Nafkah Tak Pantas

Deg

"Dokter"

"Apa Radika tau tentang penyakitmu?"

Renata menggeleng.

"Apa kau tak berniat untuk memberitahunya?"

Renata kembali menggeleng.

"Kenapa?"

"Dokter, aku hanyalah istri pengganti. Aku tak pernah diinginkan olehnya. Bahkan Aku adalah orang pertama yang paling dibencinya. Jadi percuma saja jika aku memberitahunya tentang penyakitku ini. Karena sedikitpun ia takkan pernah peduli padaku"

"Jadi kau akan tetap melawan penyakit gagal ginjalmu ini sendirian?"

"Enggak. Kata siapa aku sendiri? Dokter kan tahu ada sahabatku Tania yang selalu menemaniku saat cek up. Ada manajer Han yang selalu baik dan rela mengantarkan kami meski ia sedang dilanda kesibukan"

"Baiklah jika itu sudah menjadi pilihanmu. Semoga tak ada penyesalan di antara kalian berdua"

"Terima kasih karena Dokter tidak mengatakan yang sebenarnya pada Kak Dika"

"Sama-sama. Tapi saranku, Jangan biarkan dia berbuat kasar saat hendak menggaulimu. Karena itu akan berpengaruh buruk pada ginjalmu"

"Baik dok"

"Oh ya satu lagi"

"Apa dokter?"

"Jangan sampai telat cuci darah lagi. Kau mengerti?"

"Iya dokter"

"Istirahatlah. Besok kau sudah boleh pulang"

"Baik Dok"

Sang dokter pun akhirnya meninggalkan Renata agar bisa beristirahat dengan cukup. Ia sungguh tak menyangka jika seorang CEO ternama seperti Radika tega berbuat hal sekejam itu kepada istrinya sendiri. Hal itu jelas terlihat dari beberapa luka yang nampak memar hingga berwarna merah keunguan di beberapa bagian tubuh Renata.

...****************...

Beberapa hari kemudian.

Renata yang sudah keluar dari rumah sakit pun beraktivitas seperti biasa. Ia tetap menjadi pengasuh sekaligus pembantu di mansion itu.

Ia juga sudah berkeliling untuk mencari pekerjaan, namun entah mengapa dirinya merasa kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan itu. Sepertinya seluruh lowongan pekerjaan tertutup untuknya.

Renata memang sadar dia hanya lulusan SMA, tapi bukankah lulusan SMA juga bisa mendapatkan pekerajaan meskipun hanya sebagai penjaga toko, penjaga laundry, atau bahkan sebagai tukang sapu jalanan kan?

Karena sudah lelah dalam perjalanan mencari pekerjaan untuk hari ini, Renata memutuskan untuk pulang ke mansion.

"Dari mana kamu?"

"Nyonya"

"Kamu dari mana? Saya disini seharian, kamu malah keluyuran"

"Saya habis mencari pekerjaan Nyonya"

"Pekerjaan? untuk apa? Apa uang yang Radika berikan padamu masih kurang? Sampai-sampai kau masih keluyuran mencari pekerjaan?"

"Tapi mas Dika tidak pernah memberikan uang kepada saya"

"Jangan bohong kamu!"

"Benar Nyonya. Nyatanya sejak awal kami menikah, Mas Dika belum pernah memberikan nafkah kepada saya"

Nyonya Sarah terdiam. Namun beberapa detik kemudian Radika memasuki mansion dengan wajah yang sedikit ditekuk.

"Radika!"

"Mama? Mama belum pulang?"

"Bagaimana Mama mau pulang kalau Mama di sini seharian tanpa ada yang menyambut dan menemani mama?"

"Biasanya kan Mama juga hanya main sama Moana? Lagi pula kan Di rumah juga ada wanita itu Ma?" Radika menatap sekilas pada Renata

"Jangan lupa dia itu istrimu"

"Hmm" sahutnya malas

"Dan apa kau tahu tugas seorang suami itu apa?"

"Maksut Mama?"

"Apa kau sudah memberi nafkah untuk istrimu?"

Mendengar pertanyaan sang Mama buat Radika menatap tajam pada Renata.

"Aku.."

"Mama tidak mau tahu ya, mau hubungan kalian baik atau tidak, tapi yang namanya memberi nafkah seorang istri itu adalah kewajiban. Dan mama mau, mulai sekarang kamu wajib memberikan nafkah lahir dan batin untuk Renata sebagaimana seorang suami memberi nafkah untuk istrinya. Kamu mengerti Radika?"

"Iya Ma"

"Ya sudah kalau gitu Mama pamit dulu mau pulang"

Radika dan Renata mengantarkan sang Mama hingga ke depan pintu. Dan setelah mobil Mama Sarah menghilang dari balik gerbang, seketika itu juga Radika langsung menjambak rambut Renata dan menyeretnya masuk ke dalam.

"Aw! Sakit kak! Lepaskan aku"

"Sudah berani mengadu sama mama ya kamu? Bicara apa saja kamu?"

"Aku nggak mengadu apa-apa Kak. Mama memarahiku karena aku seharian pergi mencari kerja. Dan mama bertanya apakah uang yang di berikan oleh suamiku tidak cukup? Sedangkan Aku saja tidak pernah mendapatkan uang dari suamiku sepeserpun. Lalu apakah salah Jika aku berkata jujur pada Mertuaku?"

Plak!

"Dasar Bodoh! Sebagai seorang istri itu harusnya menutupi, bukan malah mengadu"

"Kakak ingin aku menutupi kesalahan kakak? Tapi apa kabarnya kakak yang selalu menganiaya diriku? Apakah menyiksa dan menganiaya istri juga tugas seorang suami?"

"Sialan kamu!"

Plak

Plak

Lagi lagi tamparan di pipi kanan dan kiri mendarat begitu mulusnya tanpa terkendali.

"Tampar saja aku sepuasnya jika itu memang bisa membuat kakak senang"

Plak

Plak

Sepertinya emosi sudah menguasai hati Radika, hingga sebuah ucapan yang keluar dari mulut Renata ia jadikan sebuah tantangan untuknya.

Mendapatkan beberapa kali tamparan dari Radika hanya membuat Renata diam. Sebisa mungkin ia tak ingin menangis di depan lali laki kejam itu, karena ia tak mau terlihat lemah dengan siksaan yang ia terima dari laki laki yang menjadi suaminya tersebut.

"Jadi apa maumu?"

"Aku hanya ingin di perlakukan sebagaimana seorang istri di perlakukan"

"Okey! Aku akan memperlihatkan padamu bagaimana cara memperlakukan istri pemvangkang sepertimu"

"Aw" Renata sontak berteriak kesakitan saat lengannya di tarik paksa oleh Radika untuk masuk ke dalam kamarnya.

Setelah sampai, Radika menutup rapat pintu dan menguncinya. Ia lantas berjalan menuju lemari dan kembali menghampiri Renata dengan membawa segepok uang berseri merah yang diambil dari brankas pribadinya.

"Ambil ini" Radika melemparkan uang itu tepat ke wajah Renata hingga berantakan dan tersebar kemana mana memenuhi lantai.

"Anggap uang ini sebagai nafkah dariku. Ingat ya! Kau harus mencatat semua biaya pengeluaran mulai dari harian hingga bulanan. Dan satu lagi! Jangan pernah menggunakan uangku untuk membeli kebutuhan pribadimu. Kau mengerti!"

^^^Renata hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan. Ini benar benar tak masuk akal menurutnya. Bagaimana tidak? Bukankah ini sama saja dengan tidak memberinya nafkah? Tapi hanya mengolahkan keuangan Radika saja?^^^

"Kenapa? Kau keberatan?"

"Jika menurut kakak itu adalah yang terbaik, maka aku akan melakukannya"

"Baguslah. Sekarang cepat buka bajumu"

Deg

Renata tertegun. Ia menyilangkan tangan menutupi tubuh bagian depan dan langkah kakinya semakin mundur ke belakang hingga terpentok pada tembok.

Ya, Ia sepertinya sedang ketakutan karena Radika pasti akan melakukan kekerasan saat menggaulinya. Karena sudah beberapa kali ini dirinya selalu di perlakukan seperti itu oleh suaminya.

"Cepat buka atau cambuk ini akan kembali mendarat di tubuh jelekmu itu!"

.

.

Terpopuler

Comments

Anggria

Anggria

Galak banget sih jadi suami. Jadi pengen jitak kepalanya deh!

2024-01-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!