Chapter 16

Bima membawa Dara ke sebuah pulau kecil. Di sekitar pulau hanya ada satu villa dan hanya Bima dan Dara yang menempatinya. Pulau ini memiliki pantai pasir putih yang indah. Suasananya masih asri, aroma laut mudah tercium meskipun Dara dan Bima berada di dalam villa.

" Villa ini rumah kosong ya Pak Bima?" tanya Dara. Bima melarang Dara untuk langsung bermain ke pantai. Mereka baru saja sampai, Bima menyuruh Dara untuk beristirahat di villa.

" Bukan Al, villa ini baru. Dibangun sekitar dua tahun yang lalu. Aku beli pulau ini sudah lama tapi baru hari ini aku ada kesempatan buat singgah,"

" Beli? Memangnya boleh membeli pulau?"

" Asal ada uang kenapa tidak boleh? Al, kamar mu yang ini ya. Di sebelah sini adalah kamar ku,"

" Terima kasih Pak Bima," ucap Dara tulus. Ia kira dirinya akan tidur satu kamar seperti cerita novel kebanyakan. Tidur satu kamar terus melakukan hal yang iya-iya,,, idih Dara membuang segala pikiran kotornya.

" Al," panggil Bima dan Dara pun menoleh. Ia melihat Bima yang ingin menyampaikan sesuatu lagi.

" Kamu lebih suka dipanggil Al atau Dara?"

" Apa saja boleh asal jangan Sumini,"

" Sumini?"

" Nama tetangga saya yang gila. Dia suka ngamuk juga,"

" Hahahaha, kamu sangat lucu Al. Ya sudah selamat beristirahat Mbak Dara,"

" Eh," tanpa sadar Dara tertawa dalam hati. Ia bisa melihat jika Bima itu sebenarnya orang yang receh. Entah bentuk asli Bima itu yang sekarang atau Bima yang Dara kenal sewaktu menjadi supir ambulans kemarin.

#####

Tok tokk,, kamar Dara diketuk seseorang. Dara yang mendengar nya pun segera bergegas untuk membukanya. Terpampang Bima dengan stelan casual nya. Ia mengajak Dara untuk makan malam. Dara menurut, mereka berjalan beriringan menuju meja makan.

" Mereka siapa?" tanya Dara saat melihat ada dua orang berbeda gender yang sedang menyiapkan makanan.

" Mereka pasangan suami istri yang mengurus villa ini. Mereka tinggal di belakang villa, kamu bisa berkenalan jika mau?"

" Terima kasih sudah menyiapkan makan malamnya nyonya dan tuan. Perkenalkan nama saya Aldara," sapa Dara kepada keduanya.

" Panggil saja saya Abdul dan istri saya Minah. Silahkan dinikmati makan malamnya. Kalau ada apa-apa tuan dan nona bisa memanggil kami. Kami permisi dulu," ucap keduanya menunduk sopan. Dara mengucapkan terima kasih kembali. Ia kira dirinya hanya berdua saja tetapi ada orang lain juga.

" Mereka sudah lama di sini?"

" Sudah, semenjak villa ini dibangun. Mereka tidak memiliki tempat tinggal, akhirnya aku menyuruh mereka untuk mengurus tempat ini"

" Baik sekali,"

" Aku memang baik. Sudah, ayo kita makan. Setelah ini aku akan menemanimu berkeliling "

Usai menyantap makan malam, Dara dan Bima berjalan-jalan sesuai dengan rencana mereka. Bima mengajak Dara menyusuri jalan sepanjang jalan. Suasana laut sangat terasa apalagi ditambah angin malam yang menerpa. Begitu menenangkan suasana alam seperti ini, Dara bebas menghirup udara segar. Serasa hilang semua beban yang ia hadapi belakangan ini.

" Sudah ku bilang untuk membawa jaket. Udara di sini sangat dingin," ucap Bima. Laki-laki itu mengalungkan syal yang ia bawa kepada Dara. Tidak lupa jaket yang ia kenakan diberikan kepada Dara.

" Kalau saya pakai semua nanti Pak Bima kedinginan. Lagian saya suka angin laut, sangat sejuk"

" Hoodie ku cukup tebal. Lagian angin laut bisa membuat mu masuk angin. Bukankah kamu gampang flu?"

" Kenapa Pak Bima tahu semua tentang ku? Tapi sedikit pun aku tidak tahu tentang Pak Bima,"

Bima menggenggam tangan Dara. Dimasukkan tangan dingin itu ke dalam saku Hoodie nya. Sangat nyaman, Dara pun tidak menolak.

" Kalau aku cerita kamu pasti tidak percaya," ucap Bima.

" Bagaimana bisa percaya kalau Pak Bima tidak bercerita?"

" Dulu aku bersahabat dengan mama kamu. Usia kami cukup berbeda jauh, mungkin sekitar lima tahunan. Waktu itu aku berumur 10 tahun dan mama kamu sudah remaja. Kita berdua hidup di panti asuhan bersama. Mama kamu selalu bekerja keras agar anak-anak panti asuhan yang lain bisa makan termasuk aku,".

" Lalu?" tanya Dara penuh antusias. Jika kemarin dirinya tidak peduli sekarang ia sangat ingin tahu.

" Aku rasa kebiasaan kamu sangat mirip dengan mama kamu. Usia ku waktu itu memang baru 10 tahun tetapi aku dapat mengingat jelas kenangan aku sama mama kamu sewaktu kecil. Hingga beberapa tahun kemudian mama kamu bertemu dengan papa kamu lalu mereka saling jatuh cinta. Mereka menikah dan meninggalkan panti asuhan termasuk aku. Aku kehilangan teman seperti mama kamu,"

" Bukannya papa sama mama saya tidak direstui terus mereka bekerja sama kamu? Tapi kan waktu itu usia Pak Bima masih muda, mana bisa kedua orang tua saya bekerja pada anda?"

" Itu cerita lain lagi. Aku dibuang oleh ibu tiri ku sewaktu umur 10 tahun lalu aku bertemu dengan mama kamu. Mama kamu mengurus ku dengan baik seperti anak-anak panti asuhan yang lain. Lima tahun kemudian aku diambil oleh ayah kandung ku, dia baru tersadar jika istri mudanya sangat licik. Aku baru bertemu kembali dengan mama papa kamu saat usia ku 20 tahunan, dan itu aku sudah bekerja di perusahaan papa,"

" Lalu mereka bekerja padamu? Terus dimana mereka sekarang?"

" Kedua orang tua mu memperkenalkan anak mereka yang masih kecil. Kamu belum genap berusia lima tahun waktu itu. Kamu sangat cantik sama seperti mama kamu. Tapi wajah bule mu sama seperti papa mu "

" Ini gila!!!! Berarti Pak Bima jatuh cinta sama saya sejak kecil? Ini mah disebut pedofil, saya masih kecil loh pak"

" Tidak semudah itu Al. Kamu mungkin boleh mengatai ku sebagai pedofil tetapi sekarang kan kamu sudah besar. Kamu sudah cukup usia untuk menikah,"

" Saya tidak mau, ini namanya obsesi. Saya tidak mau menikah karena obsesi,"

Dara memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin memandang wajah Bima. Udara laut semakin menusuk kulitnya. Benar kata Bima, ia akan terserang flu jika tidak memakai jaket dan juga syal.

" Silahkan kamu berfikir seperti itu. Aku akan bikin kamu jatuh cinta sama aku, secepatnya"

" Tidak akan,"

" Mama papa kamu sudah meninggal. Mereka menitipkan kamu sama aku. Hanya dengan menikah, aku bisa menjaga kamu sepenuhnya "

" Aku tidak percaya,"

" Percaya atau tidak itu hak kamu tetapi menikah dengan ku adalah kewajiban kamu,"

Bima menatap Dara. Bukan pertama kalinya ia dekat dengan wanita tetapi bersama Dara rasanya begitu beda. Ada magnet yang ada pada diri Dara sehingga berhasil menarik Bima jatuh ke dalamnya. Dara memiliki kekuatan positif yang membuat Bima selalu ingin di dekatnya.

" Ayo kita masuk, udara malam tidak baik untuk kesehatan mu. Aku tidak mau kamu jadi sakit. Besok kamu bisa berjalan-jalan sepuas mu ditemani Abdul sama Minah,"

" Pak Bima mau kemana?"

" Aku masih ada pekerjaan. Kenapa? Apa kamu ingin pergi dengan ku?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!