...****************...
Setelah enam bulan semenjak Joshua Dante ditangkap, keluarga Besar Dante mengadakan Rapat Dewan direksi, yang di hadari Lilian, Sarah ibunya Leo, Doroty Dante sepupunya Lilian, Tuan Andre, Tuan Lucas, Madam Anna.
Di sana juga nampak William dan Kakeknya Tuan James.
"Sungguh sangat tidak bisa di maafkan rapat internal keluarga kita, di hadari Jones sungguh menjijikan," kata Madam Anna.
"Kalau kau menikah dengan Jones kau bukan Dante lagi bukan," kata Doroty menambahkan.
"Aku belum menikah aku Masih Seorang Dante"
"Untuk apa mereka di sini?" Tuan Lucas tak kalah keras.
"Untuk melindungi ku dari kalian," kata Lillian sambil menatap wajah kerabatnya satu persatu.
"Siapa yang akan menjamin, kalian tidak akan membunuh ku," kata Lilian. Begitu menohok sampai mereka tak berani bicara lagi.
"Sekarang kita langsung saja menetukan siapa yang akan memimpin perusahan" kata Sarah. Perhatian seisi ruangan tiba-tiba tertuju padanya.
"Kriminal seperti mu tak berhak bicara," Kata tuan lucas.
"Kamu dan Joshua, mencoreng nama besar Dante, kriminal yang menjijikan hendak menjadikan anaknya sebagai pewaris bener-benar betina licik," Kata tuan Lucas lagi tiba-tiba.
Susana jadi menegangkan di ruangan itu.
"Kita semua tau Lilian yang berhak mewarisi DNT corporate, dia anak satu-satunya dari Johnatan" kata Sarah sembil menatap ke arah Lilian.
"Dia akan menikah dengan Jones bagaimana mungkin kita menyerahkan aset keluarga Dante kepada nyonya Jones," Doroty bersikeras.
"Pewaris harus laki-laki agar garis keturunan kita tidak putus," kata Jerry.
"kalau begitu kita putuskan melalu voting saja," kata Isabella.
"Bagaimana bisa kalian merebut sesuatu yang sudah jelas pemiliknya," kata Tuan James semua mata tertuju kepadanya.
"Jangan ikut campur," kata tuan Lucas.
"Aku berbicara atas nama menantu ku, tuan Lucas, kami akan selesaikan lewat jalur hukum jadi voting tidak di perlukan perusahan ini adalah hak menantuku"
Katanya seraya mengajak, Lilian dan William pergi dari rapat dewan itu.
Lilian tersenyum kearah Tuan James.
"Terimakasih sudah membela ku tuan" kata Lillian sambil berkaca-kaca.
Dia seperti mendapat pengganti kakeknya.
"Panggil aku kakek" Kata tuan James
Lilian menatap William kemudian mereka saling melempar senyum, tak jauh dari situ Sarah mengejar Lillian
"Lily putri ku!" Sarah memeluk Lilian.
Lillian membalas pelukannya, bagaimanapun Sarah sudah seperti ibunya.
"Bagaimana kabar mu nak? Lilian menangis.
"aku turut berduka untuk Prof Jacob," Kata Sarah.
"Iya bu tidak perlu kuatir, sekarang ada Kakek dan William yang menjaga ku"
Tuan James tersenyum lebar.
"Maaf kan ibu yang tak pernah bisa melindungi mu, aku terlalu melindungi putra ku," Sarah menunduk.
"Tolong selamatkan Leo,dia masih hidup aku tau dia pernah menghubungi ku," kata sarah lagi.
"Kapan?" Lilian antusias.
Kemudian Sarah memberikan nomer yang di gunakan Leo untuk menghubunginya.
"Will!" Lilian memberikan nomer itu, mata William melirik kearah Billy, dengan sigap Billy menghampiri Bosnya.
"Tolong lacak keberadaan Leonardo, kalau sudah pasti lokasinya kabari aku," kata William.
"Baik tuan muda!"
...----------------...
Leo melamun sejenak beberapa hari yang lalu, dia menelpon ibunya, apa itu tindakkan yang benar, bagaimana kalau tindakannya itu bisa membahayakan Vanesa.
Di sebrang sana Vanessa tersenyum sambil membawa 2 buah es cream rambut bob nya sedikit berantakan tertiup angin mata coklatnya menatap ke arah Leo.
Tap ...Tap ...Tap ...
Langkah kecil itu berlahan mulai mendekat tak lama kemudian dia sudah berada di hadapan Leo.
"Es cream coklat untuk pria yang paling tampan!"
Leo tersenyum gemas meilihat kelakuan gadis itu.
"Nona cantik sekali hari ini!"
"Hah ... kau masih memanggil ku nona setelah mencium ku dan kita tidur besama," Kata Vanessa.
Uhuk ... Uhuk ...
Leo tersedak kemudian dia sedikit mengerutkan dahinya.
"Soal tidur bersama, itu tidak bisa di katakan tidur bersama," Kata Leo.
Sambil menikmati es creamnya.
"Kalau begitu lakukan seperti versi tidur besama mu Sean"
Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...
Kali ini Leo benar benar tersedak.
"Hmm ... nona"
"Panggil aku Vanessa," sahut Vanessa lagi
"Sayang!"
Vanessa tersenyum mendengar sebutan itu.
"Itu lebih bagus," kata Vanesa.
"Ayo katakan lagi!" menatap Wajah Leo.
"Iya Sayang," kata Leo sambil tersenyum.
Senyuman pun terukir di wajah mereka berdua. Es cream itu rasanya jadi lebih nikmat, ketika perasaan sedang berbunga bunga begini.
"Sean kamu pernah melakukan hubungan itu dengan pacar mu sebelumnya?"
Leo kaget mendengar pertanyaan Vanesa, hal itu tak perlu di tanyakan harsunya Vanesa sudah mengerti.
"Apa itu penting?
Vanessa terdiam malu.
"kamu nggak nanya aku" tanya Vanessa
Fuuuu...
Leonardo merasa lega...
"Nggak perlu aku sudah tau!" Mata Vanessa membelalak ke arah Leo.
"Sejelas itu"
"Iya ciuman mu payah," kata Leo tersenyum.
"Sangat payah!"
"Aku perlu rekan untuk mengajari ku," kata Vanesa.
Membuat Leo terdiam dan menatapnya agak kesal.
"Hey, tak perlu seperti itu, kamu payah aku tetap mencintai mu," kata Leo.
"Hah, kamu baru menyatakan cinta kepada ku," kata Vanesa girang.
"Apa harus ku katakan apa tidak terlihat jelas?"
"Tidak!"
"Jadi menurut mu aku seperti apa?"
"Kamu penurut karena aku membayar gaji mu" kata Vanessa menutup mulutnya takut salah bicara.
Leo menatapnya tajam.
"Aku mencintai mu," kata Leo sambil menatap tajam namun Vanesa tampak tak bereaksi.
"Aku mencintai mu," kali ini Leo berteriak dengan suara keras.
"Hey tak seperti itu," Kata Vanessa sambil menutup wajahnya.
"Kamu norak!" Vanesa mengajak leo pergi dari situ.
"Hari ini cukup mainnya,ayo kita pulang,"kata Leo sambil jongkok kemudian Vanessa naik kepunggungnya.
"Aku berat nggak?"
"Nggak!"
"Sean, aku senang sekali bisa bertemu dengan mu," kata vanessa.
"Aku juga, aku bersyukur mengenal mu," sahut Leo.
"karena aku menggaji mu mahal kan?" Vanesa menggoda Leo.
"Ya itu salah satunya!" dan mereka pun tertawa bersama larut dalam kegembiraan.
"Ada yang aku ingin sampaikan sayang," kata Leo kali ini nadanya serius.
"Iya Sean"
"Aku akan bekerja jadi barista," kata Leo pelan. Sedikit berhenti menghetikan langkahnya.
"Kenapa harus kerja jadi barista apa gaji dari ku kurang besar?" Vanessa agak sedih.
"Sayang aku laki-laki, aku ingin mencium mu dengan bebas, menyetuh mu tanpa segan, tanpa harus menunggu perintah dari bos ku dulu kalau ingin naik ketempat tidur," kata Leonardo.
"Itu alasan mu nakal sekali!" Vanesa turun dari punggung Leo.
"Aku ingin di pandang sebagai pacar yg nggak numpang hidup," kata Leo sambil membelai Rambut Vanesa.
"Nanti kita pindah ke apartemen yang lebih kecil,aku yang bayar sewanya," kata Leo Vanessa tersenyum.
"Jadi kita pacaran?" wajah mereka medekat.
Much...
kemudian bibir mereka saling bertemu, mata mereka tertutup menghayati ciuman manis itu ,Ciuman itu sudah menjelaskan hubungan mereka.
Foto kemesraan mereka sampai di tangan kakaknya William, William agak emosi melihat poto-poto itu "Bajingan dia mendekati adik ku," Kata William. Sambil membanting foto-foto itu.
"Siapkan penerbangan untuk ku malam ini, biar kuhabisi sendiri bajingan itu!"
...----------------...
Malam ini sangat dingin Leo mendatangi Vanessa ke kamarnya.
Kreek ...
"Sayang!" Vanesa kaget melihat Leo masuk ke kamarnya.
"Malam ini aku tidur di sini yah?" Vanessa mengangguk, kemudian melajutkan tidurnya.
Segera Leo naik ke tempat tidur, kemudian dia masuk ke dalam selimut.
Vanessa tampak menggunakan tengtop dan celana pendek kemudian Leo memeluk Vanesa dan mendekapnya, Vanessa tampak tak terganggu dadanya menempel di dada Leo.
"Dingin" kata Vanesa setengah tertidur, tonjolan keras dan hangat terasa menempel di selangkangan Vanesa, dia merasa itu sangat enak dan kemudian Vanessa sengaja menekan tubuhnya ke tonjolan itu.
Srek ... Srek ... Srek ...
Ahhh ... Ahhh ...
Merak berdua medesah Sambil mendekap dengan kuat kaki mereka saling mencengkram kuat, kepunyaan Leo semakin tegang saja.
Dia ingin segera merasakan manisnya kesucian Vanesa ia sudah tampak tak tahan lagi menahan gairahnya.
Much ...
Diciumnya bibir Vanessa sedikit menghisapnya dengan birahi yg sudah memuncak tangannya mulai meraba dada Vanessa, Vanessa sedikit terbangun
"Sayaaang!"
Ahhhhh ...
Desahnya manja, Kemudian Leo menjilat telinganya mencium lehernya dengan lembut, Vanesa tampak terangsang.
"Sayang!" Kata Vanessa lagi sambil memeluk tubuh Leo.
Kemudian Leonardo mengangkat kedua tangangan Vanesa ke atas, Vanesa mebiarkannya seakan memberikan izin kepada Leo untuk melakukan apapun kepadanya,
Leo menarik tengtopnya ke atas. Tubuh indahnya terlihat Lillian mendekap Leonardo, sedikit malu, berlahan Leo menciumi dada Vanessa menghisap puting yang tampak pink merona.
Ahhhhhhh ...
Vanessa mulai menggeliat, matanya melek, bibirnya sedikit terbuka, kemudian tangan Leo mulai masuk ke dalam celana pendek Vanessa. Leo mulai memain mainkan jarinya.
Ahhhhhhh ....
Vanessa mulai merasakan gairah yang luar biasa matanya menatap Leo Sambil menggit bibirnya cairan mulai membasahi jari jari Leo.
Leo mulai tak tahan, berlahan dia menarik celana pendek Vanessa kemudian Leo juga membuka baju dan celananya.
Berlahan Leo merangkak sambil menciumi tubuh dari mulai menjilat sesuatu yang berharga.
Ahhhhhhh ...
Vanessa tampak menikmati.
Leo terus menjilati bagian itu agar Vanesa terangsang, setelah berasa sangat basah kemudian Lidahnya naik ke pusar perut dan dada di dilihat dan di hisapnya puting berwarna pink itu, berlahan dan mulai kencang, lagi-lagi tubuh Vanessa mengeliat.
"Ahhhhh sayang!"
Much ....
Kemudian bibir mereka bertemu ciuman penuh birahi itu berlangsung dengan saling mejilat dan mengulum tangan Leo memainkan puting Vanessa sampai mengeras.
Srek ... Srek ... Srek ...
kepunyaan mereka saling bergesekan, gairah mereka semakin memuncak.
"Sean!" Jari Vanesa meraba kepunyaan Leo. Tanpa isyarat apapun Leo.
Jleb ...
"Aw ... " Lilian berteriak.
Jleb ... Jleb ... Jleb ...
Ukh...Ouch...Ahhhh
Rintih Vanesa.
Arghh ... Arghh ... gerang Leo berhasil menembus cincin kesucian Vanesa.
"Akhh....akhhhh"
Vanessa memeluk Leo dengan dekapan yang kencang.
Ceplak .... Ceplak ... Ceplak ...
Leo masih melakukan gerakan itu dengan semangat dan semakin kencang mereka mulai berguling ke kiri dan kekanan.
kemudian Leo mengerang urat lehernya semakin jelas tekanan itu semakin kuat.
"Tahan sedikit lagi sayang," kata Leo pelan.
Set ...
Arghhhhhh.
Srett ... Bleerr ...
Segenap gairah membasahi Cincin kesucian Vanesa.
"Haaah ..."
Leo langsung ambruk ke tempat tidur kemudian tangannya memeluk Vanesa yang tampak lemas juga.
Mereka tersenyum dan saling berpelukan, mereka begitu mesra sentuhan mereka penuh cinta.
"Aku cinta kamu," kata Vanesa.
Leo membalasnya.
Cup ...
Dengan kecupan di keningnya.
"Ada yang ingin aku sampaikan" kata Leo serius.
Vanessa menatapnya dengan serius.
"Aku sebenarnya," kata Leo pelan.
Dia berusaha dengan keras, untuk mengakui kalau dirinya adalah Leonardo Dante, bukan Sean namun mulutnya susah sekali berucap.
"Sayang sebetulnya aku ..."
Vanessa memeluknya.
"kalau mengatakannya membuat mu tak nyaman, aku tak keberatan kalau ada rahasia yang tak bisa kamu bicarakan pada ku," kata Vanesa.
Mendengar hal itu Leo semakin ingin jujur.
"Aku ingin mengatakan bahwa aku adalah seorang Dante!"
Vanessa terperanjat, Leo menarik tangan Vanessa dan memeluknya dengan erat.
"Nama ku Leonardo Dante, ayah ku adalah seorang penjahat," kata Leo lagi sambil menangis.
Vanessa kemudian mengelus kepalanya lembut.
"Itu sebabnya kamu ingin bunuh diri waktu itu?" Leo terdiam.
"Aku kaget sebetulnya aku pembenci Dante, tapi entah kenapa aku tak bisa membenci mu," Kata Vanessa.
Leonardo mulai tenang mendengar perkataan Vanesa.
"Terimakasih!"
cup...
kata Leo mencium kening Vanessa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments