0019. Repeated mistakes & regrets (Kesalahan & penyesalan berulang)
“Ruby.”
Suara berat sang Matahari Kekaisaran terdengar dalam ruangan dengan langit-langit yang dihiasi lukisan era Renaisans (kurun waktu dari abad ke-14 sampai abad ke-17 Masehi dalam sejarah Eropa. Kurun waktu ini merupakan masa peralihan dari Abad Pertengahan Akhir ke Zaman Modern). Orang-orang yang berkerumun di tempat tersebut langsung menyingkirkan ketika sang Matahari Kekaisaran membelah kerumunan dengan langkah lebar.
“Apa yang sebenarnya terjadi di sini?” tanya Kaizen ketika berhasil menemukan apa yang ia cari.
Ruby Chevalier.
Gadis tunanetra itu ada dalam pelukan seorang Lady yang cukup Kaizen kenali. Tidak berselang lama, tubuh gadis mungil dengan gaun berwarna ungu muda itu beralih kepada Kaizen. Sebelum berpisah, Kaizen meminta Ruby untuk tidak bepergian seorang diri. Entah bagaimana ceritanya gadis itu sampai di ruangan ini; ruangan tertutup dekat ballroom yang ditujukan untuk para tamu naratama.
“Lanjutkan pestanya. Saya akan segera kembali,” ujar Kaizen pada salah seorang kaki-tangannya yang bertugas meng-handle acara ketika ia tidak ada.
Sementara itu, Khris, sang tangan kanan diminta untuk segera mengikuti Kaizen. Bagaimanapun juga Khrislah yang seharusnya bertanggung jawab tentang keselamatan Ruby.
“Bagaimana bisa kau bertindak ceroboh, Khris?” geram Kaizen ketika telah membaringkan Tubuh di tempat tidur.
“Maafkan saya, Yang Mulia. Saya bersumpah tidak pernah berpaling sedetik pun dari Nona Ruby. Akan tetapi,” kalimat ksatria muda itu tertunda. Bola mata coklat gelapnya tampak bergerak bingung untuk beberapa saat. “tiba-tiba saja Lady Lindsey datang bersama beberapa Lady lain. Countess Celine juga ada bersama mereka. Para mantan kandidat calon istri Anda katanya ingin menyapa Nona Ruby.”
Mendengar penuturan Khris, Kaizen hanya bisa menghela napas. Kekuatan fisik Ruby sangatlah lemah. Walaupun memiliki kekuatan penyembuhan, Ruby tidak dapat meregenerasi atau menyembuhkan luka fisiknya sendiri. Selain itu, keberadaan Ruby bak santapan empuk bagi para manusia berhati kotor serta yang para roh atau jiwa jahat.
Kaizen awalnya juga tidak percaya pada perkataan Ruby yang terdengar mengada-ada. Namun, setelah Ruby menjelaskan maksud dari ucapannya lewat cara yang tidak biasa, Kaizen sepenuhnya menjadi percaya. Ruby bukanlah gadis tunanetra biasa. Ruby Chevalier adalah gadis tunanetra yang memiliki kekuatan istimewa. Salah satu kekuatan istimewa yang dimiliki gadis itu bahkan membutuhkan bayaran yang setimpal dalam satu kali digunakan.
Dikarenakan Ruby berhasil membuktikan kebenaran dari ucapannya, maka Kaizen pun memiliki keharusan untuk memenuhi tanggung jawabannya, yaitu membiarkan Ruby tinggal di sisinya. Selain itu, Kaizen juga berhutang satu nyawa pada Ruby. Itulah mengapa sekarang Kaizen sangat melindungi Ruby. Alasannya bukan karena ada perasaan khusus pada gadis tunanetra tersebut, melainkan adanya keharusan untuk memenuhi sebuah janji serta bentuk pelunasan hutang nyawa.
“Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika Nona Ruby diajak berbincang, saya berada lima langkah di belakang. Tiba-tiba saja Nona Ruby menunjukkan gelagat yang mencurigakan, kemudian saya mendekat.”
Kaizen mengernyit heran mendengarnya. “Gelagat yang mencurigakan?”
Khris menganggukkan kepalanya. “Nona Ruby tiba-tiba menutup ke-dua telinganya dan mulai meracau tidak jelas. Saya tidak tahu apa yang membuat Nona Ruby berperilaku seperti itu, tetapi dari gelagatnya, Nona Ruby sepertinya ketakutan.”
Kaizen mulai memahami situasi Ruby sebelum akhirnya tidak sadarkan diri. Gadis tunanetra yang sekarang berbaring dengan tenang itu pasti kembali mendapat gangguan dari entitas yang tidak terlihat. Khris juga menambahkan jika tidak ada satupun Lady menyakiti Ruby secara verbal atau non verbal. Mereka justru penasaran dengan Ruby yang belakangan mengejutkan publik dengan kedekatannya bersama sang Matahari Kekaisaran.
“Dia akan aman jika terus berada di sisiku,” gumam Kaizen. Setidaknya itulah yang diyakini oleh gadis tunanetra itu.
Kendati demikian, Kaizen tidak mungkin melibatkan Ruby pada pembicaraannya dengan si kembar. Ruby terlalu asing untuk mengetahui masalah internal yang melibatkan masa lalunya. Omong-omong soal si kembar, Kaizen langsung teringat pada kebodohannya yang kembali terulang tanpa disadari.
“Jaga dia untukku, Khris.” Kaizen berkata pada tangan kanannya yang berdiri tidak jauh dari pintu.
“Baik, Yang Mulia.”
“Aku harus menyelesaikan pembicaraanku dengan anak-anak.”
Mendengar itu, raut wajah Khris langsung berubah. Kaizen kebetulan menangkap perubahan tersebut dan mulai merasa waspada.
“Ada yang ingin kau sampaikan mengenai anak-anakku, Khris?”
Khris menunduk dalam dalam posisi siapnya. “Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Ketika Anda pergi begitu saja tanpa menghiraukan Tuan Muda Cassian dan Clayton, seharusnya Anda sudah bisa menebak apa yang selanjutnya terjadi.”
Kejujuran tangan kanannya itu berhasil menyadarkan Kaizen. Kesalahannya kembali terulang karena ia ceroboh dan terlalu mencemaskan Ruby.
“Aku akan menemui mereka dan menjelaskannya dengan benar,” ujar Kaizen sebelum meninggalkan sisi Ruby. Ia juga telah memastikan tempat tersebut aman bagi Ruby yang tengah tidak sadarkan diri.
“Maafkan saya, Yang Mulia. Akan tetapi, saat ini Tuan Muda Cassian dan Clayton sudah tidak berada di istana Ratu. Ke-duanya telah meninggalkan tempat tersebut, tidak berselang lama setelah Anda pergi.”
“Kenapa kau tidak menahan mereka?!” tanya Kaizen, murka. Ia tidak habis pikir jika harus kecolongan untuk ke-dua kalinya. “Mereka pasti belum meninggalkan istana.”
Dugaan Kaizen bukan tanpa dasar. Pesta tengah di gelar di ballroom utama dan si kembar merupakan bintang utama pada perhelatan malam ini. Para bangsawan atau pihak-pihak tertentu yang tertarik pada bakat mereka, pasti akan menjadi penghalang secara tidak langsung. Oleh karena itu, Kaizen pun memilih untuk segera kembali ke tempat terselenggaranya pesta. Ia berharap para bangsawan berhasil menahan anak-anaknya.
Ketika berhasil memasuki ballroom yang masih dipenuhi hingar-bingar pesta, obsidian hitam Kaizen langsung menyapu ke seluruh penjuru ruangan.
Ke-dua putranya akan mudah ditemukan karena mereka mereka layaknya objek yang paling terang di antara jutaan bintang. Tidak butuh waktu lama bagi Kaizen untuk menemukan ke-dua putranya. Mereka rupanya berhasil ditahan oleh dua purnawirawan Jenderal Perang bintang 6 kebanggaan Robelia. Kedua purnawirawan tersebut merupakan guru sekaligus mantan atasan ayah si kembar, yaitu Kaezar of Icrea.
“Tolong sebutkan nama orang tua kalian. Kami ingin sekali mengetahui orang tua dari pemuda berbakat seperti kalian.”
Lamat-lamat Kaizen dapat mendengar ucapan salah seorang purnawirawan tersebut. Walaupun sudah tidak muda lagi, sebagai mantan Jendral perang yang sudah kenyang berjibaku dengan medan perempuan, mereka tahu betul potensi si kembar sangat berguna bagi pertahanan kekaisaran Robelia. Orvel dan Theon sendiri tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Namun, mereka tetap mengikuti perbincangan dengan baik.
“Kami berdua berasal dari Saba. Orang tua kami kebetulan berasal dari Robelia.”
Mendengar informasi tersebut, ke-dua purnawirawan itu tentunya tidak dapat menutupi rasa terkejutnya. Mereka semakin penasaran dengan identitas Orvel dan Theon, tetapi tetap menyikapi informasi tersebut dengan tenang.
“Siapa nama orang tua kalian? Mungkin saja kami mengenalnya.”
Dari tempatnya berada, Kaizen juga ikut dibuat penasaran dengan jawaban yang akan dilontarkan oleh si kembar. Akankah mereka mengakuinya sebagai orang mereka?
“Orang tua kami adalah Kayena dan Kaezar dari Icrea. Kakek kami adalah mendiang Adipati Agung Pexley, sedangkan paman-paman kami adalah Adipati dari Edinburgh serta Adipati dari Carlt. Dari penuturan Ibu kami, Robelia adalah tanah kelahiran mereka.”
Informasi tersebut tentunya mengejutkan dua purnawirawan yang dulunya mengenal baik sosok yang diakui sebagai ayah si kembar, begitu pula dengan wanita yang merupakan ibu si kembar. Wanita itu adalah wanita yang dulunya sangat mereka hormati.
Di sisi lain, Kaizen tampak terpaku di tempatnya berdiri. Tubuhnya membeku seperti batu ketika mendengar pernyataan anak-anak kandungnya. Rasanya begitu menyesakkan, mendengar darah dagingnya mengakui pria lain sebagai ayah mereka. Seharusnya ia tidak perlu terkejut karena selama 16 tahun belakangan, si kembar pastinya telah mengakui Kaezar sebagai ayah. Padahal ayah kandung mereka adalah Kaizen.
“Kami juga memiliki Ayah ke-dua, yaitu Ayah Kwang Sun dari kekaisaran Astoria.”
Pernyataan tadi sejatinya sudah lebih dari cukup. Kini, si bungsu menambahkan pernyataan lain yang kian membuat orang-orang di sekitar terkejut bukan main. Sedangkan raja Robelia ke-VIII semakin dibuat tersakiti dengan pernyataan putra-putranya sendiri.
“Kami datang ke sini untuk mengikuti turnamen tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh balai Ksatria kekaisaran Robelia sekaligus untuk mengunjungi tempat peristirahatan terakhir para leluhur.” Theon kembali buka mulut, menjelaskan tanpa diminta.
Tindakan tersebut malah kian melukai perasaan ayah kandung mereka yang keberadaannya dianggap tak kasat mata.
“Tidakkah kalian juga ingin bertemu dengan Ayah?” tanya Kaizen di dalam hatinya.
🌞🌞
TBC
Semoga suka. Jangan lupa dukung Author dengan cara tonton iklan sampai habis, like, rate 5 bintang, komentar & follow Author supaya tidak ketinggalan informasi 🥰
Sukabumi 19-02-24 || 11.05 WIB
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Sulati Cus
ngarep... tau rasanya perasaan si kembar g bd jauh sm ak
2024-02-27
3
Truely Jm Manoppo
kasihan Kaisar Kaizen tidak diakui oleh darah dagingnya sendiri 😭😭😭😭
2024-02-20
4
Shai'er
lanjut ,Thor💪💪💪
makasih banyak🥰🥰🥰
sehat selalu💛💛💛
2024-02-19
4