009. La vérité commence à être révélée (Kebenaran yang mulai terungkap)
Selama 16 tahun terakhir, Kaizen tidak pernah merasa se-penasaran ini. Ketika ia mengetahui mantan istrinya mengandung hingga melahirkan pun, ia bisa menahan rasa penasaran tentang keturunannya. Namun, sekarang rasa penasaran itu benar-benar tidak dapat dibendung. Kehadiran gadis tunanetra yang memiliki kekuatan istimewa di cadeau bien-aimé benar-benar membuat isi kepalanya terus dijejali rasa penasaran.
Belum genap 24 jam setelah ia meninggalkan pemilik silver eyes itu di cadeau bien-aimé, tiba-tiba saja kakinya telah kembali mengarah ke tempat tersebut. Padahal gadis tunanetra itu benar-benar memenuhi janji, tidak menampakkan diri, kecuali di malam hari. Ia juga tidak meminta makanan atau air untuk melegakan tenggorokan. Terakhir kali Kaizen mengecek, gadis tunanetra itu tengah berdiam diri di bagian dalam cadeau bien-aimé, sesuai perintah.
Masih dibutuhkan 24 jam lagi untuk memastikan apakah gadis tunanetra itu bersalah atau tidak. Namun, hingga saat ini banyak sekali teka-teki yang belum terjawab mengenai gadis tunanetra tersebut. Seperti ucapannya, tidak ada satu pun informasi yang tersedia tentang pemilik nama Ruby Chevalier.
“Khris,” panggil Kaizen, di tengah-tengah upayanya mengecek tumpukan dokumen penting dengan konsentrasi yang tidak sepenuhnya terkumpul.
Tidak berselang lama, pintu utama terbuka dari luar dan pemilik nama tersebut muncul dengan raut wajah bertanya-tanya. “Yang Mulia memanggil saya?”
“Hm.” Kaizen mencampakkan dokumen yang sedang diperiksanya begitu saja. Dari raut wajahnya yang serius, ia pasti hendak memberikan perintah penting. “Bisakah kau membeli pakaian wanita dari toko terdekat?”
Khris yang berdiri dengan posisi tegap sempat dibuat tertegun satu menit lamanya. Baru ketika Kaizen berdeham lumayan keras, Khris kembali mendapatkan kesadaran.
“Pakaian wanita, Yang Mulia?” tanyanya. Terdengar sedang memastikan pendengaran.
Kaizen berdeham canggung seraya memasang tampang datar. “Hm. Pakaian wanita... bisa dibilang pakaian untuk seorang anak perempuan.”
“S-eorang anak perempuan? Maksud Yang Mulia?” Khris tampak semakin kebingungan.
Kaizen yang melihat itu tampak menghela nafas seraya memijit pelipisnya yang tiba-tiba pening. “Tingginya sedadaku, tubuhnya kecil dan kurus,” ujarnya, memberi tambahan informasi. “Belikan juga alas kaki yang nyaman untuk beraktivitas.”
Khris mencerna tambahan informasi itu dengan usaha ekstra. Selama bekerja dengan sang Matahari Kekaisaran, baru kali ini ia diminta untuk membeli pakaian kaum Hawa. “Maaf, Yang Mulia. Saya hanya ingin memastikannya, jadi... dia ini seorang gadis?”
Dari penggunaan kata “wanita” dan “gadis” saja sudah mengandung makna berbeda. Jika Khris keliru mendapatkan informasi, kemungkinan besar pakaian yang akan dibeli juga tidak dapat digunakan.
“Hm,” sahut Kaizen pandangan tertuju pada Khris. Walaupun suka bicara blak-blakan, ia tahu betul jika tangan kanannya itu belum pernah terlibat hubungan asmara dengan kaum Hawa, saking totalitasnya mengabdi pada balai ksatria. “Kurasa usianya baru sekitar 17 atau 18 tahun.”
Khris segera mengangguk paham. Menurutnya , informasi yang diberikan oleh sang tuan sudah lengkap. Ia pun bergegas undur diri untuk segera membeli barang-barang yang diminta. Walaupun sempat diserang keterkejutan serta rasa penasaran, Khris tidak melontarkan pertanyaan apa pun. Memang cukup mengejutkan ketika sang Matahari Kekaisaran meminta dibelikan pakaian perempuan, padahal selama ini ia tidak pernah dekat dengan siapa-siapa. Ditambah lagi fakta bahwa kemungkinan perempuan itu baru berusia 17 atau 18 tahun, lebih muda 26 atau 27 tahun dari rajanya.
Bukan ranah Khris untuk ikut campur masalah pribadi tuannya. Toh, Khris juga masih bisa memaklumi. Sebagai pria sehat yang memiliki kebutuhan biologis, wajar jika suatu hari raja Robelia membutuhkan kehangatan seorang perempuan.
“Ini barang-barang yang Anda minta, Yang Mulia.”
Butuh waktu hampir 2 jam bagi Khris untuk membeli barang-barang yang dimaksud Kaizen. Sekarang, semua barang-barang itu berjejalan di atas kursi panjang yang ada di ruang kerja Kaizen.
“Kau.... membeli sebanyak ini?”
“Iya, Yang Mulia. Saya pikir tidak ada salahnya membeli lebih banyak, karena saya tidak tahu mana yang disukai Nona.”
Kaizen berdecak mendengar ucapan lawan bicaranya. Ia memang tidak menyembunyikan jumlah atau kuantitas barang yang diminta, tetapi bagaimana bisa tangan kanannya membeli begitu banyak vintage dress serta vintage shoes. Belum lagi beberapa kebutuhan lain yang memang diperuntukkan untuk perempuan.
“Simpan sisanya di kamar naratama, dekat tempat peristirahatanku.”
Tidak mau ambil pusing, ia kemudian meminta Khris untuk menyimpan barang-barang tersebut setelah satu vintage dress dan sepasang vintage shoes tanpa hak berwarna cream yang dipercantik oleh pita berwarna pink pastel.
Kaizen sebenarnya tidak tahu kenapa ia harus repot-repot memikirkan gadis tunanetra itu. Ia bahkan sampai membelikan pakaian baru, sepatu serta kebutuhan yang lain. Padahal ia bisa saja memberikan pakaian bekas pelayanan.
“Minta pelayanan untuk menyiapkan makan malamku di cadeau bien-aimé.”
“Baik, Yang Mulia.”
Setelah memberikan titah, Kaizen memperbolehkan Khris untuk pamit undur diri. Walaupun tangan kanannya itu dapat dipercaya, saat ini ia belum berniat membocorkan keberadaan gadis tunanetra berkekuatan istimewa di cadeau bien-aimé.
Malam harinya, Kaizen kembali datang ke cadeau bien-aimé untuk menyerahkan pakaian serta kebutuhan gadis pemilik silver eyes tersebut. Seperti biasa, ia juga menghabiskan lebih banyak waktu di sana, mulai dari makan malam hingga istirahat sebentar di sekitar patung The Goddess. Keberadaan gadis tunanetra bernama Ruby Chevalier memang mulai mendapat perhatian lebih darinya. Namun, Kaizen masih berusaha keras untuk menahan rasa kemanusiaannya.
“Terima kasih atas kemurahan hatinya, Yang Mulia.”
Walaupun masih menyimpan rasa permusuhan, ucapan terima kasih yang diucapkan gadis tunanetra itu terdengar sangat tulus di telinga Kaizen.
“Tidak ada yang pemberian yang tidak berbayar,” balas Kaizen dengan suara dinginnya. Selesai makan malam yang sengaja tidak dihabiskan, ia menikmati segelas wine yang berumur tidak kalah tua darinya. “Ceritakan tentang dirimu, karena seperti katamu, tidak ada informasi yang dapat aku temukan.”
Gadis dengan surai pirang pucat itu tampak tersenyum tipis dari tempatnya duduk. Kaizen yang yang duduk tidak jauh dari patung The Goddess bisa melihatnya dengan jelas.
“Saya tidak memiliki sesuatu untuk dibagikan dengan identitas ini.” Ruby mulai membuka pembicaraan dengan suaranya yang jernih nan ringan. “Jika Anda penasaran, kenapa tiba-tiba saya bisa berada di sini? Jawabannya mungkin terdengar mengada-ada, tetapi memang itulah kebenarannya.”
“.”
“Saya memang tidak bisa melihat, tetapi saya bisa melihat cahaya jiwa kemuliaan. Selain itu, saya juga bisa melihat entitas yang tidak dapat dilihat dengan mata tel*nj*ng. Di dunia ini, entitas tidak terlihat adalah mahluk dengan jumlah yang tidak terhitung. Sebagian besar entitas tidak terlihat merupakan roh jiwa jahat yang terjebak di earth.”
Pemilik silver eyes itu bercerita dengan tenang, padahal topik yang sedang dibicarakan terdengar sangat berat sehingga Kaizen kesulitan untuk memahaminya.
“Pada dasarnya, roh jiwa jahat yang terjebak di earth tidak memiliki pilihan selain menunggu hari akhir tiba. Akan tetapi, terkadang mereka termakan hasrat untuk hidup kembali, kemudian menghalalkan segala cara untuk mewujudkannya.”
Kaizen tidak bodoh. Ia berwawasan luas dan tidak berpikir sempit tentang keberadaan mahluk supranatural. Sedikit demi sedikit, ia mulai memahami topik pembicaraan yang dibahas Ruby. Mungkin terdengar mengada-ada, tetapi pada zaman ini, kepercayaan pada hal-hal supranatural tidak dapat dilepaskan dari masyarakat.
“Pada hari itu, saya dikejar oleh entitas roh jahat yang kekuatannya setara dengan half saint. Saya berusaha melarikan diri, karena seperti yang Anda lihat, saya memiliki tubuh yang lemah.”
Kaizen mengerutkan kening mendengarnya. Belum sempat Ruby menyelesaikan cerita, Kaizen kembali bersuara. “Jangan bilang setelah itu kau melakukan teleportasi?”
“.”
Ruby tidak menjawab. Tindakan tersebut tentunya mengundang smirk di bibir sang Matahari Kekaisaran. “Semakin didengarkan, ceritamu terdengar semakin mengada-ngada.”
Setelah berkata demikian, Kaizen meninggalkan Ruby begitu saja. Sedangkan yang ditinggalkan, tampak tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Ia sepertinya sudah dapat menebak, reaksi itulah yang akan didapatkan jika bercerita pada sang Matahari Kekaisaran.
“Saya terlempar ke tempat yang indah ini memang karena teleportasi.”
Sedangkan di tempat lain, Kaizen yang meninggalkan cadeau bien-aimé langsung pergi ke ruang arsip milik istana. Ia memang sempat menolak percaya pada cerita Ruby, tetapi tidak ada salahnya jika mencaritahu lebih banyak perihal kekuatan istimewa yang berkaitan dengan hal yang melampaui keberadaan alam semesta yang terlihat.
🌞🌞
TBC
Semoga suka. Jangan lupa dukung Author dengan cara tonton iklan sampai habis, like, rate 5 bintang, komentar & follow Author supaya tidak ketinggalan informasi 🥰
Bandung 31-01-24 || 17.20 WIB
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Eonni Sunda
Bisa jadi /Panic/
2024-02-07
3
Shai'er
lanjut, Thor💪💪💪
makasih banyak🥰🥰🥰
sehat selalu💛💛💛
2024-02-02
5
Shai'er
sukaaa😍😍😍
2024-02-02
4