...****************...
Sudah 4 tahun berlalu, Lilian sudah menyelesaikan Kuliah kedokterannya, Lilian sedang melakukan program profesi (Koas) sampai 2 tahun kedepan.
Agar gelar dokter umumnya bisa dia dapatkan, setelah Koas selesai, dia masih ingin melajutkan sekolah untuk Spesialis. Dia baru kuliah di usia 20 tahun jelas sangat terlambat pikirnya.
Dan Hari ini Lillian mendapat kabar kalau tuan James Kakeknya Vanessa meninggal dunia, tanpa berfikir panjang Lillian kemudian buru-buru mengambil penerbangan sore ini.
Dia bertukar jaga malam dengan temannya Audrey, untung temannya mau membantunya. Sehingga Lilian bisa pulang untuk beberapa hari.
...----------------...
Pukul 19.23, dia sampai di kediaman Sarah ibunya, setibanya di sana Lilian langsung di sambut Sarah.
"Sayang ku kira kau takan datang?"
"Ada teman yang mau bertukar jaga dengan ku," jawab Lilian.
"Padahal kalau kau sibuk, kau tak perlu memaksakan datang," ungkap Sarah lagi.
"Mereka akan jadi kerabat kita, aku harus datang lagi pula tuan James sudah ku anggap kakek ku sendiri" jawab Lilian sambil memeluk ibunya
"Maaf aku tak datang di pertunangan Leonardo," kata Lilian kemudian ibunya tersenyum.
"Leo tampak sedih,tapi dia mengerti!"
Sarah melihat Lilian sepertinya lelah, dengan penuh perhatian dia menyarakan Lilian melayat esok hari.
"Kita datang besok saja, saat pemakaman, di sana sudah ada Leo yang mewakili kita, lagi pula kamu harus beristirahat," kata Sarah lagi.
"Kamar mu sudah di bersihkan beristirahat lah!"
Lilian mengikuti perkataan Sarah, untuk beristirahat di kamarnya, dia pamit dan berlalu dan pergi ke kamarnya.
Kreek ...
Dia membuka pintu kamarnya dan menyimpan tas nya di atas meja, kemudian dia berbaring di tempat tidur.
Tapi entah kenapa hatinya tak tenang, dia ingin sekali pergi ke kediaman Jones, dia merasa harus pergi ke sana sekarang juga.
Kemudian dia bergegas ke kamar mandi, untuk mecuci wajahnya, dia memilih beberapa dress berwarna hitam dari dalam lemarinya, setelah mendapatkan yang cocok dia segera mengenakannya, dia hanya sedikit memakai lipstik dan memakai parfum, setelah itu dia bergegas untuk pergi kekediaman Jones.
Saat Lilian turun dari kamarnya, rupanya ibunya berada di sana.
"Lily kau akan kesana sekarang?"
Lilian mengangguk.
"Kamu tidak lelah nak?"
"Tidak Bu!"
Sarah menghela nafas sejenak, seraya memperhatikan Lilian yang tampak cantik, biasanya Lilian cuek sekali dengan penampilannya, walaupun tidak mencolok Lilian tampak memperhatikan penampilannya.
"Lily kamu akan baik-baik saja jika bertemu William?"
Lilian agak serba salah mendengar pertanyaan ibunya.
"Bu itu sudah lama berlalu, aku tak apa-apa!"Lillian mencoba meyakinkan ibunya.
"Kalau begitu baik lah!" Lilian tersenyum.
"Ingat hati-hati jangan sampai terluka lagi!" tiba-tiba Sarah memberikan nasehat saking takut melihat putrinya terluka.
Dia masih ingat saat-saat Lilian terpuruk beberapa tahun yang lalu
"Baik bu aku tau," sahut Lilian sambil berlalu.
Lilian pun segera berajak dari hadapan Sarah.
...----------------...
Tak lama kemudian Lillian pun tiba di kediaman Jones, semua mata tertuju padanya, beberapa orang menyapanya dengan senyuman, Lilian membalasnya termasuk Leonardo dan Vanessa.
"Lily!" Vanessa memeluk Lilian.
"Kapan kau tiba?" sambung Leonardo memeluk kakaknya.
"Baru beberapa jam yang lalu," ucap Lilian.
"Terimakasih sudah datang, Kakek pasti senang melihat mu" Vanesa tersenyum kearah Lilian.
Lillian balas tersenyum.
"Maaf aku tak datang di pertunangan kalian," ucap Lilian lagi.
Vanessa dan Leonardo tersenyum.
"Tidak apa-apa hadiah mu sudah ku terima, terima kasih," kata Vanesa.
Karena situasi di sana agak ramai, Leonardo tak bisa berlama-lama berbicang dengan Lilian.
"Kak aku harus memerima tamu, aku tinggal dulu ya," Kata Leonardo.
"Iya sana, tak enak kalau tak ada yang menyambut mereka," kata Lilian sambil tersenyum.
Kemudian Leonardo, berlalau dari hadapan Lilian.
Mata Lilian seketika mencari seseorang di sekeliling ruangan, namun dia tak bisa menemukannya. Vanessa mengerti siapa yang Lilian cari.
"William dia tak mau bertemu dengan tamu, dia menyuruhku dan Leonardo untuk menggantikannya" Lilian pura-pura bereaksi senormal mungkin.
"Pantas aku tak melihatnya,"kata Lilian sambil tersenyum.
"Barangkali kau mau menemuinya dia ada di ruang kerjanya," ungkap Vanessa.
Lilian terdiam tak mejawab.
"Itu juga kalau kau tak keberatan,"sahut Vanesa.
Membuyarkan lamunan Lilian, Kemudian Vanessa berlalu dari hadapan Lilian dia menghampiri Leonardo, yang sejak tadi sibuk menyambut tamu yang melayat.
Lilian awalnya ragu, tapi kemudian dia memutuskan pergi ke lantai atas menuju ruang kerja William, dia terdiam sejenak tangannya sudah terangkat untuk mengetuk pintu, tapi dia teringat kata-kata Sarah.
"Ingat jangan mebuat hati mu terluka!"
Dia berkata pada dirinya untuk tidak menemui William, walau hatinya ingin sekali menemani William di saat-saat seperti ini.
Dia tau William sangat terpukul dan sangat sedih kehilangan kakeknya. Ketika dia berbalik badan untuk beranjak dari tempat itu.
Kreek ...
Tiba-tiba pintu itu terbuka sosok yang telah lama tak di lihatnya kini ada di depan matanya, mereka berdua hanya mematung saling menatap.
Frezzee ...
"Hi Will!" sampai Lilian menyapa William.
"Lily, sejak kapan kau berada di sini?" William agak canggung.
"Baru saja,tadi aku ingin mengetuk pintu tapi," jawab Lilian tak kalah canggung.
"Kalau begitu masuk lah, sudah lama aku tak berbicara dengan mu," kata William sambil mempersilahkan Lillian masuk ke ruang kerjanya.
Kemudian tanpa sungkan Lillian menyambut ajakan William, Lilian berjalan mengikuti langkah William, kemudian mereka duduk di sofa bersebelahan, mereka terdiam dan saling melepar senyum.
"Bagaimana kedaan mu apa kau baik baik saja?" Lilian memulai pembicaraan agar suasana canggung mencair.
"Tentu saja berat kehilangan Kakek, mengingat semua tanggung jawab keluarga dan perusahaan sekarang menjadi tanggung jawab ku," kata William agak mengeluh dia sangat lega bisa mengatakan itu kepada Lilian.
"Selama ini kamu bisa melakukannya dengan baik," kata Lilian, seraya menatap wajah William yang tampak kusut.
"Semoga aku tak mengecewakannya," kata William lagi, menatap Lilian sembil tersenyum.
"Pasti dia bangga pada mu, kau sudah mengorbakan masa muda mu, untuk berdiri di sampingnya," kata Lilian. Membuat William sejenak melupakan kesedihannya.
Dia merasa nyaman sekarang, ada seseorang yang menguatkannya hatinya
"Semoga saja!" William termenung.
"Bagaimana dengan diri mu, apa yang kau lakuan sekarang?" Lilian tersenyum sambil menatap wajah William sendu.
"Aku masih Koas, keseharian ku di UGD aku sering sekali jaga malam, aku jadi tidak punya waktu untuk diri ku sendiri"
William mendengarkannya dengan serius.
"Di siang hari biasanya aku tidur,itu membuat ku ter isolasi," kata Lillian lagi, dia sedikit menceritakan kesepiannya.
"Pasti sangat sibuk?" William coba menebak.
"Ya pasien selalu ramai, dengan kondisi yang bermacam-macam, kadang aku sampai tak sempat makan dan minum," ucap Lilian.
"Pantas kau kurus sekali," ucap William.
"Ngomong ngomong Will, terimakasih akhirnya kau bisa menerima adik ku," kata Lilian kemudian.
William agak terkejut, Lilian membahas topik itu dia agak memalingkan wajahnya, menyembunyikan raut wajah tak sukanya.
"Sebetulnya kakek yang mendesak ku," kata William dingin.mata Lillian tertuju ke arah William.
"Kenapa kau begitu tak menyukai adik ku?"
William terdiam, mencoba menjawab dengan memilih kata-kata yang pas, dia tak mau bertengkar dengan Lilian gara-gara salah bicara.
"Entah lah, Lilian aku meresa kita banyak di pertemukan di kondisi yang membuat ku ingin menghajarnya," kata William datar.
Tak di sangka reaksi Lilian begitu santai dia malah tertawa kecil.
"Termasuk dia ketahuan sedang bersama pacar mu," Kata Lillian sambil tersenyum.
William menoleh Sambil menujukan mimik muka agak kesal.
"Bukan hanya masalah itu, ada banyak masalah yang lain,"jawab William.
"Kalian punya selera yang sama, harusnya kalian bisa cocok dan akrab," ungkap Lilian sambil tersenyum menggoda William,
William balas tersenyum.
"Rasanya sangat menyebalkan seseorang yang seperti diri ku menjadi pacar adik ku," jawab William agak tertawa.
"Adik ku sudah banyak berubah, dia tak seperti diri mu!"
"Waah, kau masih sama seperti dulu, selalu membela adik mu dan menilai adik mu sangat positif," sahut William.
Lilian tersenyum mendengar ucapan William, seperti tak menerima pernyataannya.
"Berhenti mengurusi urusan mereka,"jawab Lilian.
"Bagaimana dengan mu Will?"
"Aku, masih seperti dulu!"
"Sudah ku duga, memang sulit untuk berubah, sekarang ada berapa pacar mu?"
"Apa kau sepenasaran itu, tentang kehidupan pribadi ku, " kata William memandang Lillian.
"Tidak sich, kehidupan pribadi mu sudah menjadi konsumsi publik, aku sering melihat gosip tentang mu. masih suka berkencan denga model pakaian dalam?"
"Waah! kamu perhatian sekali," celetuk William di ikuti tawa Lilian.
"Aku hanya penasaran saja," sahut Lilian
"Aku sebetulnya ingin berubah, tapi seperti yang kau tau, laki laki tampan dan kaya seperti ku. Selalu di kelilingi wanita cantik, itu godaan yang sangat sulit ku tolak," ungkap William.
Lilian tertawa kecil, Mendengar jawaban William.
"Kau masih merasa superior?"
William tersenyum lebar mengiyakan pernyatan Lilian.
"Bagaimana dengan diri mu ada pacar?" lumayan membuat Lillian terkejut.
Tapi Lilian tetap menjawabnya.
"Aku sempat berpacaran dengan senior ku, tapi karena kita sama sama sibuk terlebih dia juga mau mempersiapkan untuk melanjutkan spesialis, hubungan kita berakhir," Lillian menceritakan kisah percintaannya.
William tampak serius mendengarkan.
"Percintaan kutu buku memang tidak menarik!" Lillian menatap Wajah William karena menyebutnya kutu buku.
"Bukannya kau sempat jadi mahasiswa kedokteran, kau juga sama kutu bukunya seperti aku," balas Lilian.
"Itu sebabnya aku berhenti di tengah jalan, aku berjiwa bebas, aku lebih tertarik belajar bisnis," kata William membela diri.
"Apa maksud dari kata percintaan kutu buku tidak menarik, " tanya Lillian penasaran.
"Membosankan!" Lilian agak kesal.
"Maksud mu aku membosankan," tanya Lilian lagi menatap William tajam.
"Tentu saja tidak, kamu sangat cantik, pintar dan tubuh mu sangat.." Mata William menatap Lillian dengan tajam, dia mulai mendekatkan wajahnya.
Sepertinya Lillian sudah menangkap sinyal bahwa William mengarahkan pembicaraan ke arah arah yang erotis.
"Ok sepertinya aku harus pulang, aku lelah sekali karena aku baru saja tiba," kata Lilian. Agak salah tingkah. Begitu pun William, dia agak menarik tubuhnya kebelakang.
"Terimakasih Lilian," kata William. Menatap Lilian sambil melemparkan senyuman.
"Iya sama-sama," kata Lilian lagi sambil menggenggam tangan William.
"Besok aku kesini lagi, untuk mengantar kakek terkahir kalinya!" William mengangguk.
"Perlu ku antar?"
"Tidak perlu ada banyak tamu di sini, aku akan menelpon supir untuk menjemput ku," sahut Lilian.
"Mungkin lain waktu kita bisa berbicang lagi seperti ini?"
"Tentu saja," sahut Lilian, sambil menatap wajah William dengan hangat.
"Lily jaga kesahatan mu yah," kata William. Mengiring kepergian Lilian.
Lilian menoleh dan tersenyum kemudian berlalu dari hadapan William.
Pertemuan mereka seperti mencair, perasaan canggung berdebar tak lagi mereka rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments