006. Bel intrus (Penyusup cantik)
“Yang Mulia tidak akan menghadiri pesta debutante cucu sulung Duke Eargy?”
Khris—tangan kanan raja Robelia—yang sedang menyortir beberapa surat, bertanya dengan hati-hati pada sang tuan. Tumpukkan undangan di sebelah tumpukkan surat yang ditujukkan pada raja Robelia itu juga perlu disortir, kemudian dipertimbangkan.
“Maksudmu gadis berambut merah yang dibawa Duke Eargy untuk menyapaku waktu itu?”
“Benar, Yang Mulia. Gadis yang Anda maksud adalah cucu bungsu Duke Eargy dari putra pertamanya, adik dari Lady Camila yang sempat ditawarkan pada Anda.”
Pria yang sedang duduk di depan meja kerja dengan kacamata baca bertengger apik di hidung mancungnya itu menyeringai tipis, mendengar kalimat tangan kanannya. “Gaya bahasamu yang frontal itu sangat menggelitik pendengaranku, Khris.”
Khris tersenyum kikuk seraya menunduk. Walaupun usianya masih sangat muda—jauh lebih muda dari Kaelus, kinerjanya terbilang cukup bagus dan professional. Salah satu ciri khas Khris adalah gaya bicaranya yang blak-blakan. Kaizen pun tidak pernah mempermasalahkan atau membanding-bandingkan Khris dengan Kaelus, karena memang mereka adalah 2 orang yang berbeda. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana cara mereka—para kaki-tangannya—bekerja dengan baik.
“Yang Mulia benar-benar tidak akan pergi?”
Kaizen yang baru saja menurunkan kaca mata bacanya berdecak lirih. “Untuk apa aku datang? Bukannya mereka sudah datang ke istana untuk memberi hormat kepadaku?”
Khris mengangguk dalam diam. Minggu lalu, para nona dan tuan muda bangsawan pergi ke istana untuk memberi hormat pada raja, mengingat raja mereka tidak memiliki seorang ratu. Kegiatan tersebut juga menandai musim débutante (debytãt) tahun ini. Débutante sendiri berasal dari bahasa Perancis débutante (debytãt) yang mengandung arti perempuan muda dari latar belakang keluarga aristokrat atau kelas atas yang telah mencapai kedewasaan dan sebagai orang dewasa baru, disajikan kepada masyarakat pada “debut” formal.
Istilah débutante juga berarti bahwa wanita tersebut sudah cukup umur untuk menikah dan sebagian dari tujuan kemunculannya pada “debut” adalah menampilkan pada para bujangan atau pria lajang yang memenuhi syarat dengan maksud untuk menikah dengan lingkungan keluarga tertentu. Musim debutan atau débutante (debytãt) biasanya diadakan setiap bulan april, di musim semi saat bunga bermekaran.
Setiap tahunnya, para bangsawan akan mengirimkan surat ke istana. Mereka berharap sang raja yang masih sendiri, berkenan untuk datang. Memang hingga detik ini pun, para bangsawan tidak pernah menyerah untuk menyodorkan anak, saudara, atau bahkan cucu perempuan mereka. Padahal, raja Robelia ke-VIII sendiri acuh tak acuh pada wanita.
“Aku tidak mau membuat gadis atau wanita mana pun berharap lebih padaku,” lanjut Kaizen sebelum beranjak dari kursi kerja miliknya.
Setelah berkata demikian, Kaizen menyambar botol wine berusia 20 tahun yang disajikan di atas meja. “Kau boleh pergi setelah ini. Pastikan tidak ada yang menganggu waktu istirahatku.”
Kaizen berlalu setelah berkata demikian. Ia pergi membawa botol wine berusia 20 tahun yang belum sempat dinikmati. Seharian ini kepalanya penuh dengan omong kosong para bangsawan yang terus menyodorkan wanita kepadanya. Dalam 8 tahun terakhir, para bangsawan semakin semena-mena. Mereka bahkan pernah mengirimkan courtesan—pelacur berkelas yang melayani masyarakat kelas atas—untuk menghiburnya. Bukannya terhibur, Kaizen justru merasa sangat jijik.
“Pria tua itu memang ahli dalam memilih anggur.”
Kaizen berkomentar jujur ketika menikmati wine yang dibawanya. Ia bahkan tidak butuh gelas dan langsung menikmati wine tersebut dari botol. Mungkin jika ada kaum Hawa yang melihat betapa sexy caranya menimati wine, mereka pasti akan langsung menggila. Duda premium satu ini memang semakin menggoda seiring dengan bertambahnya usia.
Usianya mungkin sudah tidak muda lagi, tetapi para bangsawan tetap menyodorkan ‘daun muda’ kepadanya. Selain karena tubuhnya yang masih bugar di usia yang sudah memasuki kepala empat, rupa rupawannya pun tidak banyak berubah. Hanya saja sekarang rupa rupawannya semakin matang sebagai seorang pria dewasa.
“Seharusnya sekarang Cassian dan Clayton sudah berusia 16 tahun,” monolog Kaizen. Pandangannya tampak kosong ketika berjalan memasuki cadeau bien-aimé yang kembali menjadi pilihannya untuk beristirahat.
Di masa lalu, cadeau bien-aimé pernah ia nodai bersama mantan selirnya. Semenjak kepergian mantan istrinya, Kaizen memerintahkan perbaikan secara besar-besaran. Ia ingin memastikan tempat yang dianggap suci oleh ke-dua wanita kesayangannya kembali seperti semula—setidaknya hadir dengan nuansa baru yang terkesan lebih bersih dari noda. Cadeau bien-aimé kemudian ditutup untuk umum dibawah perintahnya.
“Sudah 8 tahun berlalu semenjak mereka menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Robelia,” gumam Kaizen yang sudah tiba di hadapan patung The Goddess. Belakangan ini isi kepalanya memang kembali mengingat si kembar.
Musim debutan telah tiba. Usia anak-anaknya juga sudah terbilang dewasa; 16 tahun. Itu berarti anak-anaknya sudah mulai diperkenalkan pada masyarakat. Undangan untuk menghadiri pesta gadis bangsawan yang menjadi debutan juga pasti akan berdatangan.
Membayangkan semua itu, berhasil membuat Kaizen merasa terpukul. Ia telah melewatkan banyak momen berharga dalam hidup ke-dua putranya, karena ulah di masa lalu. Akibatnya, hingga detik ini ia belum diberi kesempatan untuk bertatap muka secara langsung dengan ke-dua putranya.
“Ayah rindu kalian, Nak,” lirih Kaizen.
Punggungnya yang terasa kaku karena seharian ini ia habiskan di balik meja kerja, kini direbahkan di atas permukaan tempat tidur yang memang masih ada di tempat semula. Pikirannya kembali melalang buana ketika sorot matanya terpaku pada langit-langit yang terbuat dari kaca.
Ketenangan cadeau bien-aimé sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Kaizen. Justru dari banyaknya tempat di istana, tempat yang sunyi, sepi, serta tenang seperti cadeau bien-aimé adalah tempat yang paling Kaizen butuhkan. Sayang sekali, malam itu ketenangan yang Kaizen dapatkan tidak bertahan lama.
“Siapa di sana?”
Kaizen hampir saja melemparkan belati yang ada di atas meja dekat tempat tidur, ketika mendengar suara gemersik dari balik tanaman hias setinggi satu meter di sebelah timur patung The Goddess.
“Mungkinkah ada penyusup?” batin Kaizen. Tidak mungkin ada yang berani masuk ke cadeau bien-aimé di saat dirinya ada di sana.
Didasari rasa penasaran, Kaizen pun bergegas untuk memeriksa sumber suara gemersik tersebut. Tidak ada rasa takut dalam hati raja Robelia, yang ada hanyalah rasa penasaran serta emosi yang mulai terbentuk. Ia paling benci waktu istirahatnya diganggu.
Langkah Kaizen kemudian tiba pada sumber suara gemersik yang sempat menganggu ketenangannya. Rupanya memang benar, ada penyusup yang masuk ke cadeau bien-aimé tanpa persetujuannya. Kali ini, bukan belati lagi yang akan ia keluarkan.
“Siapa kau?” tanya Kaizen dengan tangan mengarahkan pedangnya pada penyusup yang di maksud. “Berani sekali masuk ke tempat ini tanpa izinku.”
Penyusup itu tidak langsung bicara. Tubuhnya tampak tergeletak begitu saja di atas permukaan tanah yang tertutup batuan alam. Dilihat dari penampilannya, penyusup itu adalah seorang perempuan. Tubuhnya terbilang kecil—kurus dan lusuh, terlihat dari gaun putihnya yang hampir berubah warna menjadi coklat muda.
“Kau bisu?” cecar Kaizen. Emosinya semakin meninggi karena merasa diabaikan. Ia adalah seorang pemimpin kekaisaran ternama. Bisa-bisanya perempuan lusuh yang memiliki surai pirang pucat itu mengabaikannya. “Kau …”
Baru saja Kaizen hendak mencecar lagi, penyusup itu menoleh ke arahnya. Obsidian hitam Kaizen langsung menatap wajah kecil dengan sepasang netra perak langka yang rona kehidupan. Penyusup itu benar-benar seorang perempuan berwajah cantik. Walaupun terdapat keanehan pada sepasang netra peraknya.
“Di mana ini?”
Bukannya menjawab pertanyaan Kaizen, perempuan itu malah balik melontarkan pertanyaan dengan raut wajah polos. Sepasang netra peraknya yang kehilangan cahaya kehidupan, menampilkan sorot yang tidak dapat dibaca.
“Kau tidak bisa melihat?”
Sejujurnya Kaizen hanya menebak dengan asal. Namun, siapa yang menyangka jika lawan bicaranya benar-benar tidak bisa melihat. Perempuan itu bahkan mengatakan sesuatu yang terdengar begitu ambigu di telinga Kaizen.
“Saya hanya bisa melihat cahaya dari jiwa kemuliaan.”
🌞🌞
TBC
Semoga suka. Jangan lupa dukung Author dengan cara tonton iklan sampai habis, like, rate 5 bintang, komentar & follow Author supaya tidak ketinggalan informasi 🥰
Bandung 24-01-24 || 20.44 WIB
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
dw granny
waaah ktm jodoh br kah kaisar kampret ni ?? aduuuuh biarkan dia menduda seumur hdp ah thor ... hukuman seumur hidup donk thor bt dia huhuhuu ...
2024-01-26
4
Ezar Faruq
maaf thor bukannya kaizen dulu waktu pisah sama kayena kira kira berumur 27thn ya.kalo udah berlalu 16thn berarti 42hn donk.ini berdasarkan umur kaezar......
2024-01-24
5
Shai'er
lanjut Thor💪💪💪
makasih banyak🥰🥰🥰
sehat selalu💙💛💙
2024-01-24
6