Terhalang Restu

...****************...

Hari ini Meraka berdua mulai mengemasi barang barang di apartemen, mereka berencana pindah ke apartemen yang lebih kecil.

"Bagaimana ini barang-barang ku terlalu banyak?"

Leonardo terdiam sejenak.

"Kita jual saja lewat online," Sahutnya.

"Uangnya bisa kita pakai untuk keperluan lain," kata Vanesa menanggapi.

Leonardo tersenyum, Sambil memindahkan beberapa barang.

"Kenapa kita harus pindah?"

"Apartemen ini terlalu mewah, tapi kalau kau keberatan ikut dengan ku, semua belum terlambat," kata Leonardo, menatap Vanesa.

"Tidak aku sudah putuskan ikut dengan mu, lagi pula akan lebih mudah untuk membersihkannya," sahut Vanesa. Sambil memeluk Leonardo.

"Kita mulai pisahkan, Barang yang bisa kita bawa," Katanya. Sambil menarik tangan Vanesa.

"Aku akan memotret barang yang mau di jual dan memasukannya ke dalam website," Kata Leo lagi.

Vanessa tampak bingung memilih, setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya mereka bisa menentukan mana barang yang harus di jual.

Dalam waktu kurang dari 1 Minggu barang milik Vanessa laku terjual di Website.

Pulang dari kampus Vanessa mengajak temannya Anna, untuk menemaninya ke Cafe tempat Leo bekerja.

"Kau bisa menemani ku hari ini Ann?"

Anna tampak berfikir sejenak.

"Oke," kata Anna sambil tersenyum.

Kemudian Vanessa menghujani Anna dengan pelukan.

"Kau memang teman terbaik ku!"

"Tapi aku tak mau membayar Coffee ku," Kata Anna. Sambil mendelik ke arah Vanesa.

"Baik lah!"

"Ah, senangnya punya teman orang kaya," Sahut Anna. Lilian hanya menggeleng.

Kemudian mereka berjalan bersama menuju Cafe yang tak jauh dari kampus.

Kriiiingg ...

Vanesa membuka pintu Cafe itu, di sana tampak Leonardo yang sedang bekerja, Vanesa melambai kan tangannya ke arah Leonardo.

Kemudian Vanesa duduk, bersama dengan Anna temannya, Vanesa mengambil duduk di sudut yang bisa di lihat Leonardo.

"Pacar mu datang!"

Di ujung sana tampak Vanessa sedang memesan sesuatu. Tak lama kertas pesanan Vanesa tiba Meja Barista.

"Dua pesanan coffee late, untuk pacar mu dan temannya yang cantik," kata Steve menggoda Leonardo lagi.

"Cepat lah pacaran, supaya kau tak mengganggu terus," sahut Leo. Sambil membuat 2 gelas Coffee pesanan Vanesa.

Kemudian Leo menyimpan 2 gelas Coffee itu di meja untuk di antar.

"Aku hanya menginginkan mu," kata Steve. Sambil berlalu membawa 2 gelas Coffee.

Leo hanya tersenyum mendengar perkataan Steve, sambil memperhatikan dari jauh.

Tak lama Steven tiba di meja Vanesa dan Anna.

"Ini pesanan untuk nona Vanesa  dan untuk temannya yang cantik, " Kata Steve. Sambil melirik ke arah Anna.

"Anna!"

"Iya untuk Nona Anna," sahut Steve sambil tersenyum.

"Hii Steven," Sapa Vanesa. 

Steven tersenyum membalas sapaan Vanesa.

"Boleh aku minta nomer telpon mu?"

"Eh ... boleh tapi aku sedang bekerja," Jawab Steven. Agak serba salah.

karena peraturan di sana tidak boleh memberikan nomer telpon kepada konsumen.Tak lama kemudian Steve beranjak dari tempat itu.

Anna tampak kecewa.

"Nanti aku akan memberi tau mu," celetuk Vanesa. membatu menyelesaikan masalah Anna.

"Kau tau nomernya?" Vanesa tersenyum

"Tau begitu aku tak harus langsung bertanya kepadanya, memalukan," Kata Anna.

"Kamu tidak bertanya, dan sejak kapan kau mulai tertarik pada Steven?"

"Sejak pertama kali kita kesini!"

"Ha ... pantas saja kau tak pernah menolak ajakan ku," sahut Vanesa.

"Masa kamu nggak tau?"

"Untuk apa aku sering menemanimu, hanya untuk melihat mu bertemu dan melihat mu bermesraan dengan pacar mu," kata Anna.

Vanessa tertawa kecil "hehehehe"

"Oh, aku tak menduganya"

"Karena kau begitu fokus pada pacar mu!" Mereka tertawa bersama.

"Aku minta nomer Steven," Kata Anna kemudian.

"Ok," Sahut Vanesa.seraya mengirimkan pesan kepada Anna.

"Terimakasih Vanesa sayang," Kata Anna. Sambil menikmati Coffee yang ada di atas meja.

Srup ... Srup ... Srup ....

"Kapan kau akan pindah?"

"Mungkin Minggu depan!"

"Kau perlu bantuan?"

"Mungkin aku akan butuh bantuan mu dan Steven!" Vanesa tersenyum ke arah Anna.

"Baik lah, nanti telpon saja aku," sahut Anna. Balas mesem.

Waktu berlalu, waktu sudah menujukan pukul 5 sore.

"kalau begitu aku pulang dulu pacar mu akan segera selasai bekerja"

"Kenapa harus buru buru?"

"Melihat kalian bermesraan membuat ku agak mual," kata Anna. Sambil berlalu.

Vanesa hanya tersenyum, melihat Anna yang berlalu dari hadapan nya.

Jam kerja Leo sudah berakhir, dia bisa segera menemui Vanesa.

"Di mana Anna?"

"Dia pulang dia nggak mau melihat kita bermesraan itu membuatnya mual," kata Vanesa.

Leo tersenyum.

"Seperti ini!" sambil mencium Vanesa.

"Jangan lakukan ini di tempat kerja!" Vanesa, mencubit lengan Leo di situ tampak Steven.

"Anggap aku tak melihatnya," Kata Steven.Yang berada persis di belakang mereka.

"Sejak kapan kau ada di situ?"

"Yaa, cukup lama, ponsel mu," kata Steven, seraya memberikan ponsel itu kapada Leo.

"Aku berhutang padamu," kata Leo agak berteriak, Steven sudah agak menjauh.

"Ya kau selalu begitu," Balas Steven, sambil melambai kan tangan.

"Bagaimana, apa rencana mu hari ini?"

"Aku mau pulang, aku lelah, aku mau beristirahat di kamar," Kata Vanesa.

"Kalau ada aku, Yakin bisa beristirahat?" Vanesa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Baik lah, aku sudah tak sabar beristirahat di tempat tidur," Kata Leonardo.Menggoda Vanesa.

Kemudian mereka berajak dari tempat itu sambil bergandengan tangan.

...----------------...

Leonardo dan Vanessa sedang asik ngobrol sambil tiduran.

"Sayang, apa kau tak berencana untuk pulang?"

"Aku sedang memikirkannya"

"Ibu mu dan kakak mu pasti kuatir," Kata Vanesa lagi.

Vanessa memang tau Leonardo adalah seorang Dante, tapi dia tidak tau kalau Kakak yang di maksud adalah Lillian tunangan kakaknya.

"Ngomong ngomong seperti apa kakak perempuan mu?" Tanya Vanesa.

"Dia itu ..." sebelum selesai bicara.

Braak!

Tiba tiba pintu kamar mereka di dobrak, beberapa orang pria berdiri di situ, mata Vanesa tertuju ke arah William.

"Kakak!" Vanesa kaget

"Ada apa ini?" Tanya Leonardo heran, apa mungkin Vanesa pacarnya William, Leo sempat berfikir begitu, saking seringnya dia selingkuh dengan pacarnya William.

"Menyingkir dari adik ku brengsek," kata William.

Leonardo sedikit Lega sekaligus Kaget.

"Hah, Adik!"

Kemudian William menarik Kerah baju Leo.

Gedebuk ...

Kemudian mendorong Leo ke lantai, William mengangkat Senjatanya dan membidik ke arah kepala Leo.

Vanessa panik kemudian berteriak.

"Apa yang akan kau lakukan padanya?"

Tangan William bergetar, dia tak terima adiknya di gagahi Leonardo,

"Apa belum puas kau bercinta dengan wanita wanita ku?"

"Adik ku masih 17 tahun," kata William 

Buk!

Tinju William mendarat di wajah Leonardo. Leonardo  tidak merasa takut sama sekali.

"Aku benar benar mencitai Vanesa, aku serius berpacaran dengannya," kata Leonardo.

Membuat emosi William memuncak pistol itu semakin dekat di kepala Leonardo.

"Jangan!"

Tubuhnya menghalangi bidikan William, sambil memohon ampun kepada kakaknya Vanessa terus menangis histeris.

"Kau menangisi si berengsek ini, kau tidur dengan laki-laki bajingan ini?" William berteriak ke arah Vanesa.

Vanesa tak menjawab, dia hanya tetep berada di dekat Leonardo.

William memerintahkan Billy untuk mengamankan Vanessa yang lengket memeluk Leonardo, Dengan susah payah, Billy menarik Tubuh Vanesa.

"Tidak Billy lepaskan aku!"

"Kumohon jangan sakiti Leo," Suara itu terdengar samar samar.

William memberiakan pistolnya kepada pengawalnya.

"Kalau bukan karena Lilian, aku sudah membunuh mu"

Buk ... Bak ... Buk ...

Sambil meninju wajah Leonardo, beberapa kali.

Cratt...

Cipratan darah keluar dari hidung Leo.

Leonardo menatap balik ke arah William.

"Kau pikir dia akan memaafkan mu, karena melakukan ini kepada ku," jawab Leonardo.

Sedikit membuat William tersentak.

"Diam kau brengsek!, ini bukan soal dia, ini soal adik ku!" 

Dhuak!

Kemudian William memukul Leonardo lagi di bagian perut.

Bak ... buk ... Bak ...

Leonardo pun tak luput dari tendangan William Badan Leonardo ambruk.

Crack ...

Terdengar suara retakan ada sesuatu yang patah

William menginjak Tangan Leo.

Buk ... buk ... buk ...

Kemudian menendangnya lagi, dia lakukan itu berkali kali sampai Leonardo benar benar  terkapar.

Setelah puas menghajar Leonardo, kemudian William memerintahkan seseorang  pengawalnya untuk membawa Leo dari tempat itu.

"Bawa bedebah ini!" para pengawal itu menyeret Leonardo dari tempat itu.

"Pastikan bedebah itu tak bisa melarikan diri" Kata William kepada salah satu pengawal

"Baik tuan!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!