Chapter 10

Dara berlari ingin segera sampai di rumah sakit bukan karena telat melainkan karena panggilan Indira. Dara mendapat jatah masuk siang dan secara tiba-tiba Indira menelepon dirinya untuk segera datang ke rumah sakit. Karena tergesa-gesa Dara sampai lupa merapikan rambutnya.

" Duh aku lupa sisiran lagi," gumam Dara. Semua itu terasa tidak penting begitu melihat rumah sakit yang penuh lautan manusia. Bukan karena ada korban jiwa yang butuh perawatan melainkan puluhan polisi dan juga awak media. Dara terkejut bukan main, masalahnya dari kemarin tidak ada info apapun tentang acara untuk hari ini.

" Indira," panggil Dara yang melihat temannya sedang berjalan tergesa-gesa.

" Baru kamu yang datang? Tolong kumpulin semua perawat dan karyawan lain. Kita harus menghadiri rapat segera. Rumah sakit sedang ada masalah,"

" Oke, tapi ini semua ada apa?"

" Rumah sakit sedang disidak polisi. Ada yang ngelaporin kalau rumah sakit ini jual organ ilegal di pasar gelap,"

Syok berat, Dara tidak menyangka keanehan yang Dara pikirkan membuahkan hasil. Ternyata selama ini rumah sakit ini bermasalah. Pantas saja keluarga pasien mendapatkan donor begitu cepat dengan harga yang fantastis pula.

...****************...

" Mbak Dara ngapain di sini?" tanya Bima.

" Pak Bima nggak lihat? Saya lagi kepoin polisi itu," jawab Dara.

" Udah Mbak Dara pulang saja. Semua kan sudah terungkap, rumah sakit ini mungkin akan segera ditutup "

" Pak Bima jangan ngomong sembarangan. Masa rumah sakit sebesar ini tutup sih? Kan sayang,"

" Gara-gara kasus itu saya jadi ikut diinterogasi sama polisi mbak. Lagian kan saya tidak tahu apa-apa, saya kan cuma supir,"

" Pak Bima kepo nggak sih? Kenapa yang ditangkap cuma dokter sama perawat nya aja? Kan kalau kayak gitu pasti ada otaknya,"

" Mereka kan punya otak makanya melakukan bisnis gelap seperti itu mbak,"

" Bukan seperti itu Pak Bima. Maksud saya itu orang yang ada di balik kasus ini. Orang yang melatarbelakangi semuanya. Bukan tidak mungkin kalau perawat dan dokter itu melakukan semata-mata hanya karena butuh, pasti mereka disuruh. Mereka mengambil organ orang yang masih sehat kemudian mengklaim jika orang tesebut sudah meninggal. Lalu mereka menjual lagi ke orang-orang kaya yang butuh pendonor dan harganya itu sangat fantastis. Sudah pasti kan pak itu tidak dilakukan orang yang sedikit? Pasti masih ada lagi itu tersangkanya," jelas Dara panjang lebar.

Ia masih tidak terima tentang hasil rapat tadi. Keputusan hasil rapat jika semua sistem operasi rumah sakit akan diberhentikan sementara entah sampai kapan. Semua pasien akan ditransfer ke rumah sakit lain. Untuk sementara waktu rumah sakit full dengan garis kuning kepolisian.

" Mbak Dara cantik kalau lagi ngoceh begitu," bukannya menimpali obrolan Dara, Bima malah melontarkan gombalan receh.

" Ingat usia Pak Bima. Sudah waktunya Pak Bima ini tobat. Cari istri kalau memang masih lajang, jangan godain cewek terus"

" Lah kan Mbak Dara yang jadi calon istri saya,"

" Hah? Kok saya? Ya bukan lah pak. Usia kita beda jauh pak. Coba bayangin 15 tahun. Pak Bima mah cocoknya jadi paman saya,"

" Tidak ada yang tidak mungkin mbak di dunia ini. Kalau Tuhan berkehendak pasti berjodoh,"

" Lihat saja nanti sayang, kamu bilang aku lebih cocok jadi paman mu? Oh permainan belum saja dimulai, tunggu lah sebentar lagi. Dunia mu akan berbalik," batin Bima.

