...****************...
Akhirnya setelah berjalan begitu jauh mereka sampai di tepi danau, William membantu Lilian naik perahu boot.
Selanjutnya, William menarik tali untuk menghidupkan mesin boot itu.
Whoosh ...
Perahu itu pun melaju hari sudah mulai sore, langit pun berwarna Jingga rumah peristirahat sudah terlihat.
Tetetetetet ... tetetettetet ...
Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan yang begitu ramai, dari jauh Gracia memberikan isyarat kepada William untuk memutar balik perahunya.
William paham, dia pun memutar balik perahu itu dengan cepat.
"Bagaimana dengan Gracia?" Lilian masih menoleh ke belakang.
Dor!
Gracia pun tumbang tertembak, Lilian menangis.
"Tidak!"
"Jangan melihat kebelakang," kata William. Coba menenangkan.
Lilian masih menangis, dari Arah belakang ada perahu boot yang mengejar mereka.William memerintahkan Lillian untuk tiarap.
"Tiarap!"
Gedebum ...
Lilian langsung mengikuti perintah William, kemudian William memutar balik perahunya, dia sudah memegang senjatanya tembakan pun melesat dari senjatanya.
Dor! Dor! Dor!
Tembakan William begitu akurat, hampir 95 persen tepat sasaran.
William berduel adu tembak sambil bermanuver mengendarai perahu boot.
Dor! Dor! Dor!
Byur! Byur! Byur!
Whooosh ...
Setelah menumbangkan beberapa orang William pun kembali memutar perahunya mejauh, menuju sebuah hutan arah yang berbeda dari tempat yang mereka datangi tadi siang.
William memerintahkan Lilian untuk bangkit.
"Ayo cepat!"
Lilian pun bergegas mengikuti William, perahu boot itu coba di sembunyikan di balik semak semak Lillian kemudian membantunya. Namun tampak aliran darah keluar dari lengan William.
Lilian kemudian menghampiri William, dan memeriksa lengan William.
"Kamu tertembak?"
"Harus segera di ikat supaya tak kehabisan darah," kata Lillian lagi.
Breet ... Breet ...
Berusaha merobek roknya, William menghentikan usahanya.
"Tak usah seperti itu!"
Kemudian dia melepas kemejanya
"Tolong ikatkan," kata William.
Meminta tolong Lilian untuk mengikatkan kemeja itu, tubuh atletis William pun terlihat sempurna William tersenyum ke arah Lilian.
"Kamu suka sekali tampil terbuka di depan ku," memperhatikan rok Lilian yang robek.
Lillian mengecangkan ikatan di lengan William
"Ouch!"
Wajah Lilian tampak kesal, karena dalam kondisi seperti itupun William masih sempat menggodanya.
Kemudian William melajutkan perjalanan memandu Lilian, setelah beberapa kilo William berhenti di suatu tempat.
Dia seperti mengingat ngingat sesuatu, kemudian dia berjongkok sambil meraba-raba di antara semak-semak.
"Ini dia!"
Seraya mengakat sesuatu yang bulat terbuat dari besi, Wiĺliam tampak kesulitan Ternyata dia menemukan bangker persembunyian.
Di dalam sana, tampak ada sebuah tangga dari besi, tegak lurus ke bawah menuju lubang seperti sumur.
Tap...Tap...Tap ...
William menyuruh Lilian turun terlebih dahulu, kemudian setelah jarak aman,William menyusul.
Dia menyalakan cahaya dari ponselnya.
Brak ...
Gedebum ...
Dan menutup bangker itu, tempat itu jadi gelap satu- satunya cahaya hanya berasal dari ponsel yang William pegang.
"hati-hati," kata William pelan.
Suaranya menggema, tak lama kaki Lilian menyetuh dasar, di ikuti William kemudian. Tempat itu sangat sempit, mereka melihat sebuah pintu besi, pintu itu memiliki tombol untuk membukanya.
Klik ... klik ... klik ...
William memijit tombol untuk memasukan kode yang hanya di ketahui anggota keluarga.
Kreeek ...
Pintu itu terbuka, William mempersilahkan Lilian masuk terlebih dahulu, di ikuti William kemudian.
Ceklek ... Ceklek ... Ceklek ...
Lampu-lampu di ruangan itu, menyala satu persatu secara otomatis. Ruangan di sana cukup besar.
William segera menuju sebuah lemari besi, di situ terdapat alat alat P3K. Dengan berbagai jenis jarum suntik, alat bedah dan obat obatan.
Kemudian dia mengambil satu ampul obat dan jarum suntik.
William duduk sejenak, Kemudian menyuntikan satu ampul Anastesi, di berbagai sisi di lengannya. Lillian takjub William bisa melakukan itu, dia seperti jagoan di film laga, kemudian dia mengambil peralatan bedah.
"Tolong ambilkan kasa dan alkohol!"
"Jangan lupa sarung tangan!"
Lilian bergegas mengikuti intruksi William. Kemudian mengikuti William dari belakang, tiba lah mereka di sebuah kamar di sana tampak sofa yang cukup besar.
William kemudian duduk bersandar di atas sana.
"Lily tolong, keluarkan peluru dari lengan ku,"sambil meberikan sebuah pinset Lilian kaget.
"Will aku takut darah!" Lilian gemetar.
"Aku tak punya pilhan!" William menatap Lilian penuh harap.
"Baiklah, apa yang harus aku lakukan?" Lilian menarik nafas dalam dalam.
"Cuci tangan mu dengan alkohol!" Lilian mengangguk.
"Bersihkan luka ku sampai terlihat!" Lilian mendengarkan William dengan serius.
Kemudian dia menuangkan alkohol, untuk membasuh darah yang ada di lengannya.
"Bagaimana sudah terlihat?" Lilian menggeleng.
"Pake ini!"
Kemudian William, memberikan helm yang ada senter di bagian kepalanya Lilian pun mengenakannya.
"Bagaimana terlihat?" Lillian mengangguk tegang.
"Lakukan dengan cepat!"
"Aku pakai anestesi!"
Tangan Lillian gemetar sambil memegang pinset.
Fuuuuu....
Tiba tiba William menghetikan tangan Lillian.
"Hati hati!" rupanya William sedikit takut.
Lillian mengarakan pinset itu ke luka William yang menganga.
Jleb!
Terlihat sebuah peluru di dalam lengannya, kemudian Lillian mejepit peluru itu, dan menariknya keluar.
blerr ...
Semburan darah keluar, William segera menyumbatnya dengan kasa.
Cling!
Peluru itu terjatuh ke sebuah tempat.
Gedebuk ...
Begitupun dengan Lilian yang jatuh pingsan.
Fuuuu...
William menghembuskan nafas.
Dia menyelesaikan semuanya sendiri, dari mulai menjahit lukanya, sampai memasang perban.
William masih mebiarkan Lilian pingsan, Karena William masih sibuk membersihkan alat alat yang tadi dia pakai.
"Sepertinya dia yang tertembak," kata William pelan.
Kemudian William, mengambil cairan yang menyengat.
Uhuk ...Uhuk ...
Lilian sadarkan diri kemudian duduk sebentar.
Wajah William tampak pucat
"aku sangat lelah!" kemudian William bersandar.
"Bagaimana luka mu?" Wlliam melirik Lilian.
"Jangan-jangan kamu pura- pura pingsan," kata William lagi.
"Kamu nggak mau membantu ku?"
"Aku memang kelelahan dan sedikit pusing melihat darah," jawab Lillian.
"Apa ada makanan di sini?" Lilian mengganti topik pembicaraan.
"Mungkin ada, kadang pengawal menginap di sini," kata William terlihat lemas.
"Aku buat kan makanan kamu istirahat," sahut Lilian.
Namun sebelum Lilian selesai bicara, William sudah tertidur.
Lilian membiarkan William beristirahat, setidaknya dia terhidarkan dari pekerjaan yang penuh darah tadi, kemudian dia berkeliling mencari lemari pendingin.
Lilian menemukan sebuah ruangan yang berisi stok makanan. Ada banyak Wine, beberapa botol minuman beralkohol, dan bebarapa box makanan instan, Ramen, Lasagna, dan ada beberapa lagi.
Lillian mengambil satu box lasagna instan, dia sempat melihat sebuah Microwave, di ruangan yang lainnya.
Klik ...
Kemudian, Lillian memasukkan sebuah lasagna instan kedalam Microwave, dia duduk menunggu sambil melihat sekeliling.
Tring ...
Setelah 10 menit Microwave itu berbunyi.
Lillian segera mengeluarkannya, dengan sangat hati hati karena masih sangat panas.
Setelah agak hangat, Lillian membawanya ke kamar dan menyimpannya di atas meja tak lupa dia menyediakan sebotol air mineral.
kemudian Lillian termenung, duduk di dekat William yang tertidur. Dia menatap wajah William.
"Astaga dia tampan sekali!"
Kemudian dia memperhatikan bibirnya.
"Ya ampun!"
Matanya kemudian turun ke dadanya yang bidang, Dia melirik lengannya yang berotot.
Untuk memenuhi rasa penasarannya, Lilian memegang lengan William, ototnya keras padat urat tampak tegas.
"Dia pasti rajin berolah raga!"
Kemudian matanya turun lagi ke bawah.
"Astaga!" dia tersadarkan.
"Aku berubah jadi wanita binal yang siap menyerangnya," katanya, kemudian dia memutuskan untuk tidur di samping William.
6 jam kemudian William terbangun, dia melihat Lilian tertidur di sampingnya dia tersenyum roknya yang robek itu terangkat, kemudian dia membetulan rok itu sampai menutupi pahanya.
Dia melihat ada lasagna di atas meja, sudah dingin Lilian lupa mebangunkannya William tetap menyantapnya dia memerlukan energi karena banyak mengeluarkan darah.
Tak lama Lilian terbangun di tatapnya William,
Gluk ... Gluk ... Gluk ...
William sedang meneguk sebotol air mineral, pemandangan yang sungguh luar biasa buah jakunnya bergerak.
Glup!
LIlian menelan ludah, Aneh saja Lillian begitu tertarik melihat buah jakun William.
Ya ampun dia seksi sekali katanya dalam hati, kemudian William menyadari Lilian sedang memperhatikannya, mata mereka saling bertemu William tersenyum.
"Jangan menatap ku seperti itu," kata William. sambil tersenyum.
"Aku suka melihat mu seperti itu!" Lilian semakin menatapnya dengan menggoda.
William tersenyum, kemudian menghampiri gadis itu dan ...
Much ...
Mencium Lillian, ternyata responnya begitu bergairah.
"Lengan mu masih sakit?" Lillian memegang lengan William.
"Lumayan!"
Entah apa yang menuntun William menatap dada Lillian.
"Kamu nggak pakai bra?" terlihat jika di amati.
"Iya aku tak pakai bra, dan celana dalam!"
Gluk ...
William menelan Ludah, mendengar ucapan lilian seperti mendapat sinyal.
"Aku biasa push up, dengan satu tangan," katanya pelan.
William menatap Lilian yang sudah mengalungkan tangannya di leher William.
"Hmmm ... aku ingin melihatnya"
Much ....
Lilian kemudian mecium bibir William.
"Mau coba?" sambil melingkarkan tangannya di pinggang Lillian dengan satu tangan.
Much ...
Lilian mencium William lagi, udara menjadi sangat panas mereka saling menjilat mengulum, Lilian duduk di pangkuan William selangkangannya terbuka.
srek ... Srek ... srek ...
Lillian mulai bergerak naik turun.
Ahhhhh ... Ahhhhh ....
William mengakat wajahnya dia menikmati sensasi itu.
Sangat basah nafas William terengah engah.
"Ahhh sayang kutujukan aku bisa push up satu tangan"
Kemudian Lilian, menggati posisinya berbaring di bawah William, matanya yang sayu menatap ke arah William.
William turun sedikit, tangan Lilian meraba dada William.
Set ...
Kemudian tangan Lillian menarik celana dalam William kaki Lilian ikut membantu menurunkan celana William sampai bawah.
William Tersenyum melihat gadis ini berubah jadi nakal.
"Aku tidak bisa merobek baju mu!" William tersenyum.
Lilian membuka kencing kemejanya satu persatu, berlahan tubuh indahnya terlihat. Lillian meraba dada William.
"kamu pasti sering berolah raga?"
William terhanyut menikmati sentuhan jari Lillian yang lembut.
Much ...
Bibirnya mencium leher Lillian kemudian mejilat telinganya.
"Aku cukup kuat bertahan lama!"
much ...
Meciumi dada Lilian.
"Kalau begitu tujukan pada ku!" Lillian begitu bergairah.
Bibir William berlahan turun mencium perutnya, dan naik lagi ke dada, Lidah menjulur menjilati puting Lilian.
Tangannya meraba meremas payudara yang Nampak segar itu, dengan lembut William menghisap putingnya agak kencang.
Ahhhh ... Ahhhh ... Ahhhh ...
Lilian medesah bibirnya terbuka matanya sayu jarinya meraba sesuatu yang besar di bawah sana, jarinya mengelus lembut posisi benda kepunyaan william seketika jadi tegak seperti pedang yang siap menusuk.
Jleb ... Jleb ... Jleb ...
Tiba-tiba saja kepunyaan William sudah masuk, kedalam sesuatu yang tersembunyi diantara selangkangan.
Cplak ... Cplak ... Cplak ...
Begitu sempit dan basah.
William memperagakan kemampuannya push up dengan satu tangan.
Sedang Lillian, semakin meregangkan miliknya lebar-lebar.
Gerakan itu membuat dua buah dada Lillian seperti melompat lompat, Lillian meremas remas punggung William.
Aahhhhhh ... Ahhhhh ... Ahhhhhh ...
William semakin mengila, dia menambah power dan kecepatannya.
Cplak ... Ceplak ... Ceplak ....
Lillian sampai mengangkat pantatnya, William menekanya kuat-kuat, sampai seluruh tubuh Lillian terkoyak koyak.
Ceplak...Ceplak....Ceplak...
Ahhh ... Auch ... Ahhhh .... Auch ... Ahhh!
Lillian meletuskan kebang api di bawah sana beberapa kali.
William jadi terangsang meriamnya juga ingin meletuskan sesuatu.
Arghhh ... Arghhhh ...
Bleeeer ...
Kemudian William Ambruk di samping Lilian, Lilian tampak lega wajahnya memerah, napas mereka terengah engah ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments