Mari Berpisah

Keduanya saling bertatap mata tajam dan ..

Cup

Radika mendekat dan menarik ceruk leher bagian belakang milik Renata lalu menyatukan bibir mereka. Hening. Hanya suara sesapan dan cecapan yang terdengar memenuhi ruangan itu.

Radika sedikit merasa aneh saat Renata membalas ciumannya.

Ada apa ini? Mengapa dia membalas ciumanku? Apa ada sesuatu yang membuatnya berubah seperti ini?

Hoh hah..

Renata menyudahi ciuman dahsyat itu saat pasokan udara dalam rongga paru parunya mulai menipis.

Renata memang sengaja menerima apa yang dilakukan Radika kepadanya. Ia berfikir mungkin ini adalah ciuman terakhirnya.

"Kau sangat bernafsu sekali" ucap Radika

"Mari kita berpisah"

Deg

"Berani sekali kau menantangku! Kau pikir kau bisa hidup tanpa uangku?"

"Selama aku masih bisa bernafas, Tuhan pasti akan memberiku jalan"

"Baiklah, ku beri kau waktu 2 minggu untuk pergi dari mansionku. Aku akan lihat bagaimana menderitanya kau di liar sana tanpa uangku"

Renata membalikkan badan.

"Mau apa kau?"

"Mengemasi barangku"

"Kau tak membawa apapun saat keaini. Jadi pergilah tanpa membawa apapun dari sini"

Renata terdiam.

"Kenapa? Kau bingung akan bagaimana diluar sana? Haha.. Bahkan semua pakaian yang kau kenakan juga di beli dengan uangku bukan?"

"Ya, semua yang ada padaku semua milikmu. Dan akan aku kembalikan padamu" sahut Renata sembari membuka kancing bajunya.

Melihat hal itu, Radika merasa benci karena sedikitpun istrinya tak takut dengan ancamannya. Ia benci karena Renata tetap memilih pergi dari mansion ini.

Saat kancing baju terakhir hampir terbuka, Radika pun menghentikannya. Pikirannya masih waras, sebenci apapun, ia tak mungkin membiarkan Renata pergi dalam keadaan telanjang.

"Pergi kau!"

Sebisa mungkin Renata menahan air matanya agar tak terjatuh di depan suaminya.

"Daaar bodoh! Kenapa masih disini? Cepat pergi!"

"PERGI!!"

Renata mengancingkan kembali bajunya lalu beranjak keluar.

"Nona" panggil wanita yang masih menggendong bocah kecil.

"Nany.. Ada apa?"

"Nona mau kemana? Sebentar lagi hari akan semakin petang"

"Saya harus pergi"

"Tapi Nona.."

"Aku titip Moana ya. Jaga dia baik baik. Jika ada waktu, Aku akan datang menjenguknya"

Sang pengasuh mengangguk dan menitikan air mata. Meski tak begitu dekat dengan Renata, tapi ia sangat tau perjuangan wanita yang menjadi majikannya itu.

Perjuangan saat merawat baby Moana. Perjuangan saat membantu para pelayan mansion. Perjuangan saat ia setiap hari harus menyiapkan semua kebutuhan suaminya, mulai dari makanan, baju, kebutuhan pribadi dan masih banyak lainnya yang bahkan sang suami pun tak pernah tau akan hal itu.

Bohong jika seluruh penghuni mansion tak mengetahui kekejaman Radika terhadap Renata. Semua mengetahuinya, namun satupun tak ada yang berani mengadu pada nyonya besar.

Jika ada yang berani mengadu, maka ancaman Radika tak main main pada mereka semua. Radika bisa saja menghabisi mereka dan keluarga mereka. Yang akhirnya membuat mereka hanya bisa diam dan diam.

Setelah mencium wajah imut Moana, Renata pun pergi seorang diri. Dengan berjalan kaki, ia telusuri gelapnya malam. Tak tahu harus kemana lagi langkah kaki akan berpijak.

Senarnya bisa saja ia mendatangi Tania dan Manajer Han. Tapi rasanya tidak mungkin, karena saat keduanya pernah menyuruhnya untuk meninggalkan Radika, ia terus bersikokoh untuk tetap bertahan dan menerima Radika sebagai suaminya.

Tapi saat ia memutuskan untuk bertahan, ternyata kenyataan berkata lain. Lagi lagi siksaan di dapatnya. Hati yang semola kokoh kini tergoyah untuk mengakhiri semuanya.

Sakit?

Jelas. Wanita mana yang tak sakit hati saat habis manis sepah dibuang. Begitulah kiranya perumpamaan untuk Renata.

"aww" rintih Renata kala ia merasakan sakit di bagian perutnya.

Ia meremas perut yang semakin lama dirasa semakin melilit hingga membuatnya tak mampu lagi untuk melanjutkan berjalan.

Renata pun lantas mengambil sebuah kardus yang bertumpuk di sudut toko. Dibukanya kardus itu dan di rentangkan di depan toko. Persis seperti apa yang dilakukan oleh orang orang di sekitar situ.

Tubuhnya meringkuk menahan sakit, menahan dingin, juga menahan lapar yang dikarenakan ia belum memakan apapun sejak siang tadi.

Sementara di sudut ruang yang berbeda, seorang pemuda tengah mengamuk dan mengobrak abrik seluruh barang yang ada diatas meja. Sungguh, ruang kerja yang semula rapi kini berubah menjadi ruangan yang sangat berantakan.

"AAAAHHHHH" "DASAR WANITA SIALAN"

"Tuan, anda kenapa?" Tanya sekertaris Jo yang sengaja datang kesini tengah malam.

"Jo, antar aku ke tempat biasa. Aku butuh refreshing"

"Anda mau minum lagi Tuan?"

"Jangan banyak bicara, cepat!"

"Baik Tuan"

Sekertaris Jo pun mengantarkan Tuannya ke salah saru club malam terbesar di kota itu. Namun saat melewati pasar, tiba tiba sekertaris Jo menghentikan mobilnya.

"Jo, kita itu mau ke club, bukan ke pasar!"

"Maaf Tuan. Saya mau beli rokok beli sesuatu dulu"

"Apa?"

"Emm.. belum tau Tuan. Tapi hanya sebentar saja kok. Saya akan segera kembali" Ucap Jo sembari berlari menjauh.

"Mau kemana sih dia! Kenapa berhentinya harus di sini, merusak pemandangan saja!" gerutu Radika sembari menatap ruko ruko yang berjejer rapi di pinggir jalan.

Dilihatnya betapa banyak anak jalanan, pengemis, dan juga gelandangan tengah tidur di depan pintu.

Dan tanpa sengaja, tatapan matanya mengarah pada salah satu gelandangan yang tangah meringkuk sembrari memeluk perutnya di ujung ruko.

Baju itu?

Ya, Radika sangat hafal betul baju terakhir yang dipakai oleh Renata. Tapi apa mungkin wanita yang meringkuk itu adalah istrinya? Pikir Radika

Sementara Sekertaris Jo, ia sedang kebingungan akan membeli apa untuk alasan kepergiannya ini. Karena sebenarnya dirinya tak berniat membeli apapun disini.

Seketaris Jo sengaja memberhentikan mobil di area pasar karena ingin menujukkan pada Tuannya tentang keadaan istri Tuannya malam ini.

Bagaimana sekertaris itu tau? Ia sengaja meminta pada pelayan mansion untuk selalu memberi kabar kepadanya. Dan saat mendengar kabar bahwa Renata pergi, ia pun bergegas untuk mencari istri dari bosnya tersebut.

"Ibu jual apa?" tanya Sekertaris Jo

"Macam macam Tuan. Ada nasi bungkus, gorengan, jajanan pasar dan masih banyak yang lainnya. Anda bisa pilih sendiri"

"Ah baiklah, bungkuskan semuanya"

"Semuanya"

"Alhamdulillah. Terimakasih Tuan. Tunggu sebentar Tuan, saya akan segera membungkusnya"

Saat sang ibu penjual makanan tengah malam itu sedang sibuk membungkus pesanan, sekertaris Jo di kejutkan dengan datangnya dua orang yang sangat ia kenal.

"Sekertaris Jo? Anda sedang apa disini?" tanya Tania

"Bukankah anda sudah melihatnya?"

"Ah iya, maksut saya, untuk apa anda membeli makanan sebanyak ini?"

"Ambillah. Bagikan kepada anak anak itu. Dan ajaklah nona Renata pergi bersama kalian" Sekertaris Jo memberikan beberapa kantung kresek berisi makanan yang sudah selesai di bungkus itu.

"Renata? Dimana dia?"

Sekertaris Jo tak menjawab, ia hanya pergi membawa satu bungkus makanan yang akan di gunakan sebagai alasan saat di tanya oleh bosnya nanti.

"Tuan, nona sedang tidak baik baik saja. Bawalah nona untuk pulang bersama kita Tuan"

"Tidak perlu. Biarkan dia menjalani apa yang menjadi pilihannya"

"Tapi, apa Tuan tidak kasihan melihat nona tidur seperti itu?"

"Sudahlah. Ayo kita pergi"

"Baik Tuan"

"Kau lama sekali. Apa yang kau beli?"

"Gorengan"

"Sejak kapan kau mulai makan gorengan?"

"Sejak malam ini. Saya sangat lapar Tuan"

"Hhh.. Lain kali carilah alasan yang lebih masuk akal"

.

.

Terpopuler

Comments

sukahati

sukahati

thor lnjut dong

2024-02-02

1

Mardiana Diana

Mardiana Diana

lanjut dong author/Determined//Determined//Determined/

2024-01-31

1

sholeha

sholeha

ayo renata perjalananmu di mulai dari sekarng buat tuan iblis itu mengemis cinta ma kamu yg tak mudH di dPatkan walaupun nangus darah🥵🥵🥵

2024-01-31

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!