" Ngomong-ngomong kriteria Mbak Dara ini seperti apa memang?" lanjut Bima lagi.

" Yang ganteng, baik kayak Dokter Angga " jawab Dara dengan enteng. Hal tersebut berhasil membuat Bima melayangkan tatapan tajam. Belum tahu saja Dara jika sejak kecil dirinya sudah diklaim oleh Bima.

####

Karena semua aktivitas rumah sakit diberhentikan, alhasil Dara kebingungan ingin melakukan apa. Dirinya baru bekerja beberapa hari tetapi harus menghadapi situasi sulit. Di sinilah ia sekarang, pergi sendirian menonton film di bioskop.

Rumah sakit menyatakan semua karyawan akan diberikan cuti sampai waktu yang tidak ditentukan. Dara pasti tahu jika pengumuman seperti itu otomatis dirinya secara tidak langsung akan diberhentikan.

Apa boleh buat? Sekarang dirinya berdiam diri menonton film atau mungkin film yang menonton dirinya. Sepertinya Dara akan memutuskan untuk pulang kampung saja. Lebih baik dirinya di rumah membantu sang ibu ataupun bapaknya mengurus ternak. Saat film sudah tidak menarik perhatiannya, fokus Dara teralihkan ke sosok laki-laki yang berada di bangku paling depan. Dari perawakannya sangat mirip dengan Bima. Dara sendiri kesulitan untuk memastikan itu adalah Bima karena terhalang cahaya bioskop yang temaram.

" Itu Pak Bima bukan sih?" gumam Dara. Ia terus menunggu wajah itu untuk menengok agar ia tidak salah orang.

" Hemmm, sepertinya gadisku sudah mencurigai keberadaan ku" gumam laki-laki yang menjadi fokus Dara saat ini.

Tidak ingin pusing dengan pemikirannya sendiri, Dara memutuskan untuk fokus pada filmnya. Walaupun sudah setengah jalan tetap saja masih ada waktu untuk menonton. Tak lama kemudian film yang ditonton Dara selesai.

Dara ingat jika ia harus memastikan seseorang yang tadi. Belum sempat melihat kembali orang tersebut, ternyata orangnya sudah menghilang duluan. Dara keluar dari gedung bioskop dengan wajah yang ditekuk. Sungguh tidak menyenangkan hidup sendirian di kota sebesar ini. Begitu banyak ragam sifat manusia, Dara bergidik ngeri jika benar saat ini Bima memang mengintainya.

" Pokoknya besok atau nggak lusa aku harus pulang kampung. Ngapain lama-lama di kota kalau cuma jadi pengangguran nggak jelas," monolog Dara kepada dirinya sendiri.

Sebelum pulang Dara menyusuri sekitar bioskop yang ada di mall. Tak lupa ia juga menyalakan kamera Selfi untuk berfoto ria. Ia akan mengabadikan momen di kota untuk ia tunjukkan kepada ibunya nanti.

Cekrek, Dara bergaya kemudian mengambil foto. Matanya mendelik ketika ia memperbesar hasil jepretannya.

" Kok ada Pak Bima lagi sih? Orang ini mirip banget sama Pak Bima. Jangan-jangan Pak Bima lagi ngikutin aku?" batin Dara menerka-nerka. Ia tidak sengaja melihat wajah Bima dari hasil jepretan fotonya.

Karena ketakutan Dara pun berlari ke toilet yang ada di mall. Ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam toilet. Beberapa menit Dara menahan diri untuk tidak keluar akhirnya dia memutuskan untuk keluar. Ia melihat sekeliling memastikan jika Bima tidak sedang mengikutinya. Dirasa aman Dara pun mengambil langkah seribu berlari meninggalkan mall.

Belum sempat berlari jauh tiba-tiba saja tubuhnya menabrak seseorang. Mereka berdua hampir jatuh kalau saja orang yang ditubruk Dara tidak seimbang tubuhnya.

" Dara, ngapain kamu lari-larian di mal?" ucap laki-laki itu yang ternyata adalah dokter Angga.

" Dokter Angga ngapain di sini?"

" Saya lagi nganterin keponakan main di Timezone. Kamu sendiri lagi apa?"

" Saya habis nonton film dok,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!