Chapter 12

" Mengapa kalian sangat membenciku?" tanya Dara.

" Kata ibuku kamu anak haram. Lihatlah bola matamu yang berbeda itu Dara! Jangan-jangan kamu anak kutukan? Aduh serem banget," ucap salah satu teman Dara.

Begitulah kata-kata yang selalu Dara terima saat menempuh di bangku pendidikan. Hingga dirinya menginjak bangku SMA pun Dara masih tetap diejek oleh temannya. Hanya ada ibu dan bapaknya yang berhasil menguatkan Dara hingga saat itu.

" Dara kamu kenapa menangis?" tanya Bu Yuni begitu melihat Dara menangis sepulang sekolah. Hal yang sudah biasa Bu Yuni temui setiap Dara pulang sekolah.

" Kenapa teman-teman membenciku bu? Apa salah aku sama mereka?" ucap Dara sembari sesenggukan menangis.

" maafkan ibu sama bapak ya nak. Kamu yang sabar aja, besok ibu sama bapak ngomong sama gurumu biar mereka yang mengejek kamu dihukum,"

" Itu tidak mempan Bu. Yang mengejek Dara bukan satu atau dua teman saja, tapi satu sekolah. Dara malu Bu kalau harus diejek terus. Mulai besok Dara tidak mau sekolah lagi,"

Pak Ahmad dan Bu Yuni merasa kasihan melihat putrinya yang selalu menangis. Nyatanya upaya untuk menyembunyikan identitas Dara sepenuhnya tidaklah mudah. Mereka sering melihat Dara menangis karena mendapat perlakuan tidak baik selama di sekolah.

" Dara," panggil Pak Ahmad.

" Iya pak,"

" Kamu tetap sekolah ya. Dara kan anak yang pintar,"

" Dara mau bantuin bapak ngurus ternak saja di rumah. Dapat uang lumayan buat nambah penghasilan,"

" Ada teman bapak tadi promosi sekolah baru yang ada di dekat kabupaten, sekolahnya tetapi bukan SMA seperti sekolah mu. Melainkan SMK dan jurusannya kesehatan. Kalau kamu pindah sekolah ke sana mau?" tawar Pak Ahmad.

" Jurusan kesehatan pak? Sepertinya Dara minat dengan sekolahnya pak. Tapi kalau Dara pindah sekolah nanti Dara tetap diejek bagaimana?"

" Temen bapak nyaranin kamu pakai lensa kontak mata. Bapak tidak terlalu tahu seperti apa itu bentuknya, tapi kalau bapak belikan Dara mau pakai? Kalau kamu pakai lensa kontak mata nanti warna bola mata kamu akan sama seperti teman-teman yang lain,"

" Wah bener pak? Dara mau pak pakai lensa kontak, Dara juga mau sekolah di sana"

" Syukurlah kalau begitu,," Pak Ahmad dan Bu Yuni merasa lega karena Dara sangat antusias dengan sekolah barunya. Semenjak bersekolah di tempat baru, hari-hari Dara berjalan dengan normal. Ia terpaksa harus mengulang dari kelas satu SMK lagi karena sekolah lama yang jurusannya berbeda jauh dengan yang baru. Semua itu tidaklah menjadi masalah, karena semenjak hari itu Dara memiliki teman-teman yang baik. Ia dapat berbaur dengan temannya tanpa membeda-bedakan latar belakang masing-masing.

####

Pusing, begitulah kondisi yang dirasakan Dara sekarang. Ia seperti mengalami tidur panjang tetapi juga susah untuk mengakhiri tidur panjang tersebut. Badan Dara terasa sulit digerakkan, bahkan saat ini matanya belum terbuka sepenuhnya. Samar-samar Dara berusaha menyesuaikan pencahayaan ruang dengan matanya.

" Aduh kepalaku pusing banget," monolog Dara kemudian memegangi kepalanya sendiri. Ia masih berusaha terbangun sepenuhnya.

" Aku ada dimana ini?" matanya yang terbuka berusaha meneliti sekeliling ruangan. Ini bukan kamar kostnya, Dara memastikan sekali lagi untuk melihat lebih detail ruangan tempat ia berada sekarang.

Ruangan ini jelas bukan kamar kostnya. Dari segi luas ini sangatlah berbanding terbalik, mungkin kamar kost Dara setengahnya dari ruangan ini. Perabotan juga berbeda jauh, ini lebih seperti kamar mewah milik orang-orang kaya yang ada di sinetron.

" Aku dimana ini?" ucap Dara lagi. Ia berusaha mendudukkan dirinya yang masih lemah. Kepalanya bertambah pusing ketika dirinya mulai bergerak.

" Ini ada apa sih? Mimpi apa aku sudah mati ya?"

Dara berhasil duduk dengan tegap. Tangan kanannya masih senantiasa bertengger di kepalanya. Ia mencoba menurunkan kedua kakinya dan berjalan menyusuri ruangan.

Dara berhenti di depan cermin, ia berusaha menyeimbangkan keseimbangan tubuhnya. Dara meneliti pantulan dirinya yang berada di depan cermin. Saat ini ia memakai dress putih panjang berbeda dengan piyama yang ia pakai selama di kost. Matanya sudah kembali biru pertanda jika ia tidak memakai kontak lensa lagi.

" Fiks ini sih aku sudah mati. Coba lihat dress nya, aku mana punya dress seperti ini," gumam Dara saat melihat dirinya sendiri.

" Kamu belum mati Dara, kamu di rumah ku. Aku ucapkan selamat datang di sini. Mulai sekarang kamu akan tinggal di sini," suara seseorang menginterupsi Dara. Sangat familiar dan tentunya Dara kenal orang itu.

" Pak Bima? Kenapa saya bisa ada di sini? Bapak yang menculik saya ya? Saya laporin ke polisi biar bapak dipenjara," Dara merasa ketakutan. Yang ia kenal cuma Bima di sini. Tidak disangka ternyata Bima adalah orang yang jahat.

" Ini memang tempat kamu yang sebenarnya. Tak kan ku biarkan kamu tinggal di kampung lagi. Lihatlah dirimu? Kamu bahkan mengubah gayamu sepenuhnya. Kulit mu yang seharusnya putih berubah menjadi sawo matang, dan rambut mu yang pirang mengapa kamu mengubahnya?" Dara terkejut, mengapa Bima bisa mengetahui sosok dirinya di masa kecil. Kulit putih dan rambut pirang adalah ciri khas Dara sewaktu kecil. Dara mengubah gayanya karena tidak kuat dengan bullyan teman masa lalunya.

" Bagaimana Pak Bima bisa tahu?" tanya Dara. Kulitnya memang berubah menjadi kecoklatan karena sejak kecil Pak Ahmad selalu mengajak Dara untuk bermain ke ladang. Itu merupakan salah satu cara agar Dara mendapatkan kulit seperti orang disekitarnya.

" Sial, Ahmad dan Yuni berhasil mengubah identitas mu sepenuhnya. Tapi yang tidak tahu dari mereka aku tidak mungkin melupakan rupa gadisku,"

" Ada apa ini sebenarnya Pak Bima? Kenapa saya ada di sini? Pulangkan saya, bapak sama ibu saya pasti khawatir sama saya,"

" Kamu habis tidur lama, duduk dan beristirahatlah. Sebentar lagi akan ada pelayanan yang memberimu makan"

" Saya tidak mau, nanti Pak Bima racuni saya lagi. Buktinya saya sekarang dibikin pingsan terus diculik,"

" Makan saja atau kalau tidak kamu mati kelaparan. Aku masih ada urusan penting, kamu adaptasi dulu nanti kita baru bicara "

Selesai berucap demikian Bima pergi keluar kamar. Dara kembali sendirian lagi. Tetapi beberapa saat kemudian datang seorang wanita berjalan sembari membawa nampan. Nampak yang dibawa adalah makanan kesukaan Dara. Ayam goreng sambal ijo lengkap dengan lalapan dan juga beberapa sayur matang lainnya.

" Kamu siapa?"

" Saya maid di rumah ini nona. Saya disuruh mengantarkan makan oleh Tuan Abimanyu,"

" Abimanyu? Siapa dia?"

" Orang yang baru saja keluar dari kamar nona,"

" Aduh jadi pusing aku!!! Sebenarnya aku ada dimana? Pak Bima itu siapa? Dan sekarang ada lagi si Abimanyu. Aku sebenarnya masuk ke dunia siapa sih? Kenapa semuanya terasa asing?"

" Jangan berpikir terlalu berat nona! Sebaiknya nona makan dulu supaya lebih berisi tenaganya,"

" Apa makanan itu beracun?"

" Tidak nona,"

" Makanlah makanan itu sesuai baru aku percaya," ucap Dara. Mau menolak makanan kesukaannya itu adalah hal yang sangat disayangkan. Dara perlu energi untuk memikirkan segalanya. Ditambah ia butuh strategi untuk melarikan diri kalau benar Bima sedang menculiknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!