...****************...
wiu ... wiu .... wiu...
Suara Sirine terdengar di sepanjang jalan itu, beberapa mobil polisi parkir di depan kediaman Dante, beberapa orang aparat berseragam polisi mengepung Rumah kediaman itu.
Perintah penangkapan untuk Joshua Dante telah di keluarkan polisi setempat, semua itu berdasarkan bukti bukti yang di kumpulkan Profesor Jacob selama bertahun-tahun.
Waktu itu dia meminta bantuan kepada tuan james untuk melindungi dia dan cucunya, Prof Jacob menyadari kalau Joshua sudah tau kalau dirinya sedang mengumpulkan bukti mengenai asal usulnya.
Joshua menyadari semuanya akan terbongkar, Akhirnya Joshua pun membunuh Prof Jacob, setelah itu dia melakukan percobaan pembunuhan terhadap Lilian.
Suara teriakan terdengar.
"Kalian tau aku siapa aku John Dante," teriak Joshua Dante.
Leo menatap ayahnya getir, dengan susah payah aparat polisi itu menyeret Joshua Dante.
"Lepaskan aku, aku butuh pengacara ku!"
"Kalian semua akan aku tuntut!" Kata Joshua Dante. Sambil berteriak.
Leo agak syok, saat ayahnya di perlakukan seperti penjahat, Ayahnya seorang pria terhormat dalam sekejap, semua kejayaan dan kehormatan itu lenyap semua kebohongannya terungkap.
"Ayah!" Leonardo menatap ayahnya.
"Anak ku, kamu harus melanjutkan," kata Joshua.
"Selesaikan sampai tuntas," kata kata itu semakin membuat Leonardo terpukul.
Salah satu aparat polisi, mencoba memasukan badan Joshua kedalam mobil, Joshua menatap mata anaknya dengan tajam.
Ngung ... Ngung ... Ngung ...
Tiba-tiba ponsel Leo berdengung, hal itu seperti membebaskannya dari intimidasi ayahnya.
Leo segera pergi bergegas dari situ, dia memanggil pengawalnya untuk menemaninya.
Bruk ...
Kemudian Leo masuk ke dalam mobil, Leo tak sanggup lagi melihat keadaan ayahnya, dia memilih pergi.
Vroom!
Whoosh ...
Mobil itu melaju ke suatu tempat dia harus menghadiri rapat dewan direksi untuk menyelesaikan kekacauan ini, di usia yang masih sangat muda dia harus menanggung tanggung jawab sebesar itu
Walau hati kecilnya tau dia tidak layak, dia bukan yang berhak, belum lagi dia harus menghadapi media dengan berbagai berita negatif yang bisa memberikan efek buruk untuk saham perusahaan.
Dia merasa ingin pergi dari semua itu, tekanan itu tak sanggup Leo hadapi, semua terlalu mendadak dan menyakitkan, di tengah perjalanan.
Khit!
Leo meminta supirnya berhenti.
Bruk!
Dia membuka pintu mobil itu kemudian keluar.
Fuuuu ...
Dia berjalan menyusuri jalan, dangan pikiran yang sangat kacau hati yang berantakan.
"Tuan muda," panggil pengawalnya.
"Pergilah sekarang, aku bukan tuan muda lagi!" Leonardo tak menoleh sedikit pun.
Ngung ... ngung ... ngung.
Ponselnya berdengung, kemudian dia membuang jauh ponselnya, dia juga melempar jasnya, kini dia hanya memakai kemeja dan celana dia berjalan terus entah berapa jauh kedepan.
Pengawal dan supirnya, tak mengikutinya seakan paham tuannya sudah berakhir mulai saat ini, pengabdian tidak akan ada gunanya lagi.
Tap ...Tap ...Tap ...
Setelah berjalan cukup jauh, sekitar 7 sampai 8 kilo, Leo tiba disebuah pantai, dia duduk sambil menatap ombak.
Byurr ... Byuur .... Byuur ...
Entah berapa lama dia duduk di situ pikiranya begitu kosong, kemudian dia melepas sepatunya berlahan, dia meninggal sepatunya di atas pasir, kemudian dia melepas jam tanganya disimpan sejajar dengan sepatunya.
Celepak ... Celepak ... Celepak ...
Byuurr ... Byuurr ... Byuurr ...
Dengan tatapan kosong dia berjalan menuju ombak, yang seolah memangilnya dia berjalan belahan menuju lautan, ombak pun menerjang tubuhnya berkali-kali hal itu tak dirasakan lagi dia terus berjalan.
Byuurr ....
Awalnya dia masih tampak setengah badan, sampai akhirnya seluruh tubuhnya lenyap di bawa ombak, dia pasrahkan tubuhnya pada lautan. Dadanya sesak yang dia lihat hanya kegelapan.
Seketika tubuhnya tak merasakan apapun kegelapan semakin dalam dan dalam di kegelapan itu terlihat sebuah cahaya menuntunnya keluar dari kegelapan.
Matanya Silau dengan cahaya itu apa aku sudah mati pikir Leo
Sosok perempuan cantik terlihat memperhatikannya.
"Kamu sudah sadar!" Leo melirik melihat ke seluruh ruangan, gadis itu tersenyum pada Leo.
"Di mana aku?" Leonardo mencoba bangkit.
"Kamu sedang berada di istana ku!" Jawab gadis itu asal bicara.
"Ada apa dengan mu, kamu benar benar merusak pesta ku," kata gadis itu.
Mengingat kejadian tadi malam, dia dan teman temannya sedang pesta di tepi pantai, tetapi tiba tiba terjadi kericuhan, perhatian semua orang tertuju kepada sosok yang berjalan ketengah lautan, tak lama kemudian badannya mengambang beruntung di sana ada penjaga pantai yang siap siaga.
Seseorang yang mencoba bunuh diri itu, bisa di selamatkan oleh penjaga pantai, pesta itu bubar seketika, semua orang mengerumuni tubuh itu, dia di nyatakan selamat hanya tak sadarkan diri karena traumatis, gadis itu memutuskan untuk membawa nya ke kapal pesiarnya.
"Sudah berapa lama aku"
"Sekitar 8 jam!"
Leo menatap gadis yang wajahnya mirip Shailane Woddley di film Devergent itu, dalam dalam nampaknya gadis itu merasa di perhatikan Leo.
Tampa basa basi dia memperkenalkan dirinya.
"Aku Vanesa," kata gadis itu sambil tersenyum manis.
"Nama mu?"
Leonardo terdiam sejenak.
"Sean"
Tiba tiba saja nama itu terlontar begitu saja.
"Hi Sean apa yang terjadi, sampai kau ingin mati?"
Leo tak menghiraukan pertanyaan Vanesa, dia hanya fokus pada tangannya, dia menyadari salah satu tangannya terikat dia coba menariknya dengan kuat.
"Maaf sean aku harus melakukannya, sampai ku pastikan kamu tidak akan mencoba bunuh diri lagi," kata Vanesa.
Leo menatapnya kesal.
"Kau gadis yang suka ikut campur rupanya," kata leo sedikit kesal.
"Setidaknya ucapkan terimakasih, Karena aku sudah merawat mu," kata Vanessa dengan sabar.
"Tuhan mengirim mu pada ku bukan tanpa alasan, ini takdir," kata Vanesa lagi sambil tersenyum.
Vanesa menatap wajah Leonardo, yang dikenalnya sebagai Sean, wajah Leonardo sangat tampan mirip dengan Timoty Chalamet.
"Sean pikirkan apa yang tadi aku ucapkan" Kata Vanesa sambil beranjak dari tempat itu.
"Tolong lepaskan aku," kata Leonardo bersuara agak keras.
Vanesa berbalik.
"Aku tak mau ambil resiko," katanya.
"Bukan begitu aku perlu ke kamar kecil" Vanessa terkejut.
"Sebentar!" Kemudian Vanesa membuka borgol itu.
"Kamar mandinya di sana," katanya sambil menujukan arahnya.
Leonardo tersenyum menunjukan sikap ramah "Terimakasih," kata Leonardo segera bergegas ke kamar mandi.
...----------------...
Ke esoakan harinya, Leo sudah tampak sehat secara emosional dia sudah bisa bercanda dengan para kru yang bekerja di kapal bahkan dia membantu beberapa pekerjaan di situ.
Vanesa memperhatikan gerak gerik Leo, dari jauh dia sangat tampan apa yang membuatnya berfikir mengakhiri hidupnya pikirnya
Kemudian Vanesa mendekat ke arah Leo.
"Sean bagai mana keadaan mu?"
Sekarang berada cukup dekat denga Leo.
"Baik," jawab Leo tersenyum
"Oh syukur lah!" Vanesa membalas senyum Leo.
"Hari ini aku akan bepergian kamu bisa menemaniku Sean?"
Leonardo terdiam di liriknya para kru, dan para kru itu memberikan isyarat dengan mengangguk.
"Baik nona," jawabnya kemudian,Vanessa lega mendengar jawaban Leo.
"20 menit lagi kita berangkat," kata Vanesa. Sambil berlalu di iringi senyum Leonardo.
Para kru menggodanya "Sepertinya nona menyukai mu," Kata salah satu kru. Menggoda Leonardo.
"Jangan mengada ngada," kata Leo.
"Tadi kau melihat matanya, pupil matanya membesar ketika bicara dengan mu." Di ikuti ledekan teman kru lainnya.
"Itu lah keuntungan jadi pria tampan," katanya, di ikuti tawa teman-temanya yang lain.
Leonardo hanya menggeleng, baginya di sukai seorang gadis bukan hal yang luar biasa.
...----------------...
Tak terasa 20 menit pun berlalu, Vanessa sudah siap begitupun Leonardo, kemudian Venessa memberikan kunci mobil kepada Leonardo.
"Bisa nyetirkan?" Vanessa tersenyum.
Bruk ...
Kemudian membuka pintu mobil itu.
Vroom! Vroom!
Whooosh ...
Dan mereka pun melaju menjauh dari tempat itu, di sepanjang perjalanan Vanesa memperhatikan Leonardo, beberapa kali Leo menangkap basah Vanesa sedang menatapnya.
"Bisa mengunakan senjata?, bisa tinju atau bela diri?" Leonardo tersenyum.
"Bisa nona," jawabnya singkat.
"Berapa usia mu?"
"19 tahun beberapa bulan lagi 20 tahun,"jawab Leo kali ini jujur.
Venessa memandangnya lagi, dengan seksama.
"Ada apa nona?"
" Ah tidak, melihat tampang mu aku berpikir kamu orag kaya," kata Vanesa.
Leonardo heran dan bingung.
"Apa ada standar khusus orang itu terlihat kaya dan miskin," Leonardo balik bertanya kenapa Vanessa.
"Bukan begitu, hanya saja aku seperti pernah melihat mu, di media atau majalah apa kamu seorang aktor?"
Leo tersenyum.
"Aku orang biasa nona!"
"Ah syukurlah, apa kamu mau bekerja untuk ku?"
Leonardo terkejut mendengar tawaran dari Vanesa.
"Nona tidak mengenal ku, bagaimana langsung menawarkan ku pekerjaan?" Leonardo tampak sangat penasaran.
"Kan sudah ku bilang, pertemuan kita takdir," kata Vanessa.
Leonardo tersenyum.
"Usia ku 17 tahun, aku tau kamu ingin tau kan," kata Vanessa lagi.
Leonardo tertawa kecil.
"hehehe"
"Kalau seandainya kamu kemarin mati, kamu tidak akan tertawa seperti ini sean," Kata Vanesa
Leonardo tertawa lagi.
"hehehehe, sekarang kemana tujuan kita nona?"
"Club!" Katanya singkat.
Leonardo menatapnya agak kaget.
"Aku sudah 17 tahun!" Leonardo tersenyum kecil.
"Bagaimana dengan orang tua mu nona apa akan mengijinkan,"tanya Leonardo
"Aku tak punya orang tua sean!"
"Bagaimana dengan mu sean punya orang tua?" Leonardo termenung.
"Tidak aku tidak punya keluarga!"
Vanessa melihat kesedihan mendalam dari raut wajahnya.
"Hey tak perlu sedih, ada bagusnya kita tak punya orang tua, kita tak perlu minta izin untuk semua hal," kata Vanessa sambil tersenyum.
"Bagai mana dengan saudara?"
"Aku punya kakak!,tapi dia sibuk dengan pacarnya," kata Vanessa.
"Bagaimana dengan mu punya saudara?"
"Aku punya kakak perempuan, hubungan kita sedang tidak baik!"
Vanessa melihat Leo lagi.
"Sean, berhenti di sana," katanya.
Sambil menujukan ke sebuah tempat parkir, di sana berderet beberapa club terkenal.
"Pakaian mu kurang oke," kata Vanessa memperhatikan Leo,
Leonardo tersenyum.
"Di belakang ada beberapa pakaian kakak ku,kau ambil yang menurut mu cocok," kata Vanesa.
Memerintahkan Leo untuk bergati pakaian.
Leonardo pun mengikuti perintah Vanesa, dia pindah ke bangku belakang, untuk berganti pakaian awalnya Vanessa cuek saja, tapi sekilas matanya menatap ke kaca spion di mobil itu .
"Badannya bagus sekali," Katanya pelan.
Leonardo tersenyum menghadap kaca Spion seketika Vanessa salah tingkah.
"Bagai mana?"
Vanessa berdehem
Hmmm ...
"Cocok sekali dengan mu!"
Bruk ...
Seraya keluar dari mobil, di ikuti Leonardo kemudian.
Tap ... Tap ... Tap ...
Mereka masuk ke dalam sebuah club, gadis cantik itu menarik tangan Leonardo dan mengajaknya untuk berdansa menikmati music yang DJ putar.
Di tempat itu untuk sememtara hati Leonardo merasa riang, dia bisa tertawa bersama Vanesa,
"Iya ini hidup ku yang baru, aku akan hidup sebagai Sean," katanya sambil tersenyum ke arah Vanesa.
Mereka berdua menikmati malam itu dengan gembira, persahabatan mereka terjalin dengan cukup indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments