" Pagi mbak Dara,"
" Pagi pak Bima,"
" Kok panggil pak sih? Biar lebih akrab panggil mas saja,"
" Mas? Masalah maksudnya?" jawab Dara jutek. Kenapa sih dirinya selalu bertemu dengan Bima? Apa tidak ada makhluk lain yang ia temui selain pria genit di depannya ini. Padahal hari masih pagi, mengapa harus Bima orang yang pertama kali ia temui.
" Mbak Dara ini ternyata orangnya suka bercanda ya," jawab Bima tergelak.
" Saya duluan ya Pak Bima. Takut telat," ucap Dara kemudian berlalu. Bima hanya memandang punggung Dara melihat gadis itu hilang dibalik belokan.
" Cantik banget sih Mbak Dara," batin Bima.
Selama beberapa hari ke depan, Dara mendapatkan jatah shift pagi terus. Karena masih baru, dirinya belum diberi jatah shift siang maupun malam. Dara masih harus berorientasi agar cepat beradaptasinya.
" Dara yuk ikut keliling. Kita cek kamar pasien satu persatu," ajak Indira dan satu teman lagi. Mereka berjalan dari kamar pasien yang paling ujung.
" Selamat pagi tuan dan nyonya. Kami adalah suster yang berjaga pagi ini. Apa ada keluhan yang ingin disampaikan?," ucap Indira. Saat ini mereka sedang memasuki kamar nomor 1501.
" Suster Indira, apa yang disebelah itu suster baru?" tanya pasien anak-anak yang menunjuk Dara.
" Iya Keyla," jawab Indira kepada pasiennya.
" Wajahnya galak. Keyla nggak mau ditemani sama suster itu. Pasti kalau ngasih suntik sakit," jawab si pasien yang bernama Keyla.
" Sabar, ini baru permulaan", batin Dara menyemangati dirinya sendiri. Penolakan dari pasien memang bisa saja terjadi, dan kali ini yang terparah. Mana ada mukanya galak, jelas-jelas wajahnya cantik dan sangatlah imut. Dara menahan dirinya untuk tidak mengumpat, ia harus melapangkan hati agar pekerjaannya berjalan lancar.
Berakhir sudah kunjungan Dara beserta rekan-rekannya. Ada banyak sekali pr yang harus Dara kerjakan, karena setiap kamar menolak ditangani oleh Dara. Ia sendiri juga merasa bingung, padahal dirinya tidak melakukan apapun tetapi mengapa semua pasien menolaknya. Apa karena dirinya masih baru? jadi banyak pasien yang meragukan kemampuannya. Tak kenal maka tak sayang, seperti itulah mungkin yang terjadi. Pasien belum mengenal Dara sepenuhnya, nanti kalau Dara sudah bekerja lama pasti semuanya akan membaik. Akhirnya Dara pun melanjutkan tugas dengan memasukkan beberapa data pasien baru.
" Dara," panggil Bu Reni. Dara yang merasa namanya dipanggil pun berdiri. Ia melihat Bu Reni sedang bersama dokter muda yang Dara belum ketahui namanya.
" Namanya Dara, perawat baru di ruangan sini dok" ucap Bu Reni memperkenalkan Dara.
" Saya dokter Angga, dokter spesialis bedah. Hari ini saya akan mengunjungi beberapa pasien, kamu boleh ikut sekalian perkenalan" ucap dokter yang bernama Angga tersebut.
" Baik dok,"
" Dara ini orangnya sedikit lelet dok, biar lebih mudah ditemani Indira juga dok. Saya kurang yakin kalau dokter cuma ditemani oleh Dara," ucap Bu Reni dan respon Dara yang hanya menyimak saja.
" Baiklah siapa saja boleh ikut," ucap Dokter Angga dengan ramah.
Mereka bertiga pun beriringan berjalan untuk memasuki kamar pasien sesuai jadwal. Dokter Angga akan memeriksa pasiennya guna mengontrol perkembangan penyakit pasien. Dara dan Indira mengikuti dokter Angga di belakangnya.
" Suster Indira, suster Dara bagaimana hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien kamar 1507?" tanya dokter Angga setelah memeriksa pasien yang berbaring. Mereka meneliti keadaan pasien sembari bertanya keluhannya.
" Hasilnya normal dok. Dokter bisa lihat catatannya selama beberapa hari," jawab Indira sembari menyerahkan laporan kesehatan pasien. Dengan fokus, dokter Angga menganalisanya.
" Hasilnya cukup bagus. Coba kita observasi beberapa hari ke depan ya pak, kalau tetap stabil berarti bapak sudah boleh pulang" ucap Dokter Angga kepada pasiennya. Si pasien hanya manggut-manggut tanda mengerti.
" baiklah kalau begitu saya pamit ya. Semoga cepat sembuh. Mari sus, kita lanjut ke ruangan pasien selanjutnya" ucap dokter Angga.
Setelah melewati beberapa ruangan akhirnya kunjungan dokter Angga selesai. Indira membereskan catatan pasien kemudian mencatat semua pasien yang sudah dikunjungi hari ini. Sedangkan dokter Angga sendiri menuliskan beberapa resep obat harian dan juga beberapa anjuran pemeriksaan lain kepada pasiennya. Dara pun turut membantu pekerjaan Indira.
" Suster Dara," panggil dokter Angga kepada Dara.
" Iya ada yang bisa saya bantu dok?" tanya Dara kini pandangannya dialihkan ke dokter Angga.
" Nanti siang kamu turun jaga jam berapa?"
" Sekitar pukul tiga sore dok,"
" Ohhh, ya sudah saya pamit dulu ya" ucap dokter Angga kemudian pergi berlalu.
" Cieee cieee dokter Angga kayaknya tertarik sama kamu deh," bisik Indira kepada Dara namun dirinya hanya menggeleng.
" Jarang-jarang dia nanyain jam suster pulang. Asal kamu tahu aja dokter Angga itu idolanya semua perawat di sini, bukan cuma perawat aja tapi dokter cewek sama karyawan lain pun juga suka. Gimana nggak suka, orang dokter Angga ganteng banget. Mana masih muda lagi,, poin plus nya dia juga masih jomblo" bisik Indira panjang lebar. Dara hanya manggut-manggut,, sepertinya omongan Indira itu benar.
Dokter Angga pantas diidolakan karena ketampanannya. Bukan hanya tampan tetapi juga sangat ahli. Banyak pasien yang merasa cocok dengan dokter Angga. Mungkin seperti itulah gosip yang Dara dengar hari ini.
" Sebelum pulang kamu cek kamar 1509 ya Dara. Tadi katanya ada infus yang bengkak, coba kamu cek terus diganti saja kalau memang sudah bengkak" ucap Bu Reni menyuruh Dara.
" Baik Bu," jawab Dara kemudian melaksanakan tugasnya.
Dara berjalan menuju kamar 1509 seperti yang diperintahkan Bu Reni. Ia berjalan sembari mendorong troli yang berisikan alat-alat kesehatan. Dara mendorong troli tersebut dengan pelan agar tidak menimbulkan tabrakan. Bisa bahaya kalau ada alat medis yang jatuh.
" Selamat siang nyonya. Benar pasien atas nama Asti ingin diganti infusnya?" tanya Dara setelah menutup pintu kamar pasien kembali.
" Tidak," jawab pasien yang bernama Asti.
" Apa nyonya yakin? Tadi ada perintah katanya pasien atas nama Asti infusnya bengkak," jawab Dara ingin memastikan.
" Nama saya memang Asti, tapi infus saya tidak bengkak "
" Boleh saya cek," Dara kekeh ingin memastikan. Ia sangat yakin kalau dirinya tidak salah kamar.
" Tuh kan infus saya baik-baik saja. Suster ini dibilangin kok ngeyel," ucap pasien yang bernama Asti.
Dara yang melihat itu jadi merasa malu, ia melihat sendiri jika kondisi infusnya baik-baik saja. Tertera di tangan pasien jika infus itu dipasang dua hari yang lalu. Tetapi mengapa Bu Reni menyuruhnya untuk mengganti infus? Bukankah Dara sudah memastikan jika kali ini ia tidak salah kamar?
Karena tidak ingin menganggu pasien lebih lama, Dara pun memutuskan untuk keluar dari kamar pasien. Ia berjalan untuk meletakkan troli ke tempat yang semula. Dirinya pun berniat menanyakan langsung kepada Bu Reni apakah beliau salah menyebutkan nama. Namun belum sempat niatnya terwujud Dara malah mendengar sesuatu yang mengejutkan.
" Saya harap kalian memaklumi atas sikap Dara. Anak itu masih baru, bisa saja dia lupa kalau jam segini semua perawat harus ikut briefing. Tadi saya sendiri sudah mengingatkan anak itu untuk tertib ikut briefing tapi tidak tahunya dia malah menghilang di jam briefing. Tolong kalau kalian ingin mengingatkan, ingatkan saja dengan baik. Kasihan kalau dia kerja di sini merasa tidak betah," ucap Bu Reni pada saat briefing pergantian jaga. Teman kerja yang lain pun mendengarkan dengan seksama.
" Dara, kamu habis darimana aja? Kan sudah dibilang kalau ikut briefing itu wajib kamu malah ngilang," sahut Indira yang melihat Dara berdiam saja. Jauh dalam hati Dara masih mencerna semua yang terjadi sekarang. Apakah kepala ruangan di sini tidak menyukainya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments