...****************...
Sreeet ... Sreeet ...
Para pengawal pribadi William menyeret ku.
Greek!
Braak!
Dan memasukan ku kedalam sebuah mobil van, suara pintu mobil itu terdengar sangat keras saat di tutup.
Beberapa orang berada di sana, 2 di depan, dan 2 orang lagi di belakang bersama ku.
"Bagaimana aman?"
"Aman!"
Vroom ! Vroom!
Whoosh!
Kemudian mobil van itu, meluncur meninggalkan tempat itu, sementara aku merasa menyesal tak bisa mempertahankan Vanesa.
Seketika aku membayangkan wajah Vanessa yang tersenyum pada ku, suaranya yang lembut, keceriannya, sentuhannya, rasanya seluruh tubuh ku yang babak belur ini sudah tak terasa sakit lagi.
Entah berapa lama mobil van ini melaju, waktu terasa begitu lambat, padahal sku merasa mobil ini melaju dengan kecepatan tinggi.
Ku pikir kalaupun aku akan mati, aku tidak menyesal kebersamaan ku dengan Vanessa beberapa bulan ini, membuat ku bahagia itu sudah cukup bagi ku.
...----------------...
Mobil van itu tiba-tiba berhenti.
Greek ...
Seseorang menghampiriku, dan memakaikan ku penutup mata, seketika mataku gelap tak bisa melihat apapun.
Sreeeet ...
Seseorang menyeretku.
"Ayo cepat jalan!"
Byuur! Byuur! Byuur!
Wuush ....
Langkah ku terpontang panting sempoyongan, suara ombak begitu jelas terdengar, anginnya terasa dingin, menembus kulit ku, ku fikir aku sedang berada di pantai.
Langkah ku terhenti.
Kreeek ...
Terdengar suara pintu di buka, aku di seret masuk.
tap ... tap ... tap ...
Menaiki sebuah tangga, dan tiba tiba saja penutup mata ku di lepas, aku bisa melihat mereka satu persatu di sana ada sekitar 5 orang laki laki bertubuh besar.
Mereka memasukan ku ke sebuah kamar dengan kasar mereka mendorong ku
Braak ...
Gedebuk ...
"Cepat masuk" kata seseorang sambil menguci pintu dari luar dan meniggalkan ku sendirian di tempat itu.
Klik ...
Byuur! Byuur!
Aku memandang ke arah jendela namun aku tak bisa melihat apapun, hanya suara ombak yang terdengar begitu jelas, Jendela di tempat itu di tutupi jeruji besi sepertinya tempat ini memang di khususkan untuk mengurung seseorang. Aku begitu merindukan Vanessa tiba-tiba saja hati ku terasa begitu sakit.
...----------------...
~Vanessa~
Hati ku tiba-tiba bergetar, tak terasa air mata ku jatuh, aku begitu merindukan Leonardo. Entah aku harus percaya siapa, tapi hati ku mengatakan Leonardo tulus mencintai ku.
Dia tak pernah bermaksud menipuku seperti yang kakak ku tuduhkan, begitu lama aku merenung aku tetap yakin dia tak sengaja berbohong, waktu ku temukan dia di pantai beberapa bulan yang lalu, dia benar benar dalam keadaan putus asa.
Aku ingin sekali mendampinginya, dan menyebuhkan lukanya, kalau aku masih bisa di beri kesempatan untuk bersamanya.
Aku ingin bertemu Lilian, dan bercerita tentang semua ini, aku harap aku punya kesempatan untuk berbicara dengannya, tapi sepertinya semua itu sangat sulit.
...----------------...
William duduk di meja kerjanya dia menatap Billy dengan serius.
"Bagaimana Vanesa?"
"Sudah kami tempatkan, di tempat yang aman," jawab Billy.
"Untuk sementara jangan beritahu tunangan ku,"
Kata William lagi.
"Baik tuan!"
Kemudian William, menyuruhnya beranjak dari tempat itu.
Tak lama kemudian William pun beranjak dari ruang kerjanya.
Tap ...Tap ...Tap ...
Dia berjalan menuruni tangga, di bawah sana tampak seorang pelayan yang sedang membersihkan perabotan pelayan itu berhenti beraktifitas menudukan badannya menyapa William.
"Kau lihat tunangan ku?"
"Saya lihat nona sedang duduk di balkon latai 2, tuan," kata pelayan itu berbicara dengan cara yang sangat sopan.
William melajutkan langkahnya dan berlalu dari hadapan pelayan itu.
Tap ...Tap ...Tap ...
Dia naik ke lantai dua untuk menemui Tunangannya, Lilian tampak termenung namun tak lama kemudian Lilian menyadari akan hadirnya sosok William.
William tersenyum seraya memeluknya dari belakang.
"hari ini aku tak mendengar kabar dari mu" kata William, Lilian menoleh sejenak.
"Bagaimana, sudah ada kabar dari adik ku" kata Lilian pelan.
William agak kecewa mendengar topik yang di bicarakan Lilian.
"Orang orang ku sedang mengusahakannya!" tatapan William tak seceria tadi wajahnya berubah dingin.
William melepaskan pelukannya dan beralih duduk di samping Lilian.
"kenapa tak secepat biasanya, bukannya orang mu sangat hebat," tanya Lillian sambil menatap William,
William agak mengalihkan pandangannya.
"Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan" Tanya Lilian lagi.
"Tentu saja tidak" kata William menatap wajah Lillian agak kesal.
Kemudian dia memegang bahu Lillian.
"kamu sedikit berlebihan mengenai persoalan ini, serahkan kepada ku, bahkan gara- gara masalah ini merusak suasana kebersamaan kita," kata William lagi.
"Aku tidak bisa tenang sebelum adik ku di temukan," kata Lilian.
"Kamu lebih memikirkan adik mu di banding aku?"
"Itu 2 hal yang berbeda!"
"Aku yang selalu ada untuk mu, aku yang melidungi mu ,dimana adik kecil mu itu saat kamu dalam bahaya?"
"Maksudmu aku harus tidak perduli dengan keadaan adik ku?"
"Dia bukan adik kandung mu, bahkan ayahnya coba membunuh mu, apa kau tidak mengerti,"kata William.
Lilian menatap curiga ke arah William.
"Kalau pikiran mu seperti itu, bagaimana aku percaya kamu berniat untuk menemukannya," Kata Lillian sambil beranjak dari situ.
William hanya memandangnya kesal.
"Akh Sialan!"
Braaak... Braaak ....
Sambil menendang meja yang ada di situ.
Rasanya dia ingin sekali menelepon Billy untuk segera menghabisi Leonardo.
Braak...Bruuuk...Braak...
Beberapa kali dia menendang meja yang ada di situ.
...----------------...
Di tempat Lain Vanessa berusaha keluar dari kamarnya, kenapa kamar ku masih di kunci pikirnya dalam hati.
Kreek ...
Tak lama pintu kamarnya terbuka, sesorang datang membawakannya makanan.
"Nona," Kata seseorang. Bertubuh gempal, menatap sedih ke arah Vanesa.
Wajah Vanesa tampak pucat, matanya cekung sudah beberapa hari dia tidak mau makan.
"Marta," Kata Vanesa. Kemudian memanggil pengasuhnya itu.
"Iya nona," sahutnya. Seraya meletakan nampan berisi makanan itu di atas meja, kemudian marta memeluk Vanesa.
Hiks ... Hiks ...
"Tuan Muda yang mengirim ku kesini nona," kata Marta lagi. Sambil menangis.
"Kamu bisa kan mengeluarkan aku dari sini?"
"Nona ampuni aku, aku bisa di bunuh tuan," Kata Marta. Menatap sedih ke arah Vanesa.
"Nona harus makan, lihat badan nona kurus," kata Marta lagi.
"Aku tidak mau makan, untuk apa aku hidup kalau harus di kurung seperti in,i" kata Vanesa. Sambil menghela nafas.
"Sebetulnya apa yang terjadi sampai Tuan Muda mengurung anda di sini," tanya Marta.
"Aku hanya berpacaran dengan Dante," jawab Vanessa
"Seharusnya tidak masalah, bukannya Tuan Muda bertunangan dengan Dante," Kata Marta heran.
"Dante pacarku, ayahnya adalah seorang penjahat, kau bisa menolong aku kan marta?"
Marta sedikit ragu.
"Tolong sampaikan surat ku untuk Lillian," kata Vanesa lagi.
"Tapi nona!"
"Ini cuman sebuah surat,kau tidak melepaskan aku!" Marta menghela Nafasnya
Fuuuuu...
Marta melepaskan nafasnya.
Kemudian dia menatap Vanessa,dengan rasa kasian.
"Aku akan mengantarkan pesan mu, tapi nona harus habiskan makanan itu," kata Marta lagi.
Vanessa tersenyum seraya mengambil makanan itu.
"Baik lah, kau akan lihat aku menghabiskan makanan itu dalam sekejap," katanya. Sambil menumpuk makanan ke mulutnya.
Nyam ...Nyam ...
"Pelan pelan saja nona," kata Marta.
Dengan cepat dia melipat dan memasukan surat itu kedalam amplop. kemudian surat itu Vanessa berikan kepada Marta.
"Jaga ini!"
Marta mengangguk seraya pergi meninggalkan Vanessa.
Malam ini Marta mencoba menelpon ke kediaman William.
"Hallo, bisa bicara dengan nona Lilian," kata Marta.
"Anda sudah membuat janji," tanya seseorang. Di balik suara itu.
"Ini sangat penting dan mendadak, saya tidak sempat membuat janji dengan nona muda, ini soal gaun pengantin yang tuan dan nona pesan," Kata Marta lagi.
"kalau boleh tau siapa nama anda?"
"Saya Anne!"
"Baik saya akan sambungkan ke pada nona Lilian "
Biiif ... Biiif ...
Suara sambungan telpon kemudian terdengar.
"Hallo," kata Lilian.Menyahut suara panggilan itu.
"Nona Lillian, saya Marta pengasuhnya nona Vanessa," katanya lagi berbisik.
Lilian sedikit bingung
"Vanesa!"
"Dia sedang di kurung Tuan Muda," Lilian tambah bingung
"Kenapa?"
"Kalau nona ingin tau, temui saya besok, ini ada hubungannya dengan adik nona," Kata Marta lagi.
"Di mana aku harus menemui mu?"
"Cafe blossom jam 8 pagi," Kata Marta. Seraya memutus sambungan telponnya.
Lilian terdiam sejenak memikirkan apa yang terjadi sebenarnya, Vanessa bukannya sedang sekolah di Valensia, kenapa pula dia tak pulang ke rumah, dan apa hubunganya dangan Leo adik nya,
Dia kemudian bergegas pergi ketempat tidurnya dia berusaha untuk tidur.
30 menit kemudian William baru sampai, dia segera naik ke atas untuk menemui Lilian, sekarang dia sudah berada tepat di depan pintu kamar Lilian.
ceklek ...
William coba membuka pintu kamarnya.
"Apa apaan ini!" Lilian mengunci kamarnya.
Tok ...Tok ...Tok ...
Kemudian, William mengetuk pintu kamar itu.
"Sayang buka pintunya," kata William pelan, namun tak ada balasan.
"Sayang!"
"Lily buka pintunya!" Kali ini dengan nada marah.
Setelah di tunggu beberapa menit Lillian tak merespon juga kesabaran William mulai habis.
"Baik lah Lily jangan menyesal, sudah melakukan ini kepada ku," Kata William sambil beranjak dari situ.
Lillian tampak tak bergeming dia tidur dengan pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments