Evakuasi

...****************...

Sudah 3 hari kami ada di bangker itu. Aku tak bermaksud untuk melakukannya lagi dan lagi, tapi hal itu selalu terjadi saat kami berdua, waktu itu aku dan Lilian Sedang ...

Kemudian terdengar suara yang tak asing dari arah  belakang.

"Yang benar saja Will!" Ya itu suara adik ku.

"Vanesa!" aku menoleh kepadanya.

Aku segera menutupi tubuh Lilian dengan tubuh ku, aku dan Lilian sangat panik, di luar sana terdengar suara beberapa orang laki-laki.

"Jangan masuk,kalau ada yang masuk akan ku bunuh!" tiba tiba saja suasana jadi hening.

Kemudian buru-buru adik ku memberikan Tshirt yang tergeletak di bawah ke pada Lilian, Lilian segera memakainya aku pun demikian.

"Baiklah!" aku mendengar seseorang yang tak asing.

"Gawat!"

Setelah kami berpakaian, Kakek, Billy dan beberapa pengawal masuk ke tempat itu. Melihat gelas, piring, dan sisa makanan tergeletak di lantai.

"Sepertinya terjadi keributan" Kakek menatap ku kemudian menatap Lillian.

"Lily apa kamu baik-baik saja?" Lilian tampak sangat kaget. Dia menuduk malu.

"Kamu bisa bikin seorang gadis hamil," kata Vanesa.

Membuat ku ingin menyumpal mulutnya, kemudian Kakek perintahkan Billy untuk memeriksa bekas luka ku,

Billy menghampiri ku dan membuka perbanku.

"Aman tuan, sedikit agak terbuka!" Billy melirik kakek ku.

Kemudian dia membersihkan bekas luka ku.

"Aku membawa beberapa pakaian," Kata Vanesa.

Seraya mengajak Lilian pergi dari sana.

Kemudian Kakek agak mendekat sedikit ke arah ku.

"Hey bocah tengik,sebetulnya kamu tak harus ke sini, kamu bisa pergi ketempat lain," kata kakek ku, sambil melotot ke arah ku.

Aku tak mejawab, percuma saja aku ngeles kakek tau akal bulus ku.

"Ada yang ingin aku pastikan dulu kek," kata ku melirik Billy.

Billy kemudian mengangguk membela ku, dia segera memberikan isyarat penyeledikannya sudah selesai.

"Nanti kita akan bahas itu," kata kakek ku.

Kami pun di evakuasi dari tempat itu. Aku dan Lilian naik helikopter yang berbeda, aku mencemaskan Lilian Kakek tau aku gelisah kakek menggoda ku.

"Bukannya dia bukan selera mu?" aku terdiam tak mejawab, mengingat seminggu yang lalu aku berdebat hebat dengan kakek aku ngotot tak sudi bertunangan dengan Lilian.

"Dia gadis yang pintar, aku hanya suka berdiskusi dengannya" Kata ku sekenanya saja, Kakek tertawa Billy pun sedikit menahan tawa.

"Diskusi mu dengan Lilian pasti sangat seru dan sengit?" aku tersenyum. Mendengar Sarkas Kakek.

"Bagaimana nggak salah kan pilihan kakek?" lagi lagi aku hanya tersenyum kecil. 

"Soal John Dante, nanti malam kita bahas!"

Sambung kakek lagi, aku mengangguk, tak berkata sepatah kata pun tak banyak bicara, pikiran ku terus ke tempat yang lain.

...----------------...

~Lilian~

Akhirnya setelah satu jam perjalanan, aku sampai di sebuah rumah mewah nan megah.

Di sana tampak William menatap ku dari jauh, kemudian dia menghampiri ku tak lama dia sudah ada di hadapan ku lagi, kemudian dia memeluk ku.

"Aku kangen!"

Much!

Aku malu di sana banyak sekali orang,terlebih di sana ada adik dan kekeknya.

"Aku juga!" sambil menatapnya.

Much ... Much ...

Kami pun berciuman, kemudian Vanesa sedikit mendekat kepada ku.

"Sudah sudah kalian menjijikan!"

Kami pun menghetikannya.

"Yuk sayang!"

"Mau kemana?" Vanesa menghentikan langkah William.

" Kamar ku kita butuh istirah"

"Kamu bisa membuatnya hamil,kalian tidak kelelahan?" Vanesa menarik tangan ku.

"Ide yang bagus, sayang ayo kia buat anak," kata William sambil menarik tangan ku.

"Kalian menjijikan!" Vanesa menarik tangan ku lagi.

"Aku akan mengajak Lillian shoping, dia tidak punya pakaian sama sekali," kata Venesa. William memeluk ku mejauhkannya dari adiknya.

"Nggak boleh, biar aku saja yang menemaninya," kata William.

"Kamu harus rapat dengan ku nak, percayakan tunangan mu kepada adik mu," Kata tuan James. Sambil menarik William dari sisi ku.

Aku masih melihat bibir berucap

"Tunggu aku yaah!" di akhiri senyum manis.

Aku pun membalasnya senyumnya

"Iya" ucap ku dari jarak jauh. 

"Iyuuuh!" Vanesa menatap kami.

"Lily aku bukan tak mau mengajak mu ke kamarku, aku nggak mau Will menyelinap masuk ke kamar ku," Kata Vanesa aku tak mejawab nya.

"Kalau butuh apa apa, Kamar ku di lantai atas"Kata Vanesa.

"Iya terima kasih," jawab ku.

"Jangan lupa jam 4 sore, kita pergi ke mall," sambungnya.

Aku tersenyum mengangguk, Vanesa pun berlalu dari hadapan ku.

kreek ...

Aku masuk ke dalam kamar William, kamarnya tidak di kunci, aku langsung berbaring untuk  beristirahat. Aku lelah sekali aku tak mau mengingat kejadian tadi itu sangat memalukan.

Aku tertidur beberapa jam saat itu.

Zzz...Zzz...Zzz...

Sekejap pandangan ku teralihkan pada foto yang ada di meja.

"Siapa itu, gadis cantik dengan bikin?"

"Bukan kah pacarnya Rosalin!" aku agak kesal. Aku gelisah sambil menatap foto itu.

"Sial dadanya besar sekali!" aku tak bisa membayangkan. Apa yg sering William lakukan dengan perempuan itu.

Vanesa masuk ke kamar itu, dia seperti paham aku terus memandangi foto itu

"Itu Suzan salah satu pacar Will," kata Vanesa.

Dia sudah bersiap-siap sepertinya.

"Salah satu?"

"Upss," kata vanesa lagi, menutup mulutnya.

"Jadi ada berapa pacarnya?"

"Tidak terhitung, di semua tepat dia punya pacar," kata Vanesa lagi.

Sambil menggigit bibirnya, dia seperti berfikir apa dia salah bicara atau tidak.

Seperti di tipu mentah mentah, aku rasanya ingin menendang sesuatu. Pantas saja dia seperti pro, ternyata dalam satu waktu, dia bisa mejalin hubungan dengan beberapa gadis.

Seketika mood ku jadi tak bagus, Vanesa coba menghibur ku, dengan mengalihkan pembicaraan.

"Ayo kak kita shoping, itu akan membuat mu bahagia," katanya lagi. Dengan semangat.

Akhirnya aku mengikuti saja kemana gadis manis itu pergi, aku dan Vanesa sampai di Mall, dia membawa ku ke beberapa toko. Aku memilih beberapa piyama, beberpa T-Shirt, hanya baju sehari2 saja dan satu sepatu sneacers.

Namun Vanesa memaksa ku untuk membeli bebarapa gaun.

"Kak sebentar kak," kata Vanesa.

"kakak nggak beli gaun?"

"Nggak!"

"Seorang gadis itu harus punya gaun," Kata Vanesa sambil menarik ku, masuk ke dalam sebuah toko.

Di sana tampak penjaga toko yang menyambut kami dengan ramah, kemudian Vanesa berjalan ke sana kemari, dan mengambil beberapa  potong pakaian.

"Vanesa sudah cukup!" aku tersenyum kearahnya.

"Ini sudah cukup bagus!"

"Kakak tak akan mencobanya?"

"Tidak perlu, ukuranya sama seperti yang bisa aku pakai," kata ku sambil tersenyum.

Namun seseorang yg sangat membuat ku kesal, terlihat menghampiri ku.

"Terima kasih yaa sudah mengajak tunangan ku shoping," kata William.

Sambil memerintahkan Billy, untuk membawa Vanesa keluar dari toko itu. Aku tak tersenyum sama sekali.

"Kita akan mencobanya!"

Kemudian kami di arahkan ke ruang ganti VIP.

"Silahkan!"

"kalau perlu bantuan, silahkan tekan tombol yg ada di situ tuan nona," katanya lagi. Tersenyum dengan ramah.

"Iya!"

"Sudah cukup," kata William lagi.

Dan penjaga toko itu pun berlalu dari hadapan kami berdua.

Aku masih tak bicara raut wajah ku menyiratkan kekesalan. William mendekati ku dia menatap ku. 

"Apa yang sudah adik ku katakan?" dia sambil mencubit pipi ku dengan kedua tangannya.

"Sakit, nggak lucu!" aku menjauh.

"Sayang aku kangen," katanya seraya memeluk ku,

aku melepaskan pelukannya.

"Kamu kenapa? "

"Aku punya salah sama kamu?"

"Nggak kamu nggak punya salah, aku yang salah, aku fikir aku satu satunya bahkan kau tak menyimpan foto ku," kata ku sewot

"hehehehe,"William tertawa kecil.

"Astaga, tunangan ku cemburu?"

"Aku lupa aku tak ingat, terakhir kali aku tidur di kamar itu" kata William.

"Hah lupa!" aku tak puas dengan jawabannya.

"Sayang aku bingung mejelaskannya," kata William lagi.

"Sayang  aku memiliki beberapa pacar," kata William, aku tidak menduga jawabanya akan sejujur itu.

"Hah!"

"Aku tampan, banyak yg mengejar ku," kata William sambil tersenyum ke arah ku.

"Aku nggak mau berhubungan dengan laki-laki seperti itu," kata ku lagi sedikit mejauhinya.

William mendekati ku, kemudian dia mencium ku,

Much ...

Aku melepaskannya, kemudian dia mencium ku lagi.

Much ...

Aku terhanyut malah membalasnya.

Much ... Much ...

"Hah kenapa aku ini?" Pikir ku.

"Aku tampan kan?" William menatap ku, mata ku hanya berkedip kedip, mulutku tak mampu bicara wajahnya memang sangat tampan,

"Mereka tidak berarti,sekarang aku hanya mencitai mu," kata William. Lagi lagi aku tak bisa menghalau rayuannya.

"Aku akan memutuskan hubungan dengan mereka semua," kata William lagi.

Aku tersenyum mengangguk. kami pun berciuman.

Much ... Much ...

William melemparku ke sofa, seketika dia sudah berada di atas ku, kami berciuman begitu panas. Sepertinya kami akan melakukannya lagi di sini.

Ngung ... Ngung ...

Tiba-tiba ponsel William bergetar, aktifitas kami pun terheti, William beranjak mengangkat telpon itu.

"Iya Kek!"

"Iya baik kek, aku segera kesana," kata William.

Sambil memasukan ponselnya ke dalam saku jasnya, dia menatap ku sebentar. 

"Ada yang akan kami sampaikan kepada mu, kamu bersedia ikut aku ke kantor?"

Aku mengangguk sedikit ketakutan, sepertinya bukan kabar yang bagus.

Aku pun beranjak dari toko itu, semua gaun itu di minta di antar ke kediaman keluarga Jones.

Akhirnya aku tiba di sebuah ruangan, di Sana tampak Tuan James,dengan beberapa koleganya.

William menggenggam tangan ku, hal itu cukup membuat aku merasa nyaman, berada di tempat itu. Aku duduk di sebelah William.

"Saudara saudara ku perkenalkan Lilian Dante, tunangan cucu ku William," kata Tuan James. Meperkenalkan aku, kepada orang-orang di ruangan itu.

"Ini Marta putri Pewaris klen Dunn"

meperkenalkan seorang wanita berbaju merah usianya sekitar 30an bahkan bisa lebih, wanita itu tampak cantik dan anggun.

Wanita cantik bernama Marta itu tersenyum pada aku aku pun membalasnya.

"Dan yang ini Tuan Marcon, Sebastian, Nona Linsay, Tuan Abraham, dan Tuan Corner," Tuan James. Memperkenalkan satu-satu orang yang ada di ruangan itu.

"Lilian kita akan membuka sebuah rahasia tentang keluarga mu, Apa kau bersedia menerima apapun kenyataannya?" Tuan James menatap ku.

Aku hanya mengangguk, tak menjawab.

"Yang selama ini kau anggap ayah mu, bukan ayah mu," katanya. Sambil memberikan sebuah berkas kepada ku.

"Dia mencuri identitas ayah mu, kejadian beberapa hari yang lalu itu juga ulahnya," Tuan James berhenti sejenak.

"Kakek mu sudah mencurigainya sejak lama dia mengumpulkan bukti secara diam-diam, kemudian bukti itu dia berikan kepada ku," Tuan James berhenti sejenak.

"Dan untuk itu dia harus kehilangan nyawanya" kata Tuan James lagi. Menjelaskan dengan panjang lebar.

Aku menangis seketika, aku merasa kehilangan isi dunia, karena di dunia ini aku hanya punya kakek seorang.

William memeluk ku, aku hanya bisa menumpahkan semua kesedihan ku padanya.

"Di sini kita semua akan membantu mu, untuk mendapatkan hak mu atas DNT Corporate. Apa anda bersedia?"....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!