Hidup Kembali

...****************...

Berita tentang Leonardo yang menghilang, menyebar dengan cepat dan berita itu sampai ke telinga Lillian.

"Apa ada kabar tentang adik ku?"

"Maaf sayang!"

"Sayang aku mohon cari tau keberadaan adik ku" William terdiam sejenak di tatapnya wajah Lilian.

"Sayang keluarga itu, mau menghabisi mu, Leonardo juga pasti terlibat," kata William menghela nafas.

"Dia tetap adik ku, kami keluarga," kata Lilian sambil menatap wajah William dengan sedih.

William kemudian memeluknya.

"Aku akan berusaha mencarinya!"

Tak lama mereka di kejutkan dengan kedatangan Vanesa.

"Hi kak!" Lillian tersenyum

William meliriknya dengan curiga

"Ada apa?"

"Aku mau study keluar negri, aku mau minta tanda tangan wali ku," kata Vanessa lagi. Sambil memberikan selembar kertas.

William membacanya sekilas.

"Valencia!"

Vanessa tersenyum.

"Kenapa harus belajar di luar negri di sini juga banyak Universitas yang bagus?" sambil menanda tangani kertas itu.

"Aku tak ingin di bayang bayangi nama kelurga, Aku mau jadi diri sendiri," jawab Vanesa.

"Kak aku pergi minggu depan!" Vanessa  mencoba menarik perhatian kakaknya.

"Oke!" di luar ekspetasinya.Dia sedikit kesal dan marah.

"Tidak usah repot-repot mengantar ku," kata Vanesa lagi sambil beranjak dari situ.

Braaak ...

Dia membanting pintu begitu keras.

"Anak gila itu, punya masalah apa, sih," kata William kesal.

...----------------...

Seminggu  kemudian Vanesa akhirnya pergi ke negara yang di maksud bersama Leonardo.

"Sean!" Leonardo menoleh ke arah Vanesa.

"Tolong jaga aku," katanya lagi.

"Tentu kau menggaji ku cukup besar," kata Leo sambil tersenyum.

"Aku merasa kesepian," kata vanessa lagi Leonardo menatapnya.

"Nona bisa mengandalkan aku," kata leonardo sambil tersenyum.

Tap ...Tap ...Tap ...

Lalu mereka berdua berjalan menuju sebuah taxi Leonardo terdiam.

"Ayo!"

Bruk ...

Vaness membuka pintu taxi,tanpa banyak bertanya Leonardo mengikuti Vanessa, kemudian mereka masuk kedalam taxi.

"Ke Jalan Streat pak," kata Vanessa.

Whoosh ...

Kemudian taxi itu melaju.

"Kita akan tinggal di apartemen!"

Leonardo terkejut Vanessa menyadarinya.

"Sean aku ingin menjadi orang biasa," kata Vanessa sambil Tersenyum mejelaskan.

"Nona tinggal di apartemen bersama ku?"

"Iya!"

Leo agak salah tingkah, mau bagai mana lagi dia tak punya tempat tinggal, hanya Vanessa satu satunya orang yang bisa dia andalkan saat ini.

Tak lama sampai lah taxi itu, di depan apartemen yang dimaksud mereka turun dari taxi itu,Leo membawakan koper milik Vanesa.

"Sini biar aku bawa sendiri," kata Vanessa mencoba membantu Leo tak lama mereka sapai di lantai 2 lift mengantarkan mereka ke sana.

Mereka  tepat berada di depan pintu kamar 707.

Klik ... klik ...

Kreek ...

Vanesa membuka pintu apartemen itu.

"Masuk!"

Leonardo agak sungkan.

"Sean kamu pakai kamar yg di depan yaah" Leo tersenyum.

Kecanggungannya pudar, tentu saja kamarnya terpisah pikir Leo dalam hati.

"Baik nona!" sahut Leo. Lagi pula apa yang kau harapkan dari gadis yang baru berusia 17 tahun.

"Sean kamu bisa panggil nama ku," kata Vanessa lagi, sambil masuk ke dalam kamarnya.

Vanesa menjelaskan di hari-hari berikutnya dia tak mau terlhat mencolok, tapi tetap saja Leo tak bisa memanggil Vanesa dengan sebutan nama.

3 bulan berlalu mereka tinggal bersama di apartemen itu, banyak yang mengira mereka sepasang kekasih, dan mereka berdua tak membantah asumsi itu.

...----------------...

Hari ini hujan turun , Leo sudah menunggu Venessa di depan kampusnya, dia sengaja menjemputnya karena hari ini hujan, Leo tau Vanessa sering lupa membawa payung.

Tak lama Vanessa telihat, mereka saling beradu pandang, Vanessa melambaikan tangan dan mendekat ke arah Leonardo.

"Kamu membawa payung?"

Leo mengangguk,kemudian membuka payung itu.  Berlahan dan memberikanya kepada Vanessa, setelah itu dia membuka payung  untuk dirinya sendiri.

Keceplak ... Keceplak ... keceplak ...

Kemudian mereka berjalan beriringan menginjak air yang mengenang, sesekali mereka saling nenatap dan tersenyum.

Hanya jalan berdampingan seperti ini sudah membuat mereka bahagia, Vanessa adalah penyelamat hidup Leo, dia terlahir kembali sebagai Sean.

"Sean mau minum coffee?"

Tanpa perlu mendengar jawaban Leo, Vanessa langsung mampir ke sebuah Cafe.

kemudian mereka menutup payung yg basah kuyup, dan menyimpannya di tempat yang sudah di sediakan.

Tap ...Tap ...Tap ...

Vanessa berjalan, mengambil duduk di dekat jendela di ikuti Leo, dia duduk di hadapan Vanessa .

Mereka pun memesan minuman 2 cangkir coffee, senyuman terukir di bibir keduanya ini seperti kencan sepasang kekasih mata mereka saling memandang.

"Bagaimana kuliah mu hari ini?"

"Hmm, biasa saja!"

Leo tersenyum melihat wajah Vanesa, yang selalu membuatnya ceria.

"Sean kamu tidak bosan hanya mengurusi ku, kalau ada yg kamu suka mungkin kamu bisa melakukannya," kata Vanesa sambil tersenyum.

"Mungkin aku ingin belajar Teater," Kata Leo sambil menyeruput coffenya.

Srup ...

"Kalau itu yang kamu suka lakukan," kata Vanessa menyemangati.

"Kamu bisa masuk tahun depan di kampus ku," kata Vanesa lagi. Leo tersenyum.

Untuk pertama kali dalam hidupnya ada yang menanyakan apa yang dia inginkan.

"Terimakasih!"

"Aku yang harusnya berterimakasih kamu sudah mengurusku dan menjaga ku," kata Vanesa.

"Itu karena gaji yang kamu berikan cukup besar"jawab Leo sambil tersenyum.Di ikuti tawa Vanessa.

"Kalau aku tak punya uang lagi, apa kamu akan melindungi ku?"

Leo tersenyum tak mejawab.

"Hah, menjawab pertanyaan ku saja sulit"

"Pria tampan memang sangat berbahaya," celetuk Vanessa.

"Menurut mu aku tampan?"

"Kalau kau tidak tampan, aku tak akan mengijinkan mu tinggal di apartemen ku," kata Vanessa

Seketika mereka tertawa kecil.

"hehehehehe"

"Kita bukan teman yang tulus rupanya," kata Leo masih tersenyum.

"Aku tulus!"

Leo tertegun.

"Aku juga!"

Mereka berdua saling melempar senyum.

Hujan pun reda, mereka beranjak dari tempat itu perbicangan hangat ini menyisakan buih-buih kekaguman di hati mereka.

...----------------...

Hari ini Vanessa libur dia malas pergi kemanapun dia melihat apartemennya sangat kotor dan menjijikan kemudian dia mengetuk kamar Leo

 "Sean!"

Vanessa mengetuk pelan.

Tok! Tok!

namun tak ada sahutan, tanpa rasa sungkan Vanesa masuk ke kamar Leo,

"Sean!" Katanya lagi.

Tap ...Tap ...Tap ...

Sambil melangkah pelan

Deg...

Tiba-tiba Vanessa menghentikan langkahnya,

dia terkejut dan salah tingkah.

Seketika Leo menoleh, Leo sedang berpakaian rupanya wajah Vanessa memerah, kemudian dia memalingkan wajahnya dan hendak akan keluar kamar.

"Aku akan segera selesai!"

Dan bodohnya Vanesa tetap berdiri di situ,dengan posisi membelakangi Leo.

"Aku sudah selesai!"

Kemudian Vanessa menoleh, mereka saling memandang sungkan.

"Sean aku ingin membereskan rumah, bisa kau bantu ku," kata Vanesa.

"Ok!" Vanessa tersenyum.

"Ayo!"

Sambil beranjak dari situ, Leo pun mengkuti langkah Vanesa , mereka berdua bekerja sama untuk membersihkan rumah.

Leo membersihkan debu dengan vakum cleaner, Vanessa mencuci seprai tirai dan selimut, suasana begitu riang sesekali mereka melemparkan canda.

"Kita seperti sepasang Kekasih," kata Vanessa.

Leonardo tertawa kecil

"Nona mau pacaran dengan ku?"

"Apa itu sebuah tawaran sean?"

Leo tertawa

"Hmm ... anggap saja begitu," kata Leo meneruskan tawa kecilnya.

"Oke aku mau!"

"Haah" Leonardo lumayan terkejut.

"Habis ini kita bersihkan jendela debunya tebal sekali," kata Vanesa seraya memberikan kanebo ke pada Leo.

Kemudian mereka membersihkan kaca bersampingan, Vanesa membersihkan kaca sebelah kiri, dan Leo membersihkan kaca sebelah kanan.

Pada posisi tertentu Vanesa, tak bisa mejangkau bagian atas jendela.

"Biar aku saja!"

Vanesa tersenyum.

"Kamu seperti pacar idaman," kata Vanesa.

"Oya," kata Leo sambil tersenyum.

"Kamu punya pacar sebelumnya?"

"Banyak," jawab Leo.

Vanessa tertawa.

"Sudah ku duga," kata Vanesa. Menanggapi dengan bercanda.

"Kalau nona?"

"Tidak banyak,"jawab Vanessa.

"Nanti kalau aku sudah punya pacar, kamu harus keluar dari sini," kata Vanesa.

Leonardo tersenyum.

"Tapi sulit mencari pria yang lebih tampan dari mu Sean," kata Vanesa.

Membuat Leo tersipuh kali ini, mereka selalu saling menggodan dan merayu walau di selimuti dengan alasan bercanda, dan pada suatu titik tangan mereka bertemu mereka menoleh dan saling memandang.

Leonardo melihat mata Vanessa kemudian dia melihat bibirnya ada Gairah yang Leo rasakan kemudian dia mendekati wajah Vanesa.

Much...

Ciuman mendarat di bibir Vanesa.

"Apa kita harus melajutkan ini?" Vanesa menghentikan Leo.

Much ... Much ... Much ...

Leonardo mencium bibir Vanessa lagi, mereka tak mampu menolak gairah itu kemudian mereka berpelukan dengan mesra dan hangat.

Ada getaran tak biasa di antara mereka, sepasang anak muda itu begitu bahagia, dengan kebersamaan mereka terasa manis dan hangat.

Kejadian hari ini mereka coba lupakan, mereka bersepakat untuk menganggap hal itu tak pernah terjadi. Agar tak ada kecanggungan di antara mereka.

hari-hari pun berlalu mereka berdua mencoba melupakan ciuman itu, dan hal-hal yang berbau romatis, agar mereka tak merasa canggung.

...----------------...

"Tidak ini tidak benar" kata Vanessa menutup wajahnya dengan bantal. dia tak bisa tidur malan ini dia terus terbayang-bayang wajah Leo.

Akhirnya dia memutuskan untuk keluar kamarnya.

Tap ...Tap ...Tap ...

Dia berjalan berlahan menuju dapur, sudah beberapa hari dia menghindari Leo karena kejadian waktu itu.

Freezee ...

Akan tetapi alangkah kagetnya Vanesa ,disana Leonardo  juga sedang mengambil minum.

"Belum tidur?" Leo menatap wajah Vanesa.

"Belum!"

Leo paham ada kecanggungan dari kata-kata Vanesa, kemudian Leo beranjak dari situ.

"Eeh Sean!" Leo menoleh.

"Mau kemana?"

"Tidur!"

"Temani aku nonton aku tak bisa tidur"

Leo menggaruk kepalanya.

"Kamu tidak keberatan kan?"

Leo agak serba salah, dia takut tak bisa mengendalikan diri lagi. seperti waktu itu.

"Kita nonton di kamar ku!"

Glup ...

Leo menelan ludah.

Dia bingung harus bereaksi apa.

"Kalau kamu keberatan ayo kita nonton di kamar mu"

Leo makin serba salah.

Fuuu ...

"Terserah nona mau dimana," kata Leo

"Di kamar ku saja" Katanya sambil beranjak.

Freezeee ...

Leo masih mematung di sana.

"Ayo cepat!"

Leo mengikuti Vanesa kekamarnya, mereka pun sudah ada di kamar Vanesa.

Vanesa menyalakan Televisi, dan memilih film lewat remotenya.

"Kita nonton horor ya?" Kata Vanesa.

Leo tersenyum, kemudian Vanessa mengajak Leo duduk di atas tempat tidur, dengan posisi tengkurap Leo mengikuti Vanessa dia berada persis di samping  Vanesa.

Film pun di putar ternyata meraka sama-sama  penakut, setiap adegan yg menakutkan Leo dan Vanesa sama sama berteriak, dan menutup wajahnya dengan bantal.

Angan-angan Leo kini semakin jauh dari harapan, tidak ada suasana romatis di tempat itu, Karena menonton film horor keduanya malah tak bisa tidur.

"Sean!" Leo menoleh.

"Aku nggak bisa tidur temenin aku yah," kata Vanessa

Glup ...

Leo menelan ludahnya.

Kemudian Leo berbaring di samping Vanesa. Kemudian Vanessa memeluk Leo, dan Leo mengelus kepala Vanesa.

"Nyaman sekali!" Kata Vanessa wajahnya melihat mendongak ke atas.

Deg ...

Jantung Leo berdebar kencang.

"Kamu deg degan ya?" Vanesa meletakan tanganya di jantung leo.

"Emang kamu nggak?" Leonardo menggenggam tangan Vanesa.

Bruk ...

Leo mebenamkan tubuh Vanesa.

Much ... Much ...

Dia mencium Vanessa penuh gairah sambil menutup matanya. 

"Aku ngantuk sean!"

Leo menghentikan ciumannya, kemudian dia membiarkan kepala Vanesa bersandar di dadanya, tak lama Vanesa tertidur pulas, Leonardo tersenyum.

"Bisa bisanya dia tertidur di saat adegan panas seperti ini"

Fuuuu ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!