Chapter 4

" Dara kamu masih single apa sudah menikah?"

" Aku masih single Dir," jawab Dara. Saat ini mereka berdua berjalan beriringan menuju ke parkiran. Rencananya Dara akan pulang diantar oleh Indira.

" Oh berarti masih pacaran,"

" Aku juga belum punya pacar," jawab Dara alakadarnya. Ia memang belum memiliki kekasih sampai saat ini.

" Masa sih kamu nggak punya pacar? Gila, padahal kamu cantik loh," tanya Indira terkejut. Jaman sekarang masih aja ada perempuan yang tidak mau berpacaran.

" Kamu pasti pemilih ya?"

" Tidak lah, memang belum ada aja yang cocok. Pacaran bukan main-main, aku sih pinginnya pacaran sekali nikah juga sekali" jawab Dara kemudian matanya tak sengaja melirik seseorang yang sangat familiar untuknya.

" Itu kan laki-laki kemarin? Jadi dia kerja di sini juga?" batin Dara melihat laki-laki yang bertubrukan dengannya kemarin.

Saat Dara fokus menatap laki-laki itu, tiba-tiba saja pandangan mereka bertabrakan. Laki-laki itu juga memandang Dara kemudian mengeluarkan senyum terbaiknya. Dara termenung beberapa saat karena menikmati senyuman yang sialnya sangat indah itu.

" Dara, kamu lihatin apa sih?" tanya Indira menyadarkan Dara dari lamunannya. Tampaknya Indira paham jika saat ini Dara tengah memandang supir ambulans yang sedang bercengkrama dengan anak magang.

" Oh itu namanya Mas Bima, supir ambulans rumah sakit yang baru kerja satu bulan yang lalu" lanjut Indira memberitahu Dara.

" Kamu kenal sama dia?" tanya Indira lagi.

" Oh tidak, cuma pernah lihat aja kemarin " jelas Dara.

" Jelas sih kalau kamu pernah lihat soalnya dia juga kost di belakang rumah sakit. Mungkin saja kalian tetangga an,"

" Apa? Kok kamu tahu sih?" tanya Dara dan Indira pun hanya tersenyum. Bukannya menjawab pertanyaan Dara, Indira malah membawa Dara mendekati supir ambulans tersebut.

" Hai mas Bima," sapa Indira terlebih dahulu.

" Kenalin temen seruangan aku yang baru. Namanya Dara," lanjut Indira lagi.

" Hai juga Mbak Indira. Nama temennya cakep seperti orangnya. Kenalin nama saya Bima mbak, supir ambulans di sini " ucap laki-laki itu yang ternyata bernama Bima. Ia pun mengulurkan tangan ingin berkenalan langsung dengan Bima.

" Dara," jawab Dara singkat. Dara enggan menjabat tangan Bima karena ia merasa sedikit waspada dengan laki-laki itu.

" Habis turun jaga ya Mbak Indira sama Mbak Dara?" tanya Bima basa-basi mengalihkan perhatian karena tangannya tidak dijabat oleh Dara.

" Iya nih mau pulang sekalian nganterin Dara pulang,"

" Mbak Dara penghuni kost mawar yang baru ya? Saya kost disebelahnya mbak. Kemarin saya lihat Mbak Dara pindahan," jawab Bima tanpa ditanya.

Dara yang melihat itu jadi merasa was-was, bisa-bisanya ia bersebelahan dengan laki-laki yang super modus. Apa jadinya nanti kalau dirinya sering bertemu dengan Bima? Mengingat pertemuan pertama yang menampilkan kegenitan Bima, tidak bisa dipungkiri jika seterusnya bakal begitu.

" Indira kita pulang aja yuk," ucap Dara menarik tangan Indira. Mereka berdua pun berlalu meninggalkan Bima yang berdiri di samping mobil ambulans.

" Kamu akrab sama Pak Bima?" tanya Dara yang kini sudah duduk diboncengan. Indira memang memaksa Dara untuk diantar naik motor.

" Dia masih muda Dar. Jangan panggil pak ah! Dia memang mudah akrab orangnya. Sama siapapun dia emang begitu. Kamu nggak lihat anak-anak magang yang ngumpul,, disitu pasti ada mas Bima"

" Dia orangnya genit ya?"

" Kenapa sih kamu nanyain dia terus? Kamu suka sama dia? Boleh aja kamu suka sama dia, soalnya dia belum nikah. Setahu aku sih masih jomblo juga, nanti aku bilangin kalau kamu memang suka sama dia"

" Ngawur mana ada aku suka sama dia. Kamu jangan mudah percaya, tampang begitu biasanya suka bohong. Siapa tahu aja dia sudah ada istri sama anak di kampung? Dia kan sudah berumur,"

" Kamu tuh yang ngawur. Aku jamin seratus persen kalau dia tuh masih single. Mas Bima itu ganteng tahuuu,, coba deh perhatiin wajahnya! Kebule-bule an kan? Anak magang aja banyak yang naksir kok sama dia,"

Dara terus mendengarkan obrolan Indira tentang Bima. Namun tidak sedikitpun ada rasa tertarik untuk mendengarkan lebih jauh. Memangnya siapa Bima? Bukankah lelaki itu hanya laki-laki super modus yang sering iseng terhadap gadis-gadis cantik.

Hanya beberapa menit, benar saja motor Indira sudah sampai di depan kost Dara. Jaraknya memang dekat, tetapi mereka harus muter jalur karena jalur motor berbeda dengan jalur pejalan kaki yang bisa bebas melewati jalan manapun.

" Terima kasih Indira kamu sudah mengantarkan aku pulang," ucap Dara dengan tulus.

" Sama-sama aku pulang dulu. Sampai jumpa di tempat kerjaan besok," ucap Indira berpamitan kemudian menjalankan motornya menjauhi kost Dara.

Setelah tidak melihat motor Indira lagi, Dara memutuskan untuk masuk ke dalam kost. Badannya terasa lelah karena sewaktu orientasi dirinya harus mengelilingi seluruh penjuru rumah sakit. Jangan salahkan dirinya yang memang sengaja memakai sepatu hak sedang bukannya memakai flat shoes yang seperti biasa ia pakai. Dara sengaja memakai hak sedang karena ingin tampil yang terbaik untuk hari pertama kalinya kerja.

...***************...

Malam hari Dara terbangun karena suara berisik di luar. Dirinya memang sudah tidur sejak sore, jadilah sekarang dirinya terbangun. Malam baru menunjukkan pukul delapan, berarti Dara sudah tidur selama tiga jam. Bukannya bergegas mandi atau mengerjakan pekerjaan lain, Dara malah terpengaruh suara berisik di luar.

Karena penasaran Dara pun keluar setidaknya melihat dengan alibi ingin menyapa tetangga. Bapaknya mengajari Dara untuk senang bertetangga, karena kalau ada apa-apa tetangga pasti nomor satu yang menolong ataupun menggunjingkan kita. Sudah lumrahnya memang dalam hubungan berumah tangga seperti itu.

Krek, bunyi pintu kamar kost Dara terbuka. Dengan celah sedikit Dara mengintip situasi di luar. Ia mendapati ibu kostnya sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Dara penasaran siapa yang diajak bicara ibu kost tersebut. Pasalnya kan penghuni kost di sebelahnya perempuan semua, alhasil Dara pun memutuskan untuk keluar sekaligus ingin menyapa ibu kost.

" Eh Mbak Dara? Ibu berisik ya mbak? Maaf ya, kebiasaan ibu kalau lagi ngobrol suka hilang kendali. Ini loh tadi ada kamar kost yang kerannya bocor," ucap ibu kost mendahului Dara. Yang diajak bicara pun tersenyum, namun senyum langsung itu surut kala dirinya melihat sosok laki-laki yang diajak bicara oleh ibu kost.

" Malam Mbak Dara. Ternyata di sini ya kamarnya. Waduh kalau tahu begitu saya tadi bawain Mbak Dara martabak. Di depan gang ada yang jual martabak enak mbak," ucap laki-laki itu yang tak lain adalah Bima.

" Dia lagi," batin Dara namun dirinya hanya tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!