The Kidnapper Love (Penculik Tampan)

The Kidnapper Love (Penculik Tampan)

Hari Jadi Ayah Yang Ke-60

...****************...

Namaku Lilian Dante!

Aku Putri pertama John Dante, John Dante adalah seseorang yang sangat di segani dan di hormat di kota ini. Dengan berbagai bisnis yang keluarga kami miliki, dia memiliki kekuasaan yang tidak terbatas. Dia tidak segan Menyingkirkan siapa saja yang berani menghalanginya.

Hubungan ku dengan ayah ku bisa di bilang tidak dekat, saat usia ku 10 tahun tiba-tiba saja ayah ku memberikan hak asuh ku pada kakek ku.

Aku memiliki adik bernama Leonardo, usia kami hanya terpaut 6 bulan, kami lahir dari ibu yang berbeda. Aku tak mengerti dengan konsep pernikahan Ayah ku, di saat Ibu ku sedang mengandung, dia memiliki kekasih yang juga sedang mengadung adik ku.

Sementara adik ku mendapatkan fasilitas terbaik, seperti pengawal pribadi, supir pribadi, dan Sekolah terbaik. Seperti kebanyakan anak orang kaya, Leonardo juga bersekolah di Aiglon School.

Sedang kan aku, tinggal bersama kakek ku. Bahkan aku tidak pergi bersekolah Aku home schooling, aku merasa di abaikan.

Hari ini adalah hari jadi Ayah yang ke- 60, semua kolega Ayah datang. Pada hari itu seperti biasa aku di dandani bak seorang putri kesayangan, para tuan muda itu menatap ku dengan pikiran yang bermacam-macam.

Ayah memperkenalkanku kepada semua orang yang berada di sana, kemudian aku berpidato singkat memberikan selamat kepada Ayah ku, mengucapkan termakasih dan selamat datang kepada tamu.

Tak ...Tak ... Tak ...

Hingga pada akhirnya dia membawaku ke sebuah tempat agak jauh dari keramaian. Di sana nampak seorang pria paruh baya berambut putih dan berJanggut putih.

"Hallo James ini putriku Lilian!" 

Pria paruh baya itu menatapku sambil tersenyum. 

"Ah putrimu sangat cantik," sahutnya.

Kemudian memanggil seseorang dari arah belakang "Will ..." katanya sambil Melambaikan tangan.

Seorang laki-laki muda tampan datang menghampiri, wajahnya seperti Leonardo Dicaprio versi muda. Matanya biru, rambutnya coklat muda terang, senyumnya sangat menawan, dan tatapannya sangat tajam.

"Ini cucuku William," katanya lagi sambil tersenyum.

Ayah ku menatap Laki-laki muda itu.

"owh, sungguh berutung dia tampan," kata Ayah ku sambil menoleh kearah ku.

Aku sedikit penasaran, kenapa Ayah berkata demikian seolah mengoda ku.

"Anak laki-laki yang sangat tampan, lebih cocok jadi selebriti, dari pada jadi pewaris keluarga," kata Ayah ku lagi.

"Dengan wajah seperti ini mungkin kamu akan mati muda," sambung Ayahku lagi. Sambil menatap cucu koleganya itu.

Laki-laki muda itu tak menujukan ekspresi apapun, sedangkan laki-laki bernama James sepertinya mulai gerah.

"Ya aku sangat beruntung, memiliki cucu setampan ini putraku pandai memilih istri," katanya.

Tuan James  masih tertawa kecil, kemudian matanya melirik ku.

"Bagaimana kabar putra mu?"

"Dia tidak pernah mengecewakan ku, dia putra ku!"

Tuan James pun tersenyum, kemudian dia melirik ku.

"Putri mu yang cantik ini, apa dia benar putri kandung mu?"

Ayah ku sedikit agak kesal, namum dia mencoba menenangkan dirinya.

"Dia seperti ibunya ..." kata Ayahku lagi agak getir, Kemudian meneguk minumannya.

Tuan James melihat ketidak nyamanan saat Ayah membahas tentang ibu ku, kemudian suasana berubah hening dan dingin.

Namun tak lama kemudian seseorang menghidupkan kembali suasan.

"Tentu saja dia seperti ibunya," Kata Kakek. Sambil bergabung dengan mereka.

"Selamat malam Profesor Jacob," sapa tuan James. Sambil menjabat tangan kakek ku.

"Selamat malam James," sahut Kakek ku menepuk bahunya.

Kemudian kakek ku, menoleh kepada cucu teman lamanya itu.

"Selamat malam Will," sahut Kakek ku kepada seseorang bernama William itu.

Pria tampan yang bernama William itu, kemudian menundukan badannya, memberi hormat sambil  tersenyum.

"Selamat malam Prof," jawabnya kemudian.

Tap ...Tap ... Tap ...

Tak lupa Kakek menghampiri ku dan memeluk ku.

"Cucu ku cantik sekali," kata Kakek tersenyum lebar.

"Aku ingin segera keluar dari tempat ini," bisik ku. Kakek ku hanya tersenyum.

Kemudian Ayah ku berusaha untuk kembali ke topik pembicaraan awal, tanpa menghiraukan Kakek ku.

"Bagaimana kita umum kan saja perjodohan Putri ku dan cucu mu ?" tanya Ayah ku, semua orang terdiam.

Aku kaget setengah mati, Aku melirik kepada Kakek ku seperti biasa Kakek ku bersikap tenang.

"Kakek Ada apa ini?" 

"Ikuti saja, ini demi kebaikanmu," Jawaban yang sungguh di luar ekspetasi.

Kemudian pandangan ku tertuju kepada laki-laki yang katanya akan menjadi tunangan ku, dia seperti menyadari aku menatapnya Kemudian dia balas tatapan ku dingin.

Aku menghampiri Ayah ku.

Tak ...Tak ... Tak ...

"Ayah aku tak mau di jodohkan dengan laki-laki itu!" Ayah ku menatap ku dengan senyuman sinis, aku masih berharap dia perduli.

"Ini bukan ide ku, ini ide Kakek tua itu," kata Ayah dengan ketus.

Dan ternyata lagi-lagi aku kecewa. Ayah ku mejawab dengan dingin seperti biasa sambil menatap ke arah Kakek.

Lalu kemudian dia berjalan meninggalkan ku.  Mengambil gelas dan sebuah sendok, suara dentingan terdengar ke seisi ruangan.

Teng ...Teng ...Teng ...

"Para hadirin terimakasih sudah datang ke pestaku, di hari jadi ku ini aku ingin mengumumkan hal penting," katanya sambil menghela Nafas.

"Ku umumkan pertunangan putri ku Lilian Dante dengan William Jones, semoga dengan pertunangan ini akan memperbaiki hubungan anatar keluarga menjadi lebih baik."

Suara tepuk tangan dan blitz kamera langsung menyerbu ku dan William, aku mendadak lemas aku tidak tau harus bersikap seperti apa.

Kutatap Kakek ku dia seolah mengerti dan paham keinginan ku, akhirnya Kakek ku mengeluarkan ku dari kerumunan itu.

...----------------...

Kemudian Kakek membawa ku pulang, Di sepanjang perjalanan aku menangis.

"Kakek benarkah ini kemauan mu?" 

"Apa Kakek sudah tak ingin melihat ku sampai terburu-buru menjodohkan aku?"

"Hiks ... hiks ...hiks ..."

Kakek ku hanya tersenyum. "Ini demi kebaikan mu"

"Lagi pula William itu cukup tampan," kata Kakek lagi.

Aku menatap Kakek dengan tatapan marah. Aku sangat marah dan kecewa, aku tak mau bicara lagi padanya tangisan ku semakin kencang.

"Will itu sangat pintar, dia cucu sahabatnya Kakek"

Mendengar perkataan kakek yang mejawab dengan tidak serius, aku semakin merasa sedih dan kesal. Padahal ini tentang masa depan ku.

Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar ku, ku banting pintu kamar ku dengan sangat keras.

Selesai mandi aku langsung naik ke tempat tidur ku, air mata ku tak berhenti mengalir bak aliran sungai membayangkan wajah yg ketus itu. Aku berfikir mungkin saja dia adalah sosok yg kejam psikopat, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Tok ...Tok ... Tok ...

"Lily boleh Kakek masuk?" suara Kakek terdengar dari luar kamar. Aku tak mau menjawabnya.

"Masih marah? besok pagi nanti kita ke danau naik perahu dan mancing," kata Kakek lagi. Coba membujuk ku aku tetap tak menjawab.

Tok ...Tok ...

Kakek masih mengetuk pintu kamar ku, aku tetap tak merespon.

"Baik lah lily selamat malam, sampai jumpa besok," kata Kakek kali ini dia menyerah. Suaranya pun tak terdengar lagi.

Aku pun tertidur lelap karena lelah menangis, Di sela tidur ku yang nyenyak ...

Terpopuler

Comments

Iren Nursathi

Iren Nursathi

bagus cerita nya aku suka thor semangat ya nulisnya

2024-01-21

2

Muhammad Restu

Muhammad Restu

bagus banget

2024-01-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!