002. Le petit soleil recontre le soleil impérial (Matahari Kecil yang bertemu Matahari Kekaisaran)
“Kakak mau? Ibu pasti menyisakannya untuk kita.”
“Kamu mengambilnya dari dapur?”
“Hum. Aku yakin Ibu menyimpannya untuk kita, karena tadi pagi kita belum sempat makan peach pie buatan Ibu.”
Bisik-bisik dua suara anak kecil itu terdengar di antara tumpukkan barang yang dimuat dalam sebuah kapal layar. Di antara kegelapan serta ruang gerak yang sempit, pemilik suara-suara itu masing-masing menikmati sepotong peach pie buatan sang ibu yang dibawa oleh si bungsu. Peach pie memang salah satu makanan yang mereka sukai dan sukar ditolak.
Mereka memang tidak membawa banyak perbekalan, tetapi benda-benda penting seperti tag—tiket masuk ke balai ksatria Kyen yang menjadi tempat terselenggaranya turnamen—formulir pendaftaran dan surat rekomendasi dari balai ksatria juga mereka bawa.
Perjalanan menuju kekaisaran Robelia terasa begitu lama ketika mereka berada di antara barang-barang yang dimuat dalam kapal. Sebagai penumpang gelap, sepasang anak kembar itu tahu betul jika konsekuensi yang harus mereka tanggung tidaklah mudah. Ketika para awak kapal kembali beraktivitas, mulai membongkar barang bawaan yang dibawa dari Saba—tempat kelahiran Orvel dan Theon, itu berarti mereka telah tiba di tempat transit—tempat singgah.
“Kita sudah sampai,” ucap Orvel, setengah berbisik.
Setelah menikmati peach pie, mereka berdua jatuh tertidur tanpa menggosok gigi terlebih dahulu. Jika sang ibu tahu, mereka pasti akan ditegur.
“Kita sudah tiba di kekaisaran Robelia, Kak?”
“Entahlah,” sahut Orvel. Anak laki-laki berparas rupawan itu juga tidak yakin, apakah tempat transit yang pertama kali kapal layar ini datangi sudah masuk ke dalam wilayah kekaisaran Robelia atau belum?
Kebingungan ke-dua anak laki-laki yang mewarisi darah bangsawan itu terjawab ketika mendengar obrolan para awak kapal dengan orang-orang sekitar—kemungkinan besar orang-orang yang ada di pelabuhan, karena mereka membahas perihal perizinan memasuki wilayah seberang.
“Kita pergi sekarang,” kata Orvel seraya meraih tangan adiknya. Sebagai seorang kakak, ia memiliki peran besan untuk memastikan keselamatan adiknya.
Ketika berhasil keluar dari tempat persembunyian, Orvel dan Theon langsung disambut dengan kesibukan para awak kapal yang sedang membongkar muatan. Ada pula beberapa pria dengan seragam keamanan yang berdiri di tepi jembatan penghubung—tampak mengawasi pekerjaan para awak kapal.
“Bagaimana cara kita melewati mereka semua, Kak?” bisik Theon ketika mengamati kondisi sekitar.
“Kita masuk ke dalam salah satu muatan yang akan dipindahkan. Ketika tiba di pelabuhan, barulah kita melarikan diri.” Theon menemukan ide paling aman untuk mereka melarikan diri tanpa menimbulkan kecurigaan.
Tubuh Orvel dan Theon memang kecil, jadi mereka bisa dengan mudah menyelinap dan bersembunyi di antara barang-barang yang tersimpan dalam kotak-kotak kayu atau keranjang yang dianyam dari rotan. Situasi mencekam seperti saat ini bisa dilewati dengan tenang oleh ke-duanya, karena sejak masih sangat kecil, mereka sudah dibekali pengetahuan serta keterampilan untuk bertahan hidup (survival) dalam berbagai kondisi. Sejatinya, Orvel dan Theon juga pandai dalam mengamati kondisi di sekitar. Bagaimanapun juga, didikan sang ayah, kakek, serta paman-pamannya telah membentuk mental baja ke-dua anak itu sejak dini.
“Kita berhasil, Kak,” bisik Theon dengan senyum sumringah.
Saat ini keduanya telah berhasil melarikan diri dari pelabuhan. Berbekal pengetahuan serta petunjuk yang ada di sepanjang jalan, sekarang mereka tahu ada di mana. Jika ingin pergi ke Kyen, mereka harus menempuh perjalanan melalui jalur perairan lagi.
“Apa kamu lapar? Kita bisa membeli makan terlebih dahulu, sebelum pergi ke balai ksatria di kota Kyen.”
Theon mengangguk, menyetujui ide sang kakak. Mereka hanya makan sepotong peach pie ketika hendak melakukan perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan. Maka tidak heran jika saat ini perut kecil mereka keroncongan. Untungnya di sekitar pelabuhan banyak kedai yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman. Orvel dan Theon hanya membutuhkan beberapa keping uang untuk membeli makanan. Akan tetapi, mereka tidak memiliki satupun piéces d’or, piéces d’argent, atau piéces de bronze yang merupakan alat tukar di kekaisaran Robelia.
“Bibi, apa kita bisa membeli makanan dengan ini?” Theon bertanya dengan sopan pada seorang wanita tua yang menjaga kedai yang menjual makanan Prancis. Ia kemudian mengeluarkan uang yang ia bawa, yaitu metal précieux Obél; alat tukar di tempat tinggalnya.
“Tentu saja boleh, anak tampan,” sahut wanita tua tersebut. Ia tampak terpesona pada keindahan rupa serta kesopanan tutur kata Theon dan Orvel yang datang ke kedai miliknya, tanpa didampingi oleh orang dewasa. “Kalian ingin makan apa, nak?”
“Apakah Bibi bisa memasakkan bouillabaisse untuk kami?”
“Tentu saja. Dua porsi bouillabaisse akan segera datang untuk kalian.”
Wanita tua penjaga kedai itu kemungkinan besar berasal dari Prancis, mengingat aksen bahasa Prancis-nya sangat bagus dan khas. Orvel dan Theon memang menggunakan bahasa Prancis ketika berkomunikasi. Selain bahasa Inggris dan Prancis, mereka juga menguasai beberapa bahasa lain, termasuk bahasa yang digunakan penduduk asli kekaisaran Robelia—mengingat kakek mereka dari pihak ibu, kerap menggunakan bahasa tersebut.
“Di mana orang tua kalian? Kenapa kalian hanya pergi berdua?”
Dua porsi bouillabaisse pesanan Orvel dan Theon tiba dalam waktu singkat. Wanita tua yang menjaga kedai bersama suaminya itu tampak ramah dan hangat ketika melayani si kembar.
“Ibu dan Ayah ada di rumah,” jawab si kecil Theon. Ke-dua tangannya sudah sudah berada di depan dada, siap berdoa sebelum menyantap hidangan bouillabaisse yang masih hangat.
“Berbahaya jika anak kecil seperti kalian pergi tanpa didampingi oleh orang dewasa.”
“Kita sudah besar, Bibi,” sahut Theon, tidak mau dibilang sebagai anak kecil lagi semenjak memiliki dua adik.
Wanita tua yang menggunakan gaun sederhana serta celemek kotor itu tentu saja tertawa mendengar kepolosan Theon. Tampaknya ia sengaja berlama-lama di meja yang ditempati oleh si kembar, karena penasaran akan asal-usul dua anak laki-laki yang tiba-tiba muncul di kedai miliknya tanpa pengawalan orang dewasa.
Dilihat dari segi manapun, darah bangsawan tidak dapat ditutupi. Ke-dua anak laki-laki di hadapannya boleh saja menggunakan pakaian biasa, tetapi terbuat dari bahan sandang berkualitas tinggi. Kulit mereka juga bersih dan terawat. Sepasang obsidian hitam serta obsidian coklat terang yang cemerlang, jelas sekali menggambarkan kecerdasan.
“Kalian berdua mengingatkan Bibi pada Yang Mulia Raja ketika masih anak-anak.”
Orvel dan Theon yang sedang menikmati hidangan bouillabaisse (dibaca buyabes), semacam sup ikan yang dihidangkan dengan kuah terbatas. Ikan pada hidangan ini disajikan secara terpisah dengan saus rouille serta roti panggang yang bisa ditambahkan ke dalam sup. Ibu mereka kebetulan cukup sering membuat bouillabaisse ketika musim gugur.
“Terutama kamu,” tambahnya dengan tatapan tertuju pada Orvel. “Kamu mirip sekali dengan Yang Mulia Raja.”
“Dulu, ketika Yang Mulia Raja masih seusia kalian, Bibi bekerja di dapur istana ratu. Mendiang Ratu Carlein sangat menyukai masakan Prancis, itulah kenapa Bibi dipekerjakan.”
Orvel dan Theon mendengarkan dengan seksama. Ketika makan, mereka memang diwanti-wanti untuk tidak bicara. Namun, bukan berarti mereka tidak dapat menyikapi obrolan dengan baik. Bibi yang menjadi lawan bicara mereka juga ramah dan keibuan. Selagi menikmati makanan, wanita tua itu mengutarakan rasa takjubnya akan kemiripan Orvel dan Theon dengan rajanya. Ia juga sempat bertanya, kemana lagi sepasang anak kembar itu akan pergi.
Ketika mengetahui suami dari wanita itu akan pergi ke Kyen untuk membeli kebutuhan pokok untuk kedai mereka, Orvel dan Theon juga mengatakan tujuan mereka selanjutnya. Si kembar kemudian mendapat kesempatan untuk pergi bersama suami dari bibi tersebut. Rencananya sebelum matahari terbenam, mereka akan segera pergi ke Kyen.
“Bibi, ada apa di luar sana?” tanya Theon dengan rasa penasaran yang tidak dapat di bendung ketika melihat keramaian di luar kedai.
“Kalian beruntung,” kata bibi pemilik kedai. “Yang Mulia Raja datang berkunjung kemari,” tambahnya dengan raut gembira.
Orvel dan Theon sempat bertatapan, sebelum diminta untuk ikut pergi ke luar kedai. Rupanya keramaian di luar kedai ditimbulkan oleh antusiasme rakyat di sekitar pelabuhan, mereka hendak menyambut kedatangan pemimpin mereka.
“Baru kali ini kita melihat iring-iringan keluarga kerajaan, Kak,” bisik Theon yang berdiri dengan wajah tunduk di samping sang kakak.
“Hm, benar,” sahut Orvel. “Kita memang tidak pernah melihat iring-iringan keluarga kerajaan, tapi Ayah ke-dua sering membawa kita mengelilingi ibu kota,” tambahnya, yang kemudian disetujui oleh sang adik.
Mereka berdua memang tidak pernah melihat iring-iringan keluarga kerajaan manapun. Namun, mereka pernah beberapa kali ikut dalam iring-iringan semacam itu. Ayah ke-dua mereka adalah seorang kaisar. Itulah mengapa mereka pernah beberapa kali ikut dalam iring-iringan semacam itu.
“Menunduklah yang sopan, nak,” tegur bibi pemilik kedai ketika Theon kecil yang penasaran, hendak mengangkat kepala ketika suara seorang ksatria mengumumkan kedatangan sang Matahari Kekaisaran.
“Semoga Tuhan selalu memberkati Matahari Kekaisaran Robelia.”
Kalimat itu diucapkan serempak oleh rakyat yang berjejer dengan kepala tertunduk hormat, di saat sang Matahari Kekaisaran yang menaiki kuda hitam miliknya melewati jalanan di sekitar. Si kembar juga ikut mengucapkan kalimat yang sama ketika rombongan itu tiba di hadapan mereka. Namun, karena didorong oleh rasa penasaran yang sangat tinggi, tanpa diberi komando, sepasang anak kembar itu mengangkat kepala ketika semua orang diharuskan menunduk hormat. Sepasang obsidian hitam serta obsidian coklat terang yang cemerlang itu menatap langsung pada sang Matahari Kekaisaran.
Pada waktu yang bersamaan, pemilik gelar kehormatan “Matahari Kekaisaran Robelia” itu juga tengah menatap ke arah yang sama. Wajah tampan dengan rambut model preppy cut-nya yang tertiup angin, mampu membuat siapa pun terpesona. Namun, si pemilik kemuliaan tertinggi di Robelia itu justru tertarik pada dua mahluk mungil yang berani menatap langsung ke padanya.
“Anak-anak yang menarik.”
🌞🌞
TBC
Semoga suka. Jangan lupa dukung Author dengan cara tonton iklan sampai habis, like, rate 5 bintang, komentar & follow Author supaya tidak ketinggalan informasi 🥰
Sukabumi 17-01-24 || 21.40 WIB
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Karinah Karinah
kontak mata nggak tuh 😯
2024-01-28
5
Karinah Karinah
😯😯😯😯😯
2024-01-28
4
Shai'er
lanjut Thor💪💪💪
makasih banyak🥰🥰🥰
sehat selalu💙💙💙
2024-01-20
8