandrek terus keinget Mbak Dara, ya sudah akhirnya saya beli 2" jelas Bima.
" Pak Bima sudah bekerja lagi?"
" Iya mbak. Saya ikut temen kerja jadi kuli bangunan. Lumayan lah buat tambah penghasilan,"
" Jadi Pak Bima seharian ini bekerja?"
" Iya. Memangnya Mbak Dara nyari saya tadi?" tanya Bima balik dan Dara menggeleng cepat.
Huft,,,, Dara bernafas lega sekarang. Ia pikir yang mengikutinya di mall tadi adalah Bima tetapi ternyata bukan. Mana mungkin seorang Bima mengikutinya? Jelas-jelas penjelasan dari laki-laki itu kalau dirinya sibuk bekerja di tempat kerja yang baru.
" Pak Bima kapan kerja memangnya?" tanya Dara basa-basi.
" Baru hari ini mbak. Ini silahkan dinikmati bandrek nya mumpung masih hangat. Saya sekalian mau pamit,"
Usai menutup pintu kembali, Dara melihat minuman bandrek yang diberikan Bima kepadanya. Jujur ia tidak terlalu menyukai minuman yang berbau jahe-jahean. Tetapi karena cuaca dingin ditambah ia merasa lapar akhirnya Dara pun mencobanya.
" Not bad," gumam Dara setelah menyeruput minumannya.
" Hemmmmm sangat enak," setelah berucap demikian Dara kehilangan kesadaran. Ia pingsan di lantai dengan tumpahan minuman bandrek miliknya. Semua seolah lenyap, hilang pula ingatannya.
####
Flashback......
" Wah Yuni kapan kamu datang? Sudah lama tidak pulang, datang-datang kamu sudah punya anak," ucap seorang ibu-ibu yang sedang berbelanja. Saat ini ibu Yuni sedang berbelanja di pasar dengan Dara kecil yang baru berusia lima tahun. Dara masih malu-malu karena ini adalah pengalaman pertamanya menginjakkan kaki di pasar.
Tampak Dara masih imut dan sudah cantik sedari kecil. Matanya berwarna biru safir ditambah rambutnya juga berwarna pirang. Tidak usah ditebak lama-lama sudah pasti jika Dara adalah keturunan dari etnis Benua Eropa. Berbeda dengan sang ibu yang asli pribumi.
" Ini anak kamu Yun? Kok sudah besar aja?" tanya ibu-ibu tersebut.
" Iya Bu ini anak saya. Aldara namanya,"
" Cantik banget. Mirip orang bule, suami mu masih Ahmad kan?" tanya ibu-ibu seolah mengintrogasi Bu Yuni.
" Iya Bu suami saya masih Mas Ahmad," jawab Bu Yuni.
" Terus kamu hamil sama siapa? Jelas anak itu wajahnya nggak mirip sama kamu dan Ahmad. Jangan-jangan kamu hamil dengan majikan mu ya?" ucap ibu-ibu itu dengan nada keras. Hal tersebut mengundang perhatian orang yang berada disekitarnya. Dara kecil pun ikut takut karena suara ibu-ibu itu yang meninggi.
" Ini anak saya sama Mas Ahmad. Ibu jangan nyebarin berita fitnah," elak Bu Yuni sembari menenangkan Dara kecil yang ketakutan.
" Tanpa kamu jujur pun orang-orang bakal percaya sama omongan saya. Anak perempuan ini bukan anaknya Ahmad," seru ibu-ibu itu.
Tanpa berbicara lebih Bu Yuni menggendong Dara kecil dan berlalu dari pasar. Ia mengabaikan niat awalnya untuk berbelanja. Dengan setengah berlari, Bu Yuni menggendong Dara pulang ke rumah.
" Mas Ahmad, mas Ahmad" seru Bu Yuni memanggil suaminya.
" Ada apa Bu kok lari-larian begini? Kasihan Dara jadi takut lihat kamu juga takut begini. Sebenarnya ada apa?"
" Tadi ada tetangga, dia temen almarhumah ibuku mas"
" Iya terus kenapa? bagus dong kamu jadi bisa silaturahmi sama dia," jawab Pak Ahmad berusaha menenangkan istrinya.
" Iya mas tapi bukan itu yang jadi masalahnya. Ibu itu tahu kalau Dara bukan anak kita. Bagaimana ini mas? Semua pasti curiga sama identitas Dara. Wajahnya nggak terlihat seperti kita yang pribumi, wajah Dara seperti mama papanya yang berasal dari Spanyol," cerita Bu Yuni panjang kali lebar.
Hal yang tidak pernah diperhitungkan oleh Pak Ahmad dan Bu Yuni semenjak pindah kembali ke desa yaitu mengganti identitas Dara sepenuhnya. Mereka mungkin bisa mengatakan jika Dara anak mereka tetapi untuk membuat orang-orang percaya bahwa Dara anak kandung mereka sangatlah sulit. Dara menuruni gen dari ayahnya yang merupakan orang Spanish.
" Mulai sekarang kita cat warna rambut Dara menjadi hitam dan mengatakan kepada orang-orang jika Dara memiliki kelainan warna bola mata. Bapak pernah baca berita katanya ada anak penduduk daerah lain yang memiliki warna biru karena keturunan mereka tetapi masih asli pribumi. Kita buat saja cerita seperti itu Bu," ucap Pak Ahmad memberikan ide.
" Bapak, ibu" panggil Dara kecil ingin diajak ngobrol juga.
" Mulai sekarang Aldara jadi anak ibu sama bapak ya," ucap Bu Yuni dan Dara kecil hanya mengangguk saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments