NovelToon NovelToon

The Kidnapper Love (Penculik Tampan)

Hari Jadi Ayah Yang Ke-60

...****************...

Namaku Lilian Dante!

Aku Putri pertama John Dante, John Dante adalah seseorang yang sangat di segani dan di hormat di kota ini. Dengan berbagai bisnis yang keluarga kami miliki, dia memiliki kekuasaan yang tidak terbatas. Dia tidak segan Menyingkirkan siapa saja yang berani menghalanginya.

Hubungan ku dengan ayah ku bisa di bilang tidak dekat, saat usia ku 10 tahun tiba-tiba saja ayah ku memberikan hak asuh ku pada kakek ku.

Aku memiliki adik bernama Leonardo, usia kami hanya terpaut 6 bulan, kami lahir dari ibu yang berbeda. Aku tak mengerti dengan konsep pernikahan Ayah ku, di saat Ibu ku sedang mengandung, dia memiliki kekasih yang juga sedang mengadung adik ku.

Sementara adik ku mendapatkan fasilitas terbaik, seperti pengawal pribadi, supir pribadi, dan Sekolah terbaik. Seperti kebanyakan anak orang kaya, Leonardo juga bersekolah di Aiglon School.

Sedang kan aku, tinggal bersama kakek ku. Bahkan aku tidak pergi bersekolah Aku home schooling, aku merasa di abaikan.

Hari ini adalah hari jadi Ayah yang ke- 60, semua kolega Ayah datang. Pada hari itu seperti biasa aku di dandani bak seorang putri kesayangan, para tuan muda itu menatap ku dengan pikiran yang bermacam-macam.

Ayah memperkenalkanku kepada semua orang yang berada di sana, kemudian aku berpidato singkat memberikan selamat kepada Ayah ku, mengucapkan termakasih dan selamat datang kepada tamu.

Tak ...Tak ... Tak ...

Hingga pada akhirnya dia membawaku ke sebuah tempat agak jauh dari keramaian. Di sana nampak seorang pria paruh baya berambut putih dan berJanggut putih.

"Hallo James ini putriku Lilian!" 

Pria paruh baya itu menatapku sambil tersenyum. 

"Ah putrimu sangat cantik," sahutnya.

Kemudian memanggil seseorang dari arah belakang "Will ..." katanya sambil Melambaikan tangan.

Seorang laki-laki muda tampan datang menghampiri, wajahnya seperti Leonardo Dicaprio versi muda. Matanya biru, rambutnya coklat muda terang, senyumnya sangat menawan, dan tatapannya sangat tajam.

"Ini cucuku William," katanya lagi sambil tersenyum.

Ayah ku menatap Laki-laki muda itu.

"owh, sungguh berutung dia tampan," kata Ayah ku sambil menoleh kearah ku.

Aku sedikit penasaran, kenapa Ayah berkata demikian seolah mengoda ku.

"Anak laki-laki yang sangat tampan, lebih cocok jadi selebriti, dari pada jadi pewaris keluarga," kata Ayah ku lagi.

"Dengan wajah seperti ini mungkin kamu akan mati muda," sambung Ayahku lagi. Sambil menatap cucu koleganya itu.

Laki-laki muda itu tak menujukan ekspresi apapun, sedangkan laki-laki bernama James sepertinya mulai gerah.

"Ya aku sangat beruntung, memiliki cucu setampan ini putraku pandai memilih istri," katanya.

Tuan James  masih tertawa kecil, kemudian matanya melirik ku.

"Bagaimana kabar putra mu?"

"Dia tidak pernah mengecewakan ku, dia putra ku!"

Tuan James pun tersenyum, kemudian dia melirik ku.

"Putri mu yang cantik ini, apa dia benar putri kandung mu?"

Ayah ku sedikit agak kesal, namum dia mencoba menenangkan dirinya.

"Dia seperti ibunya ..." kata Ayahku lagi agak getir, Kemudian meneguk minumannya.

Tuan James melihat ketidak nyamanan saat Ayah membahas tentang ibu ku, kemudian suasana berubah hening dan dingin.

Namun tak lama kemudian seseorang menghidupkan kembali suasan.

"Tentu saja dia seperti ibunya," Kata Kakek. Sambil bergabung dengan mereka.

"Selamat malam Profesor Jacob," sapa tuan James. Sambil menjabat tangan kakek ku.

"Selamat malam James," sahut Kakek ku menepuk bahunya.

Kemudian kakek ku, menoleh kepada cucu teman lamanya itu.

"Selamat malam Will," sahut Kakek ku kepada seseorang bernama William itu.

Pria tampan yang bernama William itu, kemudian menundukan badannya, memberi hormat sambil  tersenyum.

"Selamat malam Prof," jawabnya kemudian.

Tap ...Tap ... Tap ...

Tak lupa Kakek menghampiri ku dan memeluk ku.

"Cucu ku cantik sekali," kata Kakek tersenyum lebar.

"Aku ingin segera keluar dari tempat ini," bisik ku. Kakek ku hanya tersenyum.

Kemudian Ayah ku berusaha untuk kembali ke topik pembicaraan awal, tanpa menghiraukan Kakek ku.

"Bagaimana kita umum kan saja perjodohan Putri ku dan cucu mu ?" tanya Ayah ku, semua orang terdiam.

Aku kaget setengah mati, Aku melirik kepada Kakek ku seperti biasa Kakek ku bersikap tenang.

"Kakek Ada apa ini?" 

"Ikuti saja, ini demi kebaikanmu," Jawaban yang sungguh di luar ekspetasi.

Kemudian pandangan ku tertuju kepada laki-laki yang katanya akan menjadi tunangan ku, dia seperti menyadari aku menatapnya Kemudian dia balas tatapan ku dingin.

Aku menghampiri Ayah ku.

Tak ...Tak ... Tak ...

"Ayah aku tak mau di jodohkan dengan laki-laki itu!" Ayah ku menatap ku dengan senyuman sinis, aku masih berharap dia perduli.

"Ini bukan ide ku, ini ide Kakek tua itu," kata Ayah dengan ketus.

Dan ternyata lagi-lagi aku kecewa. Ayah ku mejawab dengan dingin seperti biasa sambil menatap ke arah Kakek.

Lalu kemudian dia berjalan meninggalkan ku.  Mengambil gelas dan sebuah sendok, suara dentingan terdengar ke seisi ruangan.

Teng ...Teng ...Teng ...

"Para hadirin terimakasih sudah datang ke pestaku, di hari jadi ku ini aku ingin mengumumkan hal penting," katanya sambil menghela Nafas.

"Ku umumkan pertunangan putri ku Lilian Dante dengan William Jones, semoga dengan pertunangan ini akan memperbaiki hubungan anatar keluarga menjadi lebih baik."

Suara tepuk tangan dan blitz kamera langsung menyerbu ku dan William, aku mendadak lemas aku tidak tau harus bersikap seperti apa.

Kutatap Kakek ku dia seolah mengerti dan paham keinginan ku, akhirnya Kakek ku mengeluarkan ku dari kerumunan itu.

...----------------...

Kemudian Kakek membawa ku pulang, Di sepanjang perjalanan aku menangis.

"Kakek benarkah ini kemauan mu?" 

"Apa Kakek sudah tak ingin melihat ku sampai terburu-buru menjodohkan aku?"

"Hiks ... hiks ...hiks ..."

Kakek ku hanya tersenyum. "Ini demi kebaikan mu"

"Lagi pula William itu cukup tampan," kata Kakek lagi.

Aku menatap Kakek dengan tatapan marah. Aku sangat marah dan kecewa, aku tak mau bicara lagi padanya tangisan ku semakin kencang.

"Will itu sangat pintar, dia cucu sahabatnya Kakek"

Mendengar perkataan kakek yang mejawab dengan tidak serius, aku semakin merasa sedih dan kesal. Padahal ini tentang masa depan ku.

Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar ku, ku banting pintu kamar ku dengan sangat keras.

Selesai mandi aku langsung naik ke tempat tidur ku, air mata ku tak berhenti mengalir bak aliran sungai membayangkan wajah yg ketus itu. Aku berfikir mungkin saja dia adalah sosok yg kejam psikopat, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Tok ...Tok ... Tok ...

"Lily boleh Kakek masuk?" suara Kakek terdengar dari luar kamar. Aku tak mau menjawabnya.

"Masih marah? besok pagi nanti kita ke danau naik perahu dan mancing," kata Kakek lagi. Coba membujuk ku aku tetap tak menjawab.

Tok ...Tok ...

Kakek masih mengetuk pintu kamar ku, aku tetap tak merespon.

"Baik lah lily selamat malam, sampai jumpa besok," kata Kakek kali ini dia menyerah. Suaranya pun tak terdengar lagi.

Aku pun tertidur lelap karena lelah menangis, Di sela tidur ku yang nyenyak ...

Penculikan

...****************...

Tap ...Tap ...Tap ...

Aku terbangun oleh suara langkah kaki, aku sangat ketakutan.

Kreek....

Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka seketika aku terhentak, aku sempat menatap wajahnya seperkian detik, dengan sigap laki-laki itu membekap mulutku dan seketika aku pingsan.

Aku tersadar sejenak, kepalaku pusing, aku lemas tak berdaya. Aku berbaring di jok mobil, samar samar aku mendengar suara.

"Kenapa harus aku yang menjaganya?" kata seseorang. Suaranya seperti anak muda.

"Aku kan sudah punya pacar, Kek," katanya lagi.

"Lupakan pacarmu, kamu sudah bertunangan!" suara itu tampak tak asing.

Tapi aku tak sanggup mengingat.

"Setelah Apa yang dilakukan ayahnya kepada keluarga kita, apa untungnya untuk keluarga kita," suara itu makin meninggi.

"Ikuti saja perintah Kakek, bawa dia di kediamanmu!"

"Lagi pula wajahnya sangat cantik," nada suaranya mulai menurun. 

"Bagi ku Dia Putri seorang penjahat!"

Aku tak mendengar lagi apa yang mereka bicarakan,  aku tak sadarkan diri lagi, mungkin efek obat bius.

Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, saat ini aku merasa berada di atas tempat tidur badanku terasa berat.

Berlahan aku bangkit dari tidurku, ku coba untuk menurunkan kakiku dari atas tempat tidur, kucoba  berdiri walau sempoyongan.

Tap ...Tap ...Tap ...

Ku langkan kaki ku ke arah pintu itu, tapi alangkah terkejutnya aku, tiba-tiba pintu itu terbuka.

kreek...

Di situ tampak William dan Tuan James, yang juga tak kalah Terkejutnya seperti aku.

Aku panik kemudian berteriak. "Mana kakek ku? aku ingin bertemu kakek!"

Wajah Mereka tampak tenang, kemudian Tuan James menghampiriku.

"Tenang Lily, kamu aman bersama kami," kata tuan James menenangkan.

"Kenapa harus menculik ku?" mataku melirik ke arah William spontan saja.

William tampak tak nyaman.

"Jangan melihatku, aku hanya ..." dia seperti bingung menjelaskan. 

"Maksud ku, aku hanya sedikit membius mu, agar tak ada kegaduhan," jawab william kemudian.

Itu membuatku semakin ngeri.

"Bukankah itu penculikan!"

William kaget, dia tak berani membalas tatapan ku.

"Kakek aku sudah tidak tahan, Aku mau pergi saja!" kata William.

"Heh, kamu mau kemana?" kata ku.

Kemudian dia menghentikan langkahnya.

"Kamu sudah menculik ku, kamu harus bertanggung jawab!" kataku dengan lantang.

William agak malas meladeni ku.

"Kakek boleh ku Bunuh saja perempuan ini?"

Tuan James tersenyum ke arah William kemudian dia mengajak ku bicara.

"Lily nanti aku jelaskan, sekarang kamu istirahat saja dulu," kata Tuan James masih dengan nada yang tenang.

Aku hanya terdiam, aku tak tahu harus percaya kepada siapa.

"Bagaimana kakek ku, apa yang terjadi padanya?" aku masih penasan dengan keadaan kakek.

"Aku belum mendapat kabar dari kakek mu," katanya kemudian. Sambil menatap ku dan berusaha meyakinkan ku.

Ngung ... Ngung ... Ngung ...

"Sebentar!" Tuan James Meninggalkan aku dan William.

"Kakek aku harus ..."  kata William seraya berusaha kabur dari tempat itu.

Setelah menerima panggilan telpon, Tuan James memerintahkan William untuk tetap di tempat.

Kemudian dia beranjak meninggalkan aku dan William.

Sekarang kita hanya berdua, mata William menatap ku memperhatikan ku dari ujung kaki sampai kepala.

kreek ...

Tiba tiba saja, dia membuka lemari pakaiannya dan mengambil beberapa pakaiannya.

"Pakai ini!" kata William.

Aku kaget dan ketakutan, aku memeluk tubuhku, William agak sedikit terganggu melihat tingkah ku.

"Badan mu bau, sudah hampir seharian kamu tidak sadarkan diri," katanya Ketus.

Sambil meninggalkan ku dan membanting pintu dengan sangat keras.

Brak ...

Aku tersentak kaget, aku tak perduli dengan kelakuannya.

Aku pun bergegas pergi ke kamar mandi, sambil membawa pakaian yang William siapkan.

Di kamar mandi, aku merenung dan memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi.

Setelah selesai mandi, kemudian aku duduk di sofa yang berada di kamar itu. Sambil memperhatikan sekeliling.

Di sana tampak beberapa buku, yang tersusun rapih di dalam rak buku. Perhatian ku, teralihkan dengan foto yang terpajang di atas meja.

"Ah,mungkin itu pacarnya!" pikir ku.

"Cantik sekali cocok sekali dengan William!"

Tapi jiwa nyinyir ku, apa mungkin perempuan itu akan menjambak rambut ku, karena bertunangan dengan pacarnya.

Alangkah kagetnya aku, tiba-tiba William sudah ada disamping ku, aku semakin merinding.

"Kakek menunggu mu untuk makan malam," katanya sambil berlalu dari hadapan ku.

Aku merasa lega, dia pergi dari hadapan ku, aku tak harus banyak bicara dengannya.

Kemudian aku keluar dari kamar itu, awalnya aku percaya diri mengitari rumah yang sangat besar itu.

Hampir 15 menit, aku masih berputar-putar, di antara ruangan ke ruangan, mencari ruang makan yang di maksud.

Kemudian ada seseorang menepuk punggungku.

"Sedang apa kamu di sini?" sepertinya William jengkel.

"Aku sudah kelaparan, gara-gara kamu bermain-main di sini," kata William lagi.

"Maaf aku tersesat," Jawabku singkat. William tampak tak perduli

"Ikut aku!" 

Ku ikuti langkah William, memasuki sebuah pintu yang ternyata sebuah lift, aku terkejut bukan main.

"Wah!"

Ting ...

Pintu lift itu terbuka, William berjalan di didepan ku. aku mengikutinya dari belakang.

Dan akhirnya aku sampai di ruang makan.

Di sana tampak Tuan James yang menunggu ku dengan sabar.

"Lily apa kamu baik-baik saja ?" Tuan James tersenyum ke arah ku.

Aku balas senyumnya, sambil duduk di salah satu sisi meja.

"Aku tersesat Tuan!"

Tuan James seketika tertawa. "hahahaha"

"Kamu Lucu sekali iya, kan Will!"

"Lucu apanya?" William tampak tak setuju, terlihat dari ekspresi wajahnya.

Dengan lahap dia menyantap makanannya, mungkin sudah kelaparan gara gara menunggu.

"Malam ini kamu nggak kemana mana kan, Will?" Tuan James menatap tajam ke arah William.

"Eh .. iya!"

"Kalau begitu temani Lilian, kamu nggak keberatan kan?"

Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...

William tersedak, kakeknya tak menghiraukannya.

"Untuk berjaga kalau terjadi apa apa," Kata Tuan James menjelaskan.

"Kakek ada begitu banyak penjaga di sini, kenapa harus aku ?" William heran.

"Karena kamu tunangannya, kamu yang bertanggung jawab atas keamanannya."

William tampak sangat kesal.

Brak ...

Dia membanting sendok dan garpunya kemudian pergi dari situ sejenak.

Menyeramkan pikiranku,  mungkin saja dia bisa membunuhku dengan Perangai seperti itu.

Makan malam itu pun ahirnya selesai,

Tak lama William kembali.

"Dari mana?"

"Pipis!"

Entah apa yang di katakan tuan James sambil berbisik ke telinga William.

...----------------...

Tiba-tiba dia bersedia mengantar ku. Dia menatapku jengkel sepertinya aku ini beban, kemudian kami sampai di kamar itu.

Kreek ...

Dia masuk terlebih dahulu, dan mebiarkan aku begitu saja,aku pun masuk tanpa menghiraukannya.

Aku duduk sejenak di kursi, ku perhatikan buku buku yang ada di rak buku itu.

Kemudian aku beranjak, mata ku tertuju kepada sebuah buku, Buku itu mengingatkan aku kepada kakek ku.

"Itu buku karangan prof Jacobs, aku penggemarnya!" sambil mengambil buku itu dan memberikanya ke pada ku.

Seperkian detik aku melihatnya sangat tampan.

"Jangan menatap ku seperti itu, aku sudah punya pacar!"

Rasanya perut ku berasa mual,wajahnya berubah seperti hulk, aku menarik sudut bibir ku dan menatap nya.

"Menyebalkan!" kata ku kemudian.

Dia tersenyum meledek ku, dia duduk di sofa yang ada di kamar itu.

Aku tak menghiraukannya, aku duduk di atas tempat tidur, sambil membaca salah satu buku.

Tapi alangkah kagetnya aku tiba-tiba saja.

Kreek ...

William membuka lemari pakaiannya, dia membuka bajunya seketika kita beradu pandang dia kaget.

"Akh, sial!

Dia memakai bajunya terburu-buru.

Kemudian menenteng celana dan pergi ke kamar mandi, sepertinya dia lupa aku ada di situ.

Tak lama kemudian, dia keluar dari kamar mandi dia tak berani menatap ku.

Dia tiduran di atas sofa, sambil menutup wajahnya dengan bantal.

"Bodoh sekali!" Pikir ku.

Aku pun mulai mengantuk, kemudian sedikit terlelap dengan buku ada di pelukan ku.

~William~

Ku perhatika gadis itu, dia tertidur dengan buku di pelukannya, aku tak menyangka dia memiliki minat baca yang cukup baik.

Malam ini aku sangat lelah, aku ingin tidur dengan nyaman di tempat tidur ku.

Aku tak perduli dengan gadis itu, ku geser badannya dengan kaki ku, awalnya tak berhasil.

Kemudian ku tendang sedikit, tubuhnya berguling ke sisi yang lain, ahirnya aku bisa tidur dengan nyenyak Pikir ku.

Tak aku sangka gadis itu berbalik ke arah ku, dan tanganya memeluk ku.

"Dasar gadis penggoda!"

Dia pikir aku akan tertipu dengan triknya, Ku perhatikan wajahnya yang cantik, pipinya yang kemerahan, dan mulutnya yang sedikit terbuka.

Aku tak menyingkirkan tangannya, lagi pula aku tak rugi, aku tertidur lelap malam itu.

Zzz...Zzz..Zzz

~Lilian~

Malam itu aku  tidur dengan nyenyak, sinar matahari berlahan masuk kedalam mata ku, ku buka mata ku berlahan, samar samar ku lihat sosok tampan tepat di depan muka ku.

Kemudian aku tersadar, dengan suara yang sepertinya sangat tidak asing.

"Lepaskan aku!" suara itu seperti suara William aku masih bingung, ku coba mencerna apa yang aku dengar .

"Mau sampai kapan memeluk ku?" katanya lagi. Menyadarkan ku sedikit ku dorong tubuhnya aku sungguh sangat malu.

"Aw!"

"Kenapa kamu bisa tidur di sini?" Aku sangat kesal melihat sikapnya yang tak menujukan rasa bersalah.

"Ini kamar ku, terserah aku mau tidur di mana," katanya dengan nada santai.

"Kamu mengambil kesempatan pas aku lagi tidur, kan," kata ku sewot.

"Korbannya aku, kamu yang peluk aku," kata William.

Aku kaget mendengar jawabannya. "Maksudnya apa?"

"Kamu pura pura nggak tau, kamu gadis mesum!" William memandang curiga ke arah ku.

"Haah!" lagi lagi aku kaget mendengar perkataan William.

"Memeluk laki-laki yang baru di kenal, di tempat tidur itu agak murahan"

"Dasar gila!" aku sangat marah mendengar ucapannya.

Kemudian aku beranjak dari tempat itu menuju kamar mandi.

Namun William, mendahului ku dia menyenggol bahu ku aku tersingkir.

Braak ...

"Minggir aku mau pipis," kata William.

Aku melongo melihat tingkahnya, kemudian dia berbalik ke arah ku.

"Mau liat yaah?" dia membanting pintu kamar mandi.

Fuuu ...

Aku sangat ingin menghajar laki-laki itu, aku hampir gila menahan emosi.

Aku duduk di sofa menunggu William, aku ingin mencuci muka ku dan mengosok gigi.

Tak lama kemudian.

Tok ...Tok ...

Aku mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Aku beranjak dari tempat duduk.

klik ...

Kreek ...

Ku buka pintu kamar itu, disana terlihat seorang perempuan yang membawa setumpuk baju.

"Nona saya di suruh mengantarkan baju-baju ini," katanya sambil tersenyum.

"Simpan saja diatas tempat tidur," kata ku seraya menyuruhnya masuk

Bruk ,bruk.

Kemudian pelayan itu, menyimpan pakaian pakaian itu di atas tempat tidur.

"Ada lagi yang bisa saya bantu nona?" aku tersenyum.

"Tidak Terimakasih!"

Kemudian pelayan itu berlalu dari hadapan ku.

Aku bingung harus menyimpan baju-baju itu di mana, ku lihat lemari William cukup besar.

Jadi ku putuskan untuk berbagi lemari pakaian dengannya.

Tanpa ku sadari William sudah ada di samping ku.

"Jangan sentuh barang barang ku!"

"Apa itu yang kamu pegang?" katanya agak nyolot sambil melotot.

"Haah apa?" aku bingung.

"Celana dalam ku!" kata William marah.

Aku melirik tangan ku, spontan ku lempar benda itu ke lantai.

"Aku eh ... aku nggak tau Will," Kata ku agak bingung.

"Mesum!" Kata William.

Aku tercengang mendengar kata katanya.

William megeluarkan beberapa barang di lemari kecilnya.

"Simpan barang mu di sini," kata William lagi.

Kemudian beranjak dari hadapan ku, aku tak banyak bicara ku bereskan baju-baju ku sambil agak menangis.

...----------------...

~William~

Kejadian tadi sungguh sangat konyol, aku duduk di ruang makan menunggu gadis mesum itu untuk sarapan bersama ku, tapi dia tak kujung datang.

Tak lama kemudian ponsel ku berbunyi, kulihat layar ponsel ku, ternyata dari Kakek.

"Iya, Kek," kata ku.

"Will bagaimana keadaan Lilian?" aku malas menjawabnya.

"baik!"

"kakek mau bicara dengannya"

"Dia belum turun, kek!"

"Kalau begitu tolong jemput Lilian, takutnya dia tersesat," sambil tertawa kecil 

Aku tak menanggapinya, kejadian hari ini saja mebuat ku sangat kesal.

"Will hari ini kamu tolong temani Lillian di rumah yah!" membuat aku tercengang.

Padahal aku ada janji ketemu pacar ku.

"Kenapa harus aku pelayan juga banyak?"

"Will ini perintah! kalau kamu tidak mau, kamu tau kan konsekuensinya!"

Aku tau, yang di maksud tentang konsekuensi yang di maksud kakek, akan mencabut semua fasilitas ku.

"Iya baik lah!" 

Kakek tampak senang dari nada suaranya.

"Ok, kalau begitu,"  kata kakek lagi,sambil memutuskan sambungan telpon tersebut.

~Lillian~

Aku melihat William yang duduk di meja makan, dia nampak kesal menatap ku. Aku tak perduli padanya aku sangat lapar, kami berdua saling bertatapan sesekali kemudian saling membuang muka.

...----------------...

Siang menjelang sore, aku mulai bosan ku putuskan berjalan jalan di taman Labirin, aku berputar putar di situ.

Taman Labirin itu sangat luas, dan menakjubkan. Aku terus berjalan penasaran mencari di mana jalan keluarnya, Entah berapa lama aku berada di sana.

Tes ...Tes ...Tes ...

Hujan tiba-tiba saja turun.

Celepak ... Celepak ... Celepak ...

Langkah kaki ku, menginjak genangan air. Aku berlari-lari kecil, berusaha mencari jalan keluar.

Karena pandangan ku terbatas, aku sedikit kesulitan mencari jalan keluar, pada saat padangan ku tertuju ke arah yang lain.

BRUK!

Tiba-tiba saja aku menabrak seseorang di depan ku. Tubuh itu menangkap ku, aku terkejut bukan main.

Freeze ...

Aku membeku seperti es, ku angkat wajah ku berlahan kulihat wajah tampan itu menatap ku. Mata kami beradu.

Deg ...

"William!"

Suasana hujan sangat mendukung adegan romantis seperti di film, aku mundur sedikit.

Deg ...

Jantung ku berdebar kencang, aku tak menyangka dia menarik lengan ku, dan mendekap ku aku rasanya mau mati.

Dag ... Dig... Dug...

Dia sengaja mendekatkan wajahnya ke pada ku, tentu saja aku menolaknya.

"lepaskan!"

Aku menoleh ke sisi yang lain, aku tau apa yang dia pikirkan, dan apa yang ingin dia lakukan.

Namun penolakan ku tak berhasil, bibirnya mengejar ku dengan cepat.

Much...

Dia mencium ku,aku tak membalasnya.

Freeze..

Aku terdiam membeku.

Much ... Much ... Much ...

Dia terus mencium ku berkali-kali, dia memandang ku dengan heran, aku tak membalasnya. Itu adalah ciuman pertama ku.

"Ada apa dengan mu, apa kau sengaja jual mahal?" William menatap ku.

Ku biarkan saja dia berfikir macam macam.

"Ayo ikuti aku!" akhirnya dia menyerah.

Tak lama Setelah itu, kemudian dia membawa ku pergi dari Labirin itu.

Dia menarik tangan ku dan menuntun ku keluar dari Labirin itu.

...----------------...

~William~

Ciuman di tengah hujan itu sungguh sangat payah, aku sedikit terhina dia tak membalas ciuman ku, tidak mungkin gadis mesum itu tidak menyukai ku.

Jelas sekali dia memeluk ku waktu tidur, dia bahkan mencuri celana dalam ku, aku tau yang di pikirkan gadis seperti dia.

Aku jadi senyum senyum sendiri, kira kira dia mau apakan celana dalam ku itu, imajinasi ku menjadi liar.

Pikiran kotor ku terus mengusik ku, aku sangat  yakin dia cuman jual mahal saja, tak mungkin dia tak menyukai ku, Ku putuskan untuk melihat reaksinya sendiri nanti.

Kreek ...

...----------------...

~Lillian~

Aku mendengar pintu kamar terbuka, itu pasti William aku sudah siapkan bogem mentah kalau dia coba macam macam pada ku.

Tapi waktu berlalu satu menit, satu jam, tak terjadi apapun.

Akhirnya aku bisa menutup mata ku dengan tenang.

Percobaan Pembunuhan

...****************...

Dor! Dor! Dor!

Tiba-tiba saja suara tembakan terdengar di mana-mana, entah aku bermimpi.

William berteriak kepada ku sambil menggoyangkan badan ku.

"Bangun bodoh!" aku terperanjat bangkit.

kemudian berlari panik, dan duduk jongkok di sudut kamar.

Ku lihat William, bergegas membuka laci dan mengambil sebuah pistol.

Kemudian menghampiri ku, dan menarik tangan ku.

"Ikuti aku!" William melotot ke arah ku.

Dia berada di depan ku, sambil memegang senjatanya.

Dia tampak waspada, tiba-tiba aku di kagetkan dengan kemunculan beberapa orang dari arah tangga.

Dor! Dor! Dor!

Dengan sigap William menebakan senjatanya, dia terlihat sangat keren seperti jagoan di film Action.

Gedebuk! Gedebuk! Gedebuk!

Orang-orang itu tumbang satu persatu, kecepatan tangan william sungguh luar biasa.

Kemudian William memberikan isyarat supaya aku mengikutinya, dia membawaku ke sebuah ruangan.

Kreek ...

Kemudian dia menyuruh ku masuk, ke dalam ruangan itu terlebih dahulu, sedangkan dia mengawasi situasi dari luar.

Klik ...

Tak lama kemudian dia mengunci pintu, ruangan itu tak begitu besar.

Tap ...Tap ...Tap ...

William berjalan menuju sebuah patung.

Glek ...

Dia memutar bagian kepala patung itu, seketika sebuah lemari buku bergeser.

Kreek ...

Dan tak lama kemudian, dari arah luar terdengar suara pintu di buka secara paksa

Dhuak! Dhuak! Dhuak!

"Ayo cepat!" aku kaget menoleh ke arahnya.

Dor! Dor! Dor!

Terdengar  suara tembakan dari arah pintu.

William dan aku segera bergegas masuk ke dalam ruangan di balik lemari buku itu, kemudian lemari buku itu tertutup secara otomatis.

Tap...Tap...Tap...

William berlari kecil, aku mengikutinya, lorong itu sangat panjang.

Dan ahirnya tiba lah aku di sebuah ruangan, ruangan itu di penuh dengan mobil sport.

Kemudian William mengambil kunci yang ada di laci.

Tap ... Tap ... Tap ...

Bergegas dia berjalan ke arah mobil sport berwarna hitam metalik.

Bruk ...

Tak lupa dia membukakan pintu mobil itu untuk ku, segara aku masuk ke dalam mobil itu di susul William kemudian.

Vroom! Vroom!

Whooosh ...

Seketika mobil itu melaju dengan kencang, sampai lah mobil yang kita tumpangi di halaman depan rumahnya.

Di sana begitu banyak orang, Mereka memegang senjata dan membidikan ke arah kami.

Tetetetet ...Tetetetet ...

Tang ... teng ... tang ... teng ...

Tetetetet ... Tetetetet ...

Mobil kami pun di brondong tembakan dari berbagai arah, untung lah mobil hitam metalik itu anti peluru.

Dengan skill mengemudi William yang sangat hebat, mobil kami berhasil melewati mereka dengan mudah.

Whooosh ...

Selang beberapa menit mobil kami sudah agak jauh dari kediaman William, aku menghela nafas lega William terus fokus mengemudi.

Ngung ... Ngung ... Ngung...

Tiba-tiba terdengar getaran dari ponsel William.

Klik ...

Dengan cepat, dia meletakan jari tangannya di monitor kecil di depan kemudinya. 

Secara otomatis sambungan telpon itu, terhubung dengan perangkat yang ada di mobil itu.

"Tuan muda!"

"Iya!"

"Syukur lah!"

"Tuan Muda di perintahkan langsung ke bandara!"

"Aku segera menuju kesana!" pembicaraan itu berakhir.

Namun arah mobil itu tak menuju ke arah bandara, tentu saja aku tau aku dan kakek pernah beberapa kali pergi keluar negri.

"Will ini arah yang salah!" William menatap ku tajam.

"Aku ingin menemui pacar ku, sebelum aku pergi!"

Karena aku merasa ini sangat berbahaya, ku beranikan diri untuk bicara.

"Will kamu bisa menelponnya nanti!"

khiik!

Kemudian mobil itu berhenti mendadak.

Jeduk!

"Aw!"

Kepala ku rasanya pusing, matanya melotot kepada ku.

"Ikuti saja aku jangan banyak bicara!"

"Kau sungguh sangat merepotkan," katanya dengan Nada yang sangat keras.

Aku sangat ketakutan, ahirnya ku terdiam dan tak berani bicara.

"Maaf will aku ..." aku tak meneruskan bicara ku.

Whoost ...

Kemudian dia kembali mengendarai mobilnya,  dengan kecepatan tingg.

Dia seperti terburu-buru aku ketakutan setengah mati, tapi aku memilih untuk tak membuatnya marah.

...----------------...

Kemudian kami sampai di sebuah apartemen.

"Ayo ikut, ada yang harus aku bereskan," aku kaget dia mengajak ku.

Tap ...Tap ...Tap ...

Ting ...

Kemudian kami masuk kedalam lift, jarinya menekan angka 5, kemudian pintu lift itu tertutup tak lama kemudian pintu lift terbuka lagi.

William beranjak aku pun mengikutinya, tiba lah kami di depan pintu sebuah apartemen aku berada persisi dibelakangnya.

Klik ... klik ...

Dia menekan tombol pengaman yang ada di pintu itu, dan pintu itu terbuka berlahan kami masuk kedalam Apartemen itu.

Dia bergegas menuju kamar pacarnya, akan tetapi pemandangan yang sangat tak senonoh terlihat di tempat itu.

Deg ...

Aku punya firasat yang sangat mengerikan pertumpahan darah akan terjadi di situ, pacarnya sedang di cumbu oleh laki laki lain.

Tangan William gemetar, dia mengacungkan pistolnya.

"gawat!"pikir ku.

Sepasang muda mudi yg sedang bercumbu itu, sontak kaget wajah mereka terlihat jelas.

Dan alangkah kagetnya aku, sosok laki laki yang sedang bercumbu dengan pacarnya William adalah adik ku.

"Hah dasar bocah tengik," kata ku pelan nyaris tak bersuara.

Tap ...Tap ...Tap ...

Sepontan aku berlari ke arah adik ku, dan memasang badan ku untuk melindunginya dari William.

"Will tenang jangan bertingkah bodoh" Kata ku coba menenangkan, namun dia tampak tak perduli.

Tap ... Tap ... Tap ...

Kemudian melangkah ke arah brangkas mengacuhkan ku.

klik ...

Bruk,bruk.

Dia mengambil beberapa barangnya entah apa itu.

"Kakak," kata Leonardo. Sedikit kaget.

Aku memelototi Leonardo.

"Diam!"

William menurunkan senjatanya

"Haah!"

kemudian William tertawa kecil.

"kakak!" William menatap ku.

"Aku baru menyelamatkan, kakak dari laki laki yang meniduri pacar ku" kata william.

Kemudian tatapannya tertuju kepada perempuan setengah bugil, yang menutupi badannya dengan selimut.

"Urusan ku dengan mu sudah selesai," kata William dingin. Perempuan itu hanya terdiam.

"Kau kesini untuk mengambil barang mu saja bukan?" William tak mejawab, dia fokus membereskan beberapa barangnya.

William menatap wajah perempuan  itu sejenak.

"Rosalin!"

"Aku sudah mengambil barang barang ku, Silahkan lanjutkan" William tersenyum.

Kemudian dia menarik ku dan menyeret lengan ku.

"Lepaskan Kakak ku!" Aku melotot ke arah Leonardo.

Dia coba meraih ku dari tangan William namun tak berhasil.

"Dia tunangan ku!" Leonardo menatap ku.

Matanya seperti menunggu konfirmasi dari ku, aku mengangguk.

Leonardo tampak tercengang, William meperhatikan kami berdua yang berkomunikasi hanya dengan ekspresi mimik muka saja.

"Ngomong-ngomong kenapa kau senang sekali bercinta dengan wanita ku?" Leonardo menoleh ke arah William namun tak menjawab.

Dia hanya melihat ku dan William beranjak dari tempat itu.

William berjalan dengan terburu-buru, tak butuh waktu lama kami sudah ada di depan mobil.

Bruk ...

Dan kami masuk ke dalam mobil.

Whoosh ...

Seketika William dan aku melaju dengan mobil sport warna hitam metalik itu. Kali ini dia mengendarai mobil itu dengan lebih santai.

Tak lama kemudian kami sampai di Bandara, kami di sambut Seseorang yang penampilannya seperti agen rahasia Hitman.

Kemudian kami di arahkan untuk naik ke dalam jet pribadi, dengan beberapa orang pengawal ber style  sama persis.

Di sepajang perjalanan, William tidak berkata apapun kepada ku, dia duduk menyendiri sambil menatap langit dari balik jendela, ku perhatikan dia dari jauh.

Sekitar 1 jam, akhirnya pesawat yang kami tumpangi lending di sebuah bandara kecil, aku dan William turun hanya ber dua saja.

Tampak mobil truk kecil di sana, salah satu pengawalnya memberikan kunci mobil itu kepada William.

William menoleh kepada ku, aku paham dengan isyaratnya aku mengikutinya menuju truk itu.

Braak...

William membuka pintu dari Arah kemudi, kemudian aku membuka pintu dari arah sisi yang lain.

karena aku mengerti kondisi hatinya sedang tak baik baik saja, aku hanya diam di sepanjang perjalanan dia pun demikian.

...----------------...

Kemudian setelah 20 menit akhirnya kita sampai di suatu tempat, di rumah peristirahatan milik keluarga Jones yang sangat mewah.

Rumah itu di kelilingi hutan pinus, dengan pemadangan danau di bagian belakangnya.

Seseorang sudah menunggu kami di sana, persis di depan pintu dia berdiri.

"Tuan muda selamat datang," sapa seorang perempuan. Yang tampak lebih dewasa dari William.

"Aku datang dengan tunangan ku," kata William. Sambil mengambil kunci dari tangannnya.

"Baik tuan, jam 10 pagi saya akan kembali ke sini!"

William mengangguk.

Aku tercengang.

Cuman aku dan william di rumah itu, kemungkinan dia menyakiti kusangat besar terlebih lagi setelah kejadian yang melibatkan adik ku tadi malam.

Klik ...

kreek ...

William membuka kunci pintu rumah itu, kemudian dia menoleh kepada ku.

"Masuk!"

Aku menurut saja ,kemudian dia mengantar ku ke kamar di lantai atas.

Kreek ...

Dia membukakan pintu kamar itu.

"Ini kamar mu, di sana ada barang-barang adik ku pakai saja," katanya. Seraya meninggalkan aku.

Fuuuh..

Aku berdoa semoga untuk beberapa saat, aku tak melihat wajahnya yang sangat menyeramkan itu.

Aku memutuskan untuk mandi saja, badan ku lengket sekali tiba tiba saja aku teringat William.

"Laki laki setampan itu bisa ..."

Trus adik ku, aku tak berani membayangkan kejadian itu.

Langit mulai gelap terlihat dengan jelas dari kamar ku, aku segera berganti pakaian, dan memilih pakaian yang pas dengan ku.

"Aku lelah sekali!"

Udara di situ sangat dingin aku sampai bersembunyi di balik selimut, aku memutuskan untuk segera tidur.

Namun aku terbangun kembali, ketika mendengar.

Kreek ...

Pintu kamar ku terbuka, Dejavu William masuk ke kamar ku aku menatapnya.

"Aku punya kuncinya!" sambil memperlihatkan kepada ku.

Aku Melihat tatapan matanya tak seperti biasanya, seketika tubuh ku gemetaran.

Dia naik ketempat tidur dan berbaring di samping ku. Berlahan aku mundur sedikit demi sedikit aku mejauh darinya.

Huuf...

Namun dengan sigap dia menarik tangan ku, kemudian mendekap ku.

Bruk ...

Dia membenamkan ku di tempat tidur, badannya berada di atas ku aku memalingkan wajah ku.

"Udara sangat dingin," Kata William sambil berbisik di telinga ku.

Much ...

Dia mecium leher ku, nafasnya begitu panas tarikan nafasnya begitu cepat.

Tes ...

Tanpa ku sadari air mata ku menetes dari ujung mata ku, aku masih tak berani menatap matanya.

Jari jari William menyentuh pipiku, berlahan mengarahkannya pada wajahnya kulihat matanya yang sangat menakutkan.

Much ...

Berlahan dia mencium ku, membasahi bibir ku.

"Will aku tidak mau"  aku gemetar mencoba menolaknya.

Tapi sepertinya William tak perduli, jarinya menyetuh bibir.

Much ... Much ...

Mecium ku dengan buas, Dia menghisap bibir ku dengan kencang.

Jarinya mulai meraba dada ku berlahan, sampai masuk kedalam bra ku.

Hiks ... hiks ...

Aku menangis terisak, dia semakin agresif saja menggerayangi tubuh ku.

"Jangan!"

Aku menahan tangan nya, dia menghempaskan tangan ku.

"Kau Diam saja, Jalang!"

Aku terkejut, dia sanggup mengatakan itu kepada ku.

Plak!

Aku menamparnya.

"Bukannya kamu sudah sering melakukan ini!"

Plak!

Aku menamparnya lagi dengan sangat keras, bibirnya sedikit mengeluarkan darah.

Sekarang tubuh ku memanas aku ingin sekali menghajarnya, tatapan ku penuh amarah aku coba meronta menendangnya.

Dia memahan Kaki ku dengan Lututnya dia mencumbuku dengan kasar, aku sangat membencinya.

Ahhh ...

Dia Mendesah di Telingaku.

"Aku sangat ingin melakukannya," katanya berbisik di telinga ku.

Bret ... Bret ...

Dia merobek pakaian ku, ku coba mendorong badannya tenaga ku tak cukup kuat untuk melawannya.

Sreek ...

Dia menarik paksa bra ku, aku terus meronta meminta dia menghetikannya.

"Will jangan!"

Sreek ...

Dia menarik celana pendek ku, sekarang aku hanya memakai celana dalam.

Dia masih di atas ku aku merasakan sesak di dada ku, ketakutan yang sangat luar biasa.

"Aaaa!"

Aku berteriak setiap dia meciumi tubuh ku.

Dia membuka bajunya kemudian dia melepas celananya, entah bagai mana semua pakaiannya bisa terlepas dengan mudah.

Srek ...

Dia menarik celana dalam ku, ada benda besar dan hangat menempel di antara dua selangkangan ku

Aaaaa ...

Aku menjerit ketakutan, Jari jarinya memainkan puting ku lidahnya menjulur mejilatinya, aku tak pernah mengalami ini tubuh ku tegang bereaksi menolak.

Dia coba membuka selangkangan ku, aku menutupnya untuk melindungi sesuatu yang berharga kemudian Jarinya memaksa masuk.

Frezzee

Dia terdiam sejenak wajahnya berubah, dia menatap ku lama dia menghentikan ke gilaannya.

Aku masih gemetar ketakutan kemudian dia terdiam, dia sedikit agak mundur dia menatap ku lagi dan lagi.

"Lily kamu masih perawan?" wajahnya tampak tak percaya.

Kemudian dia bangkit dari tubuh ku, buru buru aku menarik selimut untuk menutupi tubuh ku.

Plak! Plak!

Ku tampar wajahnya berkali kali, William tampak terdiam saja.

"Brengsek!"

Hiks ... hiks ... hiks ...

Aku tidak perduli aku terus menangis, dia hampir saja memperkosa ku dengan kasar.

Kemudian William memakai bajunya kembali, dia  berbaring di samping ku aku masih marah.

Kemudian dia menarik tubuh ku, dan memposisikan tubuh ku sejajar dengannya

"Tidak usah takut, aku akan mengajari mu pelan pelan," Katanya sambil menatap mata ku.

Aku memalingkan wajah ku.

"Kamu suka telanjang seperti itu?" aku menggeleng masih merasa syok.

"Jangan menggoda ku cepat pakai baju mu" katanya lagi sambil menatap ku.

Aku langsung beranjak dari situ dan segera mengambil pakain ku, aku bergegas ke kamar mandi.

Klik ...

Aku langsung mengunci pintunya dari dalam.

Hiks ... hiks ... hiks ...

Aku menangis sejadi jadinya, kuluapkan semua emosi ku.

Lama sekali aku diam di kamar mandi, aku takut sekali kembali kesana.

Tok ... Tok ... Tok ...

William mengetuk pintu kamar mandi.

"Lily kamu baik baik saja?"

"Kalau kamu nggak segera keluar, aku akan mendobraknya!"

Aku bangkit ku coba menyeka air mata ku, biar ku hadapi si bajingan itu.

Kreek ...

Kemudian aku membuka pintu kamar mandi dengan berlahan dan hati-hati.

William sudah ada di hadapan ku, kemudian menarik tangan ku dan memeluk ku.

"Aku tadi hilaf, aku minta maaf!"

Aku merasa jijik mendengarnya, dasar sikopat kata ku dalam hati. 

Dia membaringkan ku di tempat tidur sambil memeluk ku, wajah kami berhadap hadapan kali ini.

Matanya tidak terlihat menyeramkan senyum menghiasi wajahnya, aku menatapnya dengan penuh amarah dia kemudian mecubit hidung ku.

"Jangan menatap ku seperti itu!"

Rasannya aku ingin memukulnya, kurang ajar sekali gerutu ku dalam hati.

"Tutup mata mu kalau kau melotot seperti itu, aku jadi menginginkan mu" katanya lagi sambil tersenyum.

Sekilas aku melihat ketampanan di wajahnya, aku memaki diri ku ada apa dengan ku apa aku sudah gila dia menggerayangi ku tadi.

Aku pun menutup mata ku kemudian.

Much...

William mencium ku dengan lembut dan hangat, aku membuka mata ku seketika.

"Selamat malam," katanya sambil beranjak dari tempat tidur.

"Sampai jumpa besok!"

Kemudian dia tak terlihat lagi.

Beberapa menit berlalu aku mencerna apa yang sedang terjadi beberapa waktu lalu, emosi ku memuncak kemudian aku berteriak sangat kecang.

"AAAAAAAAAAA!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!