...****************...
Tap ...Tap ...Tap ...
Aku terbangun oleh suara langkah kaki, aku sangat ketakutan.
Kreek....
Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka seketika aku terhentak, aku sempat menatap wajahnya seperkian detik, dengan sigap laki-laki itu membekap mulutku dan seketika aku pingsan.
Aku tersadar sejenak, kepalaku pusing, aku lemas tak berdaya. Aku berbaring di jok mobil, samar samar aku mendengar suara.
"Kenapa harus aku yang menjaganya?" kata seseorang. Suaranya seperti anak muda.
"Aku kan sudah punya pacar, Kek," katanya lagi.
"Lupakan pacarmu, kamu sudah bertunangan!" suara itu tampak tak asing.
Tapi aku tak sanggup mengingat.
"Setelah Apa yang dilakukan ayahnya kepada keluarga kita, apa untungnya untuk keluarga kita," suara itu makin meninggi.
"Ikuti saja perintah Kakek, bawa dia di kediamanmu!"
"Lagi pula wajahnya sangat cantik," nada suaranya mulai menurun.
"Bagi ku Dia Putri seorang penjahat!"
Aku tak mendengar lagi apa yang mereka bicarakan, aku tak sadarkan diri lagi, mungkin efek obat bius.
Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, saat ini aku merasa berada di atas tempat tidur badanku terasa berat.
Berlahan aku bangkit dari tidurku, ku coba untuk menurunkan kakiku dari atas tempat tidur, kucoba berdiri walau sempoyongan.
Tap ...Tap ...Tap ...
Ku langkan kaki ku ke arah pintu itu, tapi alangkah terkejutnya aku, tiba-tiba pintu itu terbuka.
kreek...
Di situ tampak William dan Tuan James, yang juga tak kalah Terkejutnya seperti aku.
Aku panik kemudian berteriak. "Mana kakek ku? aku ingin bertemu kakek!"
Wajah Mereka tampak tenang, kemudian Tuan James menghampiriku.
"Tenang Lily, kamu aman bersama kami," kata tuan James menenangkan.
"Kenapa harus menculik ku?" mataku melirik ke arah William spontan saja.
William tampak tak nyaman.
"Jangan melihatku, aku hanya ..." dia seperti bingung menjelaskan.
"Maksud ku, aku hanya sedikit membius mu, agar tak ada kegaduhan," jawab william kemudian.
Itu membuatku semakin ngeri.
"Bukankah itu penculikan!"
William kaget, dia tak berani membalas tatapan ku.
"Kakek aku sudah tidak tahan, Aku mau pergi saja!" kata William.
"Heh, kamu mau kemana?" kata ku.
Kemudian dia menghentikan langkahnya.
"Kamu sudah menculik ku, kamu harus bertanggung jawab!" kataku dengan lantang.
William agak malas meladeni ku.
"Kakek boleh ku Bunuh saja perempuan ini?"
Tuan James tersenyum ke arah William kemudian dia mengajak ku bicara.
"Lily nanti aku jelaskan, sekarang kamu istirahat saja dulu," kata Tuan James masih dengan nada yang tenang.
Aku hanya terdiam, aku tak tahu harus percaya kepada siapa.
"Bagaimana kakek ku, apa yang terjadi padanya?" aku masih penasan dengan keadaan kakek.
"Aku belum mendapat kabar dari kakek mu," katanya kemudian. Sambil menatap ku dan berusaha meyakinkan ku.
Ngung ... Ngung ... Ngung ...
"Sebentar!" Tuan James Meninggalkan aku dan William.
"Kakek aku harus ..." kata William seraya berusaha kabur dari tempat itu.
Setelah menerima panggilan telpon, Tuan James memerintahkan William untuk tetap di tempat.
Kemudian dia beranjak meninggalkan aku dan William.
Sekarang kita hanya berdua, mata William menatap ku memperhatikan ku dari ujung kaki sampai kepala.
kreek ...
Tiba tiba saja, dia membuka lemari pakaiannya dan mengambil beberapa pakaiannya.
"Pakai ini!" kata William.
Aku kaget dan ketakutan, aku memeluk tubuhku, William agak sedikit terganggu melihat tingkah ku.
"Badan mu bau, sudah hampir seharian kamu tidak sadarkan diri," katanya Ketus.
Sambil meninggalkan ku dan membanting pintu dengan sangat keras.
Brak ...
Aku tersentak kaget, aku tak perduli dengan kelakuannya.
Aku pun bergegas pergi ke kamar mandi, sambil membawa pakaian yang William siapkan.
Di kamar mandi, aku merenung dan memikirkan hal-hal yang mungkin terjadi.
Setelah selesai mandi, kemudian aku duduk di sofa yang berada di kamar itu. Sambil memperhatikan sekeliling.
Di sana tampak beberapa buku, yang tersusun rapih di dalam rak buku. Perhatian ku, teralihkan dengan foto yang terpajang di atas meja.
"Ah,mungkin itu pacarnya!" pikir ku.
"Cantik sekali cocok sekali dengan William!"
Tapi jiwa nyinyir ku, apa mungkin perempuan itu akan menjambak rambut ku, karena bertunangan dengan pacarnya.
Alangkah kagetnya aku, tiba-tiba William sudah ada disamping ku, aku semakin merinding.
"Kakek menunggu mu untuk makan malam," katanya sambil berlalu dari hadapan ku.
Aku merasa lega, dia pergi dari hadapan ku, aku tak harus banyak bicara dengannya.
Kemudian aku keluar dari kamar itu, awalnya aku percaya diri mengitari rumah yang sangat besar itu.
Hampir 15 menit, aku masih berputar-putar, di antara ruangan ke ruangan, mencari ruang makan yang di maksud.
Kemudian ada seseorang menepuk punggungku.
"Sedang apa kamu di sini?" sepertinya William jengkel.
"Aku sudah kelaparan, gara-gara kamu bermain-main di sini," kata William lagi.
"Maaf aku tersesat," Jawabku singkat. William tampak tak perduli
"Ikut aku!"
Ku ikuti langkah William, memasuki sebuah pintu yang ternyata sebuah lift, aku terkejut bukan main.
"Wah!"
Ting ...
Pintu lift itu terbuka, William berjalan di didepan ku. aku mengikutinya dari belakang.
Dan akhirnya aku sampai di ruang makan.
Di sana tampak Tuan James yang menunggu ku dengan sabar.
"Lily apa kamu baik-baik saja ?" Tuan James tersenyum ke arah ku.
Aku balas senyumnya, sambil duduk di salah satu sisi meja.
"Aku tersesat Tuan!"
Tuan James seketika tertawa. "hahahaha"
"Kamu Lucu sekali iya, kan Will!"
"Lucu apanya?" William tampak tak setuju, terlihat dari ekspresi wajahnya.
Dengan lahap dia menyantap makanannya, mungkin sudah kelaparan gara gara menunggu.
"Malam ini kamu nggak kemana mana kan, Will?" Tuan James menatap tajam ke arah William.
"Eh .. iya!"
"Kalau begitu temani Lilian, kamu nggak keberatan kan?"
Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...
William tersedak, kakeknya tak menghiraukannya.
"Untuk berjaga kalau terjadi apa apa," Kata Tuan James menjelaskan.
"Kakek ada begitu banyak penjaga di sini, kenapa harus aku ?" William heran.
"Karena kamu tunangannya, kamu yang bertanggung jawab atas keamanannya."
William tampak sangat kesal.
Brak ...
Dia membanting sendok dan garpunya kemudian pergi dari situ sejenak.
Menyeramkan pikiranku, mungkin saja dia bisa membunuhku dengan Perangai seperti itu.
Makan malam itu pun ahirnya selesai,
Tak lama William kembali.
"Dari mana?"
"Pipis!"
Entah apa yang di katakan tuan James sambil berbisik ke telinga William.
...----------------...
Tiba-tiba dia bersedia mengantar ku. Dia menatapku jengkel sepertinya aku ini beban, kemudian kami sampai di kamar itu.
Kreek ...
Dia masuk terlebih dahulu, dan mebiarkan aku begitu saja,aku pun masuk tanpa menghiraukannya.
Aku duduk sejenak di kursi, ku perhatikan buku buku yang ada di rak buku itu.
Kemudian aku beranjak, mata ku tertuju kepada sebuah buku, Buku itu mengingatkan aku kepada kakek ku.
"Itu buku karangan prof Jacobs, aku penggemarnya!" sambil mengambil buku itu dan memberikanya ke pada ku.
Seperkian detik aku melihatnya sangat tampan.
"Jangan menatap ku seperti itu, aku sudah punya pacar!"
Rasanya perut ku berasa mual,wajahnya berubah seperti hulk, aku menarik sudut bibir ku dan menatap nya.
"Menyebalkan!" kata ku kemudian.
Dia tersenyum meledek ku, dia duduk di sofa yang ada di kamar itu.
Aku tak menghiraukannya, aku duduk di atas tempat tidur, sambil membaca salah satu buku.
Tapi alangkah kagetnya aku tiba-tiba saja.
Kreek ...
William membuka lemari pakaiannya, dia membuka bajunya seketika kita beradu pandang dia kaget.
"Akh, sial!
Dia memakai bajunya terburu-buru.
Kemudian menenteng celana dan pergi ke kamar mandi, sepertinya dia lupa aku ada di situ.
Tak lama kemudian, dia keluar dari kamar mandi dia tak berani menatap ku.
Dia tiduran di atas sofa, sambil menutup wajahnya dengan bantal.
"Bodoh sekali!" Pikir ku.
Aku pun mulai mengantuk, kemudian sedikit terlelap dengan buku ada di pelukan ku.
~William~
Ku perhatika gadis itu, dia tertidur dengan buku di pelukannya, aku tak menyangka dia memiliki minat baca yang cukup baik.
Malam ini aku sangat lelah, aku ingin tidur dengan nyaman di tempat tidur ku.
Aku tak perduli dengan gadis itu, ku geser badannya dengan kaki ku, awalnya tak berhasil.
Kemudian ku tendang sedikit, tubuhnya berguling ke sisi yang lain, ahirnya aku bisa tidur dengan nyenyak Pikir ku.
Tak aku sangka gadis itu berbalik ke arah ku, dan tanganya memeluk ku.
"Dasar gadis penggoda!"
Dia pikir aku akan tertipu dengan triknya, Ku perhatikan wajahnya yang cantik, pipinya yang kemerahan, dan mulutnya yang sedikit terbuka.
Aku tak menyingkirkan tangannya, lagi pula aku tak rugi, aku tertidur lelap malam itu.
Zzz...Zzz..Zzz
~Lilian~
Malam itu aku tidur dengan nyenyak, sinar matahari berlahan masuk kedalam mata ku, ku buka mata ku berlahan, samar samar ku lihat sosok tampan tepat di depan muka ku.
Kemudian aku tersadar, dengan suara yang sepertinya sangat tidak asing.
"Lepaskan aku!" suara itu seperti suara William aku masih bingung, ku coba mencerna apa yang aku dengar .
"Mau sampai kapan memeluk ku?" katanya lagi. Menyadarkan ku sedikit ku dorong tubuhnya aku sungguh sangat malu.
"Aw!"
"Kenapa kamu bisa tidur di sini?" Aku sangat kesal melihat sikapnya yang tak menujukan rasa bersalah.
"Ini kamar ku, terserah aku mau tidur di mana," katanya dengan nada santai.
"Kamu mengambil kesempatan pas aku lagi tidur, kan," kata ku sewot.
"Korbannya aku, kamu yang peluk aku," kata William.
Aku kaget mendengar jawabannya. "Maksudnya apa?"
"Kamu pura pura nggak tau, kamu gadis mesum!" William memandang curiga ke arah ku.
"Haah!" lagi lagi aku kaget mendengar perkataan William.
"Memeluk laki-laki yang baru di kenal, di tempat tidur itu agak murahan"
"Dasar gila!" aku sangat marah mendengar ucapannya.
Kemudian aku beranjak dari tempat itu menuju kamar mandi.
Namun William, mendahului ku dia menyenggol bahu ku aku tersingkir.
Braak ...
"Minggir aku mau pipis," kata William.
Aku melongo melihat tingkahnya, kemudian dia berbalik ke arah ku.
"Mau liat yaah?" dia membanting pintu kamar mandi.
Fuuu ...
Aku sangat ingin menghajar laki-laki itu, aku hampir gila menahan emosi.
Aku duduk di sofa menunggu William, aku ingin mencuci muka ku dan mengosok gigi.
Tak lama kemudian.
Tok ...Tok ...
Aku mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar. Aku beranjak dari tempat duduk.
klik ...
Kreek ...
Ku buka pintu kamar itu, disana terlihat seorang perempuan yang membawa setumpuk baju.
"Nona saya di suruh mengantarkan baju-baju ini," katanya sambil tersenyum.
"Simpan saja diatas tempat tidur," kata ku seraya menyuruhnya masuk
Bruk ,bruk.
Kemudian pelayan itu, menyimpan pakaian pakaian itu di atas tempat tidur.
"Ada lagi yang bisa saya bantu nona?" aku tersenyum.
"Tidak Terimakasih!"
Kemudian pelayan itu berlalu dari hadapan ku.
Aku bingung harus menyimpan baju-baju itu di mana, ku lihat lemari William cukup besar.
Jadi ku putuskan untuk berbagi lemari pakaian dengannya.
Tanpa ku sadari William sudah ada di samping ku.
"Jangan sentuh barang barang ku!"
"Apa itu yang kamu pegang?" katanya agak nyolot sambil melotot.
"Haah apa?" aku bingung.
"Celana dalam ku!" kata William marah.
Aku melirik tangan ku, spontan ku lempar benda itu ke lantai.
"Aku eh ... aku nggak tau Will," Kata ku agak bingung.
"Mesum!" Kata William.
Aku tercengang mendengar kata katanya.
William megeluarkan beberapa barang di lemari kecilnya.
"Simpan barang mu di sini," kata William lagi.
Kemudian beranjak dari hadapan ku, aku tak banyak bicara ku bereskan baju-baju ku sambil agak menangis.
...----------------...
~William~
Kejadian tadi sungguh sangat konyol, aku duduk di ruang makan menunggu gadis mesum itu untuk sarapan bersama ku, tapi dia tak kujung datang.
Tak lama kemudian ponsel ku berbunyi, kulihat layar ponsel ku, ternyata dari Kakek.
"Iya, Kek," kata ku.
"Will bagaimana keadaan Lilian?" aku malas menjawabnya.
"baik!"
"kakek mau bicara dengannya"
"Dia belum turun, kek!"
"Kalau begitu tolong jemput Lilian, takutnya dia tersesat," sambil tertawa kecil
Aku tak menanggapinya, kejadian hari ini saja mebuat ku sangat kesal.
"Will hari ini kamu tolong temani Lillian di rumah yah!" membuat aku tercengang.
Padahal aku ada janji ketemu pacar ku.
"Kenapa harus aku pelayan juga banyak?"
"Will ini perintah! kalau kamu tidak mau, kamu tau kan konsekuensinya!"
Aku tau, yang di maksud tentang konsekuensi yang di maksud kakek, akan mencabut semua fasilitas ku.
"Iya baik lah!"
Kakek tampak senang dari nada suaranya.
"Ok, kalau begitu," kata kakek lagi,sambil memutuskan sambungan telpon tersebut.
~Lillian~
Aku melihat William yang duduk di meja makan, dia nampak kesal menatap ku. Aku tak perduli padanya aku sangat lapar, kami berdua saling bertatapan sesekali kemudian saling membuang muka.
...----------------...
Siang menjelang sore, aku mulai bosan ku putuskan berjalan jalan di taman Labirin, aku berputar putar di situ.
Taman Labirin itu sangat luas, dan menakjubkan. Aku terus berjalan penasaran mencari di mana jalan keluarnya, Entah berapa lama aku berada di sana.
Tes ...Tes ...Tes ...
Hujan tiba-tiba saja turun.
Celepak ... Celepak ... Celepak ...
Langkah kaki ku, menginjak genangan air. Aku berlari-lari kecil, berusaha mencari jalan keluar.
Karena pandangan ku terbatas, aku sedikit kesulitan mencari jalan keluar, pada saat padangan ku tertuju ke arah yang lain.
BRUK!
Tiba-tiba saja aku menabrak seseorang di depan ku. Tubuh itu menangkap ku, aku terkejut bukan main.
Freeze ...
Aku membeku seperti es, ku angkat wajah ku berlahan kulihat wajah tampan itu menatap ku. Mata kami beradu.
Deg ...
"William!"
Suasana hujan sangat mendukung adegan romantis seperti di film, aku mundur sedikit.
Deg ...
Jantung ku berdebar kencang, aku tak menyangka dia menarik lengan ku, dan mendekap ku aku rasanya mau mati.
Dag ... Dig... Dug...
Dia sengaja mendekatkan wajahnya ke pada ku, tentu saja aku menolaknya.
"lepaskan!"
Aku menoleh ke sisi yang lain, aku tau apa yang dia pikirkan, dan apa yang ingin dia lakukan.
Namun penolakan ku tak berhasil, bibirnya mengejar ku dengan cepat.
Much...
Dia mencium ku,aku tak membalasnya.
Freeze..
Aku terdiam membeku.
Much ... Much ... Much ...
Dia terus mencium ku berkali-kali, dia memandang ku dengan heran, aku tak membalasnya. Itu adalah ciuman pertama ku.
"Ada apa dengan mu, apa kau sengaja jual mahal?" William menatap ku.
Ku biarkan saja dia berfikir macam macam.
"Ayo ikuti aku!" akhirnya dia menyerah.
Tak lama Setelah itu, kemudian dia membawa ku pergi dari Labirin itu.
Dia menarik tangan ku dan menuntun ku keluar dari Labirin itu.
...----------------...
~William~
Ciuman di tengah hujan itu sungguh sangat payah, aku sedikit terhina dia tak membalas ciuman ku, tidak mungkin gadis mesum itu tidak menyukai ku.
Jelas sekali dia memeluk ku waktu tidur, dia bahkan mencuri celana dalam ku, aku tau yang di pikirkan gadis seperti dia.
Aku jadi senyum senyum sendiri, kira kira dia mau apakan celana dalam ku itu, imajinasi ku menjadi liar.
Pikiran kotor ku terus mengusik ku, aku sangat yakin dia cuman jual mahal saja, tak mungkin dia tak menyukai ku, Ku putuskan untuk melihat reaksinya sendiri nanti.
Kreek ...
...----------------...
~Lillian~
Aku mendengar pintu kamar terbuka, itu pasti William aku sudah siapkan bogem mentah kalau dia coba macam macam pada ku.
Tapi waktu berlalu satu menit, satu jam, tak terjadi apapun.
Akhirnya aku bisa menutup mata ku dengan tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Iren Nursathi
wah ada lucu² nya ya,sukaaaaa bngt
2024-01-21
1
Awa De UwU lavita uwu
Suka banget sama karakter dalam cerita ini, semoga terus berkembang 🌟
2024-01-16
3