Menyembunyikan

"Sshh" Renata berdesis menahan sakit kala sang dokter memberi alkohol pada luka di punggungnya.

"Maaf Nona, apa ini sakit?"

"Ya, ini sangat menyakitkan"

"Nona, maaf jika saya lancang. Tapi sampai kapan nona akan bertahan dengan pernikahan ini? Saya rasa ini bukanlah rumah tangga, tapi neraka"

"Sejauh ini aku masih bisa bertahan. Aku memiliki banyak hutang budi pada keluarga ini"

"Tapi Nona.."

"Sudahlah, kerjakan saja tugasmu. Kalau bosmu sampai tahu, kau pasti berada dalam masalah besar. Atau bahkan keluargamu juga akan terkena imbasnya"

"Ya nona. Anda benar sekali"

Akhirnya dokter itu segera menyelesaikan tugaanya untuk mengobati Renata. Dan setelah selesai mengobati Renata, sang dokter pun segera pergi meninggalkan wanita malang seorang diri di kamar ini.

Beberapa hari setelah kejadian malam pertama antara Radika dan Renata. Radika memutuskan untuk memberi dokter pribadi untuk Renata. Bukan karena peduli dengan istrinya, tapi ia lebih berantisipasi jikalau sampai ada dokter lain yang mengetahui tentang kekerasan fisik yang dilakukan olehnya.

Setelah Radika mendapatkan kesucian Renata, ia tak lagi menyewa jasa para wanita penghibur. Setiap hari Radika selalu menggauli Renata di kamar ini. Kamar yang akhirnya ia serahkan pada wanita yang berstatus istrinya.

Ya, setelah selesai menunaikan hasratnya, Radika akan berpindah ke kamar utama, Kamar yang dulu ia tempati bersama dengan Nadia. Dan beberapa menit kemudian, dokter perempuan yang ia sewa akan masuk ke kamar Renata untuk memeriksa dan mengobati luka yang ia ciptakan pada tubuh istrinya tersebut.

Hoek

Hoek

Renata merasa aneh dengan tubuhnya. Ia merasakan mual yang teramat sangat. Tubuhnya pun serasa lemah bak tak memiliki tulang.

"Nona, anda kenapa?"

"Entahlah. Tidak biasanya aku seperti ini. Mungkin karena dia menyiksaku terlalu berlebih"

"Tapi saya rasa bukan karena itu nona"

"Lalu?"

"Mungkin saja anda sedang hamil"

Deg

Renata yang baru saja tersenyum seketika terbengong. Tubuhnya membeku. Jantungnya seolah berhenti berdetak.

Apa benar aku hamil? Jika memang benar, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus jujur? Tapi aku takut kak Dika tidak bisa menerima kehadirannya.

Renata terus berperang melawan batin dan pikirannya.

"Nona, lebih baik anda tes saja" Ucap sang dokter sembari memberikan sebuah alat berbentuk pipih itu.

Renata mengangguk. Ia segera mengambil alat kecil tersebut dan segera menggunakannya di dalam kamar mandi.

Deg

Positif?

"Nona, apa anda sudah selesai?" sang dokter mengetuk pintu kamar mandi karena hampir setengah jam Renata tak kunjung keluar.

"Nona, anda baik baik saja? Apa hasilnya?" Dokter itu segera masuk saat pintu terbuka. Ia meraih benda itu dan sangat terkejut saat melihat hasilnya.

"Nona, anda hamil"

"Ya, Aku hamil" lirih Renata dengan tatapan mata kosong

"Nona, apa yang akan anda lakukan setelah ini? Apa sebaiknya kita beritahu Tuan Radika saja?"

"Jangan!"

"Kenapa?"

"Aku takut dia tidak akan menerimanya"

"Tapi anda tidak mungkin menyembunyikannya Nona. Lama kelamaan perut anda akan membesar"

"Biarlah dia tau setelah perutku membesar. Tapi untuk saat ini, aku ingin merahasiakan kehamilan ini"

"Tapi.."

"Dokter, aku mohon jangan beri tahu kak Dika tentang kehamilanku ini"

"Baiklah Nona. Saya akan merahasiakannya"

"Terimakasih"

"Lebih baik anda beristirahat Nona"

Renata mengangguk. Ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya dengan cepat. Sepertinya tubuh kecil itu sangat lelah karena kerap mendapat siksaan fisik.

Sementara Dokter yang melihat Renata terlelap langsung mengambil ponsel dan segera menghubungi seseorang di seberang sana.

...****************...

Paginya, Renata bangun sangat pagi, sama seperti para pembantu yang lain. Menyiapkan sarapan adalah tugasnya setiap pagi.

Namun ada yang berbeda untuk pagi ini. Ia merasa sangat mual saat mencium aroma dari makanan yang ia masak. Tapi sebisa mungkin ia menahan agar tidak muntah. Semua ia lakukan agar tak ada yang curiga dengan keadaannya.

Beruntunglah ada Si dokter yang berbaik hati membantunya menyelesaikan tugasnya memasak. Sepertinya dokter itu benar benar melindunginya selama disini.

"Kamu kenapa?" Tanya Radika yang melihat Renata seakan menahan sesuatu saat menyuapi Moana.

"Aku gak papa kok" sahut Renata cepat

"Dokter, apa yang terjadi padanya?" Radika beralih bertanya pada dokter cantik itu

"Tidak apa apa Tuan. Nona Renata hanya sedang tidak enak badan. Dia hanya butuh istirahat yang cukup. Saya juga sudah memberinya vitamin"

"Terserah, Aku tidak peduli pada kesehatannya"

Deg

Renata yang mendengar jawaban Radika seketika merasa teriris. Entah mengapa hatinya mendadak sakit. Padahal biasanya ia tak mempermasalahkan saat Radika tak mempedulikannya.

Atau mungkin ini karena adanya sang janin yang membuat moodnya berubah cepat? Mungkin iya. Karena dirinya kini jadi semakin sensitif dalam merasa. Begitu pikir Renata.

Setelah Radika berangkat dan sang dokter pamit pergi, Renata memutuskan untuk masuk ke kamarnya karena Moana sudah bersama sang pengasuh.

Dilihatnya kalender kecil yang berada di atas nakas. Hari ini tepat dimana hari ia harus cuci darah rutin bulanan. Sedikit ada rasa bingung akan apa yang harus ia lakukan.

Bagaimana tidak? Dirinya sangat ingin pergi ke rumah sakit, namun sayangnya ia tak memiliki uang untuk biaya cuci darah.

Renata memang memegang uang yang diberikan Radika beberapa minggu yang lalu. Tapi ia tak berani menggunakan uang itu untuk kepenringan pribadinya.

Menurutnya, biaya cuci darah tidaklah sedikit. Ia tak akan bisa menyelipkan catatan bohong pada laporan keuangan untuk suaminya itu.

Akhirnya Renata terpaksa harus menggadaikan cincin peninggalan ibunya. Cincin pernikahan orang tuanya dulu harus ia relakan hilang untuk sementara waktu demi mendapatkan kesembuhan untuk dirinya. Ia yakin jika ia sudah memiliki pekerjaan dan uang, ia akan menebusnya kembali.

"Renata, kehamilanmu ini akan membawa pengaruh buruk untuk kesembuhanmu. Saran saya, sebaiknya kau gugurkan saja kandunganmu itu sebelum semuanya terlambat" ucap dokter Alex

"Tidak dokter. Sampai kapanpun aku akan mempertahankannya. Dia adalah satu satunya orang yang nantinya akan selalu menemaniku"

"Tapi.."

"Dokter, ku mohon"

"Baiklah. Mari kita mulai proses cuci darah anda"

Akhirnya Renata menghabiskan waktunya di rumah sakit seharian. Dan setelah ia pulang ke rumah dan hendak beristirahat, tiba tiba saja pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.

Dan alangkah terkejutnya Renata saat melihat beberapa pelayan mansion sudah berdiri di balik pintu bersama dengan dua orang asing yang tengah membawa dua koper besar.

"Hey, mau apa kalian?" Teriak Renata saat tubuhnya dipaksa masuk.

"Nona, diamlah. Kami..."

.

.

Terpopuler

Comments

Retno Palupi

Retno Palupi

yah mau apalagi ini si Dika

2024-05-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!