0014. Feeling disappointed when they meet him (Rasa kecewa ketika mereka berjumpa dengannya)
Orvel tidak bodoh. Sejak terlahir ke dunia, sifat alamiah sebagai seorang pemimpin serta panutan bagi adiknya telah terbentuk. Intuisi di antara mereka juga terbentuk sangat kuat. Pertemuan kali ini, berhasil mempengaruhi konsentrasi kembarannya. Ada sesuatu yang menganggu lautan pikiran adiknya itu, sehingga fokusnya kerap buyar di pertandingan pertama.
“Fokus, Theon.”
Dengan napas terengah-engah, Orvel melirik adiknya yang terlihat setengah sadar ketika bertarung melawan musuh pertama mereka hari ini. Alhasil adiknya beberapa kali hampir terkena serangan balik.
“Fokuslah hingga kita meraih kemenangan terakhir. Setelah itu, kita akan memenuhi rasa ingin tahumu.”
Seolah-olah kembali mendapatkan kesadarannya, setelah mendengar ucapan Orvel, Theon tampak bereaksi. Si bungsu terlihat kembali mendapatkan tekadnya untuk melaju ke babak final. Dalam sekejap, situasi pertandingan dibalikkan dengan mudah karena sekarang kekuatan tim mereka kembali seimbang.
Turnamen ksatria muda tingkat dewasa memang tidak mengharuskan peserta saling bunuh. Namun, mereka harus membuat lawan tidak bisa menyerang balik atau menyerah secara sukarela untuk mendapatkan kemenangan. Orvel dan Theon juga tidak pernah membuat lawan cidera parah, tetapi mereka selalu mendapat kemenangan secara mutlak. Penampilan mereka tentu saja mendapatkan perhatian dari seluruh penonton, tidak terkecuali Matahari Kekaisaran beserta rombongan.
“Mereka selalu bertanding dalam tim?” tanya sang Matahari Kekaisaran di tengah-tengah acara menonton pertandingan.
“Setahu saya tidak, Yang Mulia. Ksatria muda Cassian dan Clayton juga ikut serta dalam pertandingan perorangan,” ungkap Khris, tangan kanan raja Robelia yang sejak tadi ikut mengamati dan menilai kemahiran ksatria muda kembar yang sedang tampil. “Kekuatan mereka sama-sama unggul, baik dalam pertandingan tim maupun perorangan.”
Dari tempatnya duduk, diam-diam sang Matahari Kekaisaran tampak tersenyum tipis. “Mereka benar-benar telah kembali.”
Bohong jika ia tidak mengetahui kehadiran si kembar; Cassian dan Clayton. Semenjak pengawas turnamen mendapatkan formulir pendaftaran atas nama Cassian dan Clayton, Kaizen langsung menyelidiki lebih lanjut. Walaupun tanpa nama lengkap, ke-dua nama tersebut sangat jarang ditemukan. Investigasi Kaizen justru semakin diperjelas dengan track record Cassian dan Clayton selama mengikuti pertandingan.
Jika waktu diputar pada masa 8 tahun lalu, pernah ada sepasang anak kembar yang menggemparkan balai Ksatria Kyen karena berhasil menangkap 6 pertandingan dalam satu hari pelaksanaan. Anak kembar yang mengikuti turnamen Ksatria tingkat junior itu tidak lain dan tidak bukan adalah Cassian dan Clayton; putra biologis sang Matahari Kekaisaran.
Delapan tahun lalu Kaizen mungkin lengah, tetapi sekarang ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk ke-dua kalinya.
“Cahaya jiwa kemuliaan yang berkobar-kobar.”
Kaizen yang entah sejak kapan larut dalam lamunan, kembali tersadarkan ketika mendengar suara lembut dari samping.
“Apa maksudmu, Ruby?”
“Mereka,” gadis pemilik silver eyes itu mengarahkan pandangannya ke arena pertandingan. Walaupun tidak dapat melihat dengan normal, sepasang silver eyes miliknya menangkap dua cahaya jiwa kemuliaan yang tampak seperti matahari dengan kobaran api yang menggelora. “tampak seperti matahari kecil yang memiliki banyak pelindung mulia. Cahaya jiwa kemuliaan mereka sangat istimewa.”
Kaizen sempat tertegun dalam beberapa detik, sebelum akhirnya bersuara dengan nada lirih. “Mereka lahir dan dibesarkan oleh wanita mulia yang dulunya berstatus sebagai pendamping Matahari Kekaisaran. Ayah kandungnya memang seorang Matahari Kekaisaran, tetapi yang mereka kenali sebagai Ayah adalah mantan Elang Muda Kekaisaran serta Matahari Kekaisaran Astoria. Darah dua kekaisaran mengalir dalam tubuh mereka. Sedangkan aura suci lainnya, pasti berasal dari kekaisaran Astoria yang melindungi mereka lewat gelar pangeran semenjak dalam kandungan.”
Kini giliran lawan bicara Kaizen yang terdiam. Di tempat yang luas itu, memang hanya terdapat segelintir manusia dengan cahaya jiwa kemuliaan yang istimewa. Setelah Kaizen, muncul dua calon pemimpin besar di masa depan, bahkan salah satu di antaranya memiliki elemen cahaya jiwa kemuliaan yang lebih dominan. Ruby bahkan sempat terintimidasi, ketika sepasang silver eyes miliknya bertemu pandangan dengan pemilik elemen cahaya jiwa kemuliaan yang lebih dominan.
“Mereka memiliki tubuh yang tangguh dan dilindungi armor supranatural,” lirih Ruby setelah memutuskan untuk menarik pandangan. Sadar jika tatapan tidak suka baru saja dihunuskan padanya.
Ruby tidak tahu apa yang membuat mereka tidak suka padanya. Padahal ini adalah pertemuan pertama mereka.
Sementara itu, di arena pertandingan, si kembar baru saja dinyatakan sebagai pemenang. Setelah mengesampingkan tanda tanya besar yang menghantui pikiran, mereka kembali bertarung dengan maksimal sehingga kemenangan dapat diraih dengan sempurna.
“Kalian tidak diberi celah sama sekali,” komentar Ducalyon kala memasuki arena pertandingan.
Setelah mengalahkan peserta lainnya, kini Orvel dan Theon akan melawan sepupu mereka sendiri, yaitu Ducalyon yang juga dibekali dengan pedang panjang dengan ornamen ukir khas senjata tajam milik keluarga Pexley. Dilihat dari simbolnya, pedang itu pasti milik Duke of Carlt; Cesare de Pexley.
Tidak mau kalah, Orvel dan Theon pun akhirnya mengganti senjata mereka. Orvel masih mengeluarkan pedang, sedangkan Theon mengganti pedangnya menjadi busur panjang; senjata mematikan yang kerap muncul dalam legenda Inggris.
“Pedang penguasa samudra milik Kakek?”
Ducalyon sampai terkesima ketika melihat pedang legendaris yang dibawa oleh Orvel. Pedang dengan bilah bermata dua, lurus serta runcing menjadikan pedang tersebut sebagai senjata yang baik untuk digunakan dalam situasi pertempuran apa pun. Ditambah lagi ada Jantung Samudra berukuran besar yang menghiasinya, menjadikan identitas pedang tersebut sangat kentara. Pemiliknya sudah pasti diberkahi keselamatan dalam setiap pertempuran.
Bukan hanya Ducalyon saja yang terkejut ketika melihat Orvel mengeluarkan pedang penguasa samudra milik mendiang Pahlawan Kekaisaran, hampir seluruh peserta serta penonton juga mengenali pedang legendaris yang sudah menelan ribuan nyawa di Medan pertempuran tersebut.
Di sisi lain, Theon juga tidak kalah menarik perhatian dengan busur panjang legendaris miliknya. Jarang sekali seorang ksatria tiba-tiba mengubah senjata ikoniknya. Namun, Theon sekarang melakukan itu. Ia tampil gagah dengan busur panjang yang dibuat dengan teknik khusus nan rumit. Pada bagian belt yang ja gunakan juga terdapat belati Jantung Samudra yang telah diberikan kepadanya.
Posisi pertahan Orvel dan Theon juga resmi berubah semenjak ke-duanya mengambil senjata baru. Pertandingan kali ini adalah tiket mereka menunju babak final.
“Kalian sudah mencuri satu poin dariku,” gumam Ducalyon di tempatnya berdiri. Ia tidak menyangka jika pedang legendaris milik sang kakek diwariskan pada sepupunya. Ia pikir pamannya yang mendapatkan benda bersejarah tersebut.
“Kita tidak pernah mencuri apapun, termasuk pedang ini,” tegas Orvel.
Ducalyon tersenyum miring. Ia sudah bersedia di tempatnya berdiri. Di sampingnya, sang partner yang merupakan pengguna pedang ganda juga telah berada dalam posisi siap.
“Kalau begitu, mari kita lihat apa pedang itu bisa kalian gunakan dengan baik.”
Setelah berkata demikian, pengawas pertandingan memberikan aba-aba untuk bersiap. Setelah hitungan mundur, pertarungan semi final di antara saudara sepupu itu dimulai. Arena pertarungan dalam sepersekian detik berubah mencekam ketika anak-anak panah milik Theon melesat di udara, menargetkan rekan Ducalyon sebagai korban.
Ducalyon sendiri menyerang dengan agresif. Lawannya tentu saja sepupunya yang lain, yaitu Orvel. Jiwa kompetitif berkobar dengan hebat pada masing-masing peserta, termasuk mereka yang akhirnya menginjakkan kaki di semi final.
“Saudara yang saling bertarung,” ujar Khris, berkomentar ketika menyaksikan bagaimana agresifnya Ducalyon menyerang Orvel.
Di tempatnya duduk, Kaizen juga mulai merasakan kengerian. Ia telah mengenali Ducalyon sebagai Ducal Prince of Carlt. Dilihat dari perawakan fisik hingga cara bermain pedang, ksatria muda itu benar-benar jenius seperti ayahnya yang telah menjadi jendral perang di usia muda. Namun, Kaizen tidak dapat menutup mata soal kepiawaian bermain pedang putra-putranya.
“Aku tidak pernah membayangkan akan melihat keturunanku Grand Duke Pexley saling menyerang, biasanya mereka selalu satu visi dan misi.” Kaizen tersenyum tipis setelahnya. Walaupun hingga saat ini pertandingan tampak seimbang, ia yakin tim mana yang akan maju ke babak final.
Dibandingkan pertarungan dengan peserta lain, durasi yang dibutuhkan Orvel dan Theon untuk menumbangkan Ducalyon dan rekannya memang cukup lama. Hampir 15 menit bertanding, mereka masih sama-sama seimbang. Namun, memasuki menit ke-17 belas, situasi pertandingan berbalik arah. Orvel dan Theon berhasil mendesak tim Ducalyon.
Dalam kondisi tersebut, Theon mengambil kesempatan untuk melesatkan dua anak panah. Satu ditargetkan ke arah lawan (partner Ducalyon), sedangkan satunya lagi ditargetkan ke arah Ducalyon (bertujuan mengecoh konsentrasi), tetapi kengerian terjadi ketika Ducalyon berhasil menghindari anak panah tersebut. Benda tajam yang melesat cepat di udara itu kini mengarah ke gadis yang berada tidak jauh dari posisi sang Matahari Kekaisaran.
🌞🌞
TBC
Semoga suka. Jangan lupa dukung Author dengan cara tonton iklan sampai habis, like, rate 5 bintang, komentar & follow Author supaya tidak ketinggalan informasi 🥰
Sukabumi 10-02-24 || 12.00 WIB
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
👑Queen of tears👑
orvel yang lebih dominan,, tenang tapi menghanyutkan 🤭
2024-05-02
2
👑Queen of tears👑
dari kt²nya sang raja benar² sangat berdamai dengan semua yang sudah terjadi 👌👌
2024-05-02
1
👑Queen of tears👑
wahhh sadar ternyata sang raja,, mereka adalah putranya 👏👏
2024-05-02
1