Aku, Kamu, dan Dia

"Pagi manajer" sapa para karyawan resto

"Pagi semua" sahut sang manajer dengan senyum manis yang selalu menghias wajah tampannya.

Pagi yang cerah. Semua karyawan resto mulai beraktifitas sesuai dengan tugas dan pekerjaannya masing masing. Begitupun dengan Tania.

"Tania"

"Ya"

"Apa kau sudah sarapan?"

"Sudah"

"Tania, Aku belum makan apapun sejak semalam"

"Oh"

"Apa kau membawa bekal?"

"Tidak"

"Kenapa? Biasanya kau membawa bekal untukku. Meaki terkadang hanya cemilan ringan"

"Aku tidak sempat"

"Kau kenapa?" Sudah beberapa minggu inu Manajer Han merasa sikap Tania semakin aneh.

Bahkan hari ini, Tania bersikap sangat kerus kepadanya. Dan di tambah lagi dengan tidak membawakannya bekal membuat manajer Han semakin yakin bahwa Tania sedang tidak baik baik saja.

Karena biasanya, meskipun Tania bersikap aneh, tapi dia masih tetap menyempatkan diri untuk memasak dan membawakan bekal untuk ia cicipi.

"Tania, apa kau sedang ada masalah?" tanya manajer Han saat Tania tak menanggapi dan malah lebih sibuk dengan pekerjaannya.

"Tidak"

"Kau yakin?"

"Tentu saja"

"Tapi aku merasa kau sedang tidak baik-baik saja"

"Aku baik-baik saja kok"

"Bohong"

"Manajer ini sedang bertanya atau menjawab? kenapa maksa?"

"Tania" Manager menghentikan pekerjaan Tania dan menangkup kedua pipi wanita yang menjadi bawahannya tersebut.

"Tania, apa aku punya salah padamu?" lirih sang Manager sembari menatap intens kedua bola mata Tania.

Tak disengaja, Tania pun juga menatap dua manik mata manajer Han. Seketika itu juga dirinya hendak terhanyut dalam manisnya pandangan mata sang Manager.

Hanya beberapa detik, karena Tania lebih dulu tersadar dan memalingkan wajahnya.

"Tidak kok"

"Jangan mencoba menghindar. Tatap mataku Tania" sekretaris Han lagi-lagi menangkup wajah Tania.

"Manajer jangan seperti ini, tidak enak dilihat banyak orang" Tak ingin terhanyut Tania pun segera menurunkan tangan Manager Han dari wajahnya.

Karena tidak puas dengan jawaban dari Tania, Manajer Han pun menarik tangan Tania dan mengajaknya keluar Resto.

Tak ada pembicaraan apapun selama di dalam mobil. Keduanya sama-sama diam persis seperti sepasang kekasih yang sedang marahan.

Tak berapa lama kemudian sampailah mereka ke sebuah danau yang tak jauh dari tempat kerja mereka. Tak bisa rileks seperti biasanya, keduanya sama-sama terlihat canggung seperti seorang yang belum pernah mengenal dan belum pernah dekat sebelumnya.

"Tania, Kenapa sikapmu kepadaku terasa berbeda? kalau seandainya aku punya salah aku minta maaf. Tapi tolong katakan padaku apa yang menjadi salahku? " Manajer Han mencoba mencairkan suasana dengan membuka suara lebih dulu.

"Anda tidak salah apapun manajer"

"Lalu mengapa kau bersikap kepadaku?" "Aku rasa kau bersikap aneh padaku semenjak kejadian di rumah sakit beberapa bulan yang lalu"

"Oh ya? Tapi aku tidak mengingatnya"

"Jangan berpura-pura. Cobalah untuk jujur dengan dirimu sendiri"

"Apa pentingnya sebuah kejujuranku untuk Anda?"

"Jelas penting Tania. Aku merasa sepi. Aku sangat merasa kehilangan akan sosok teman yang ceria sepertimu"

"Kau merasa kehilanganku atau kehilangan seseorang yang menjadi cintamu?"

"Apa maksudmu?"

"Renata. Wanita yang kau cinta. Ya, Sebenarnya kau kehilangan Renata kan? Bukan Aku"

"Kenapa kamu bawa bawa Renata? Ini soal kita Tania"

"Kenapa? Kau tak suka aku membawa Renata dalam masalah ini?"

"Ya aku sangat tidak suka kamu membawa Renata salam masalah kita. Ini tentang kita. Tentang kau dan aku. Bukan dia" Sentak Manajer Han

"Tapi masalah ini terjadi karena dia. Karena manajer mencintainya"

"memangnya salah kalau aku mencintai Renata?"

"TIDAK! Kalian tidak salah. Akulah yang salah. Aku yang salah karena aku mencintai orang yang tidak mencintaiku"

"Apa maksutmu Tania?"

"Jangan terus berpura-pura bodoh! Kau pasti tahu apa dan siapa yang aku maksud

Deg

"Tania... Kau.. Mencintaiku?" lirih Manajer

"Ya, AKU MENCINTAIMU. AKU MENCINTAIMU MANAJER HAN"

Deg

Lagi-lagi jantung manajer Han berdetak kuat. Dirinya sangat terkejut mendengar pernyataan dari Tania. Ia sangat tak menyangka bahwa kebaikan dan perhatian yang sering ia berikan kepada sepasang sahabat telah menimbulkan arti yang berbeda bagi salah satu diantara mereka, terutama pada wanita cantik yang bernama Tania.

"Kenapa diam? Apa kau terkejut?"

Kini giliran manajer Han yang diam membeku dan tak dapat berkata.

"Kau pasti terkejut kan manajer? SAMA. Sama seperti aku yang terkejut saat mendengar pernyataan cintamu pada sahabatku Renata. Apa kau tahu bagaimana perasaanku saat itu? SAKIT. Sangat sakit. Apalagi saat kau melewati ku tanpa mau menoleh kearah ku hanya karena cintamu tak terbalas oleh dia"

"Tania. Aku minta maaf"

"Maaf untuk apa?"

"Aku minta maaf karena aku tak pernah tahu tentang perasaanmu padaku"

"Dan setelah tahu, apa yang akan anda lakukan?"

"Aku.."

"Apa anda bisa menerimaku menjadi kekasihmu?"

Manajer Han terdiam.

"Tidak kan?" "Jadi mulai sekarang anggaplah perasaanku ini tak pernah ada. Begitu pun denganku, sebisa mungkin aku akan mengubur perasaan cinta ini dalam-dalam"

"Tania, kau tahu aku tak mungkin bersama dengan Renata. Dia sudah bersuami"

"Aku tahu itu. Lalu?"

"Mungkin hanya butuh waktu untuk membelokkan perasaanku"

"Maksudnya?"

"Jika kau ingin kita bersama, maka berikan aku waktu untuk belajar mencintaimu"

"Tidak perlu. Bukankah anda akan menunggu Renata berpisah dengan suaminya?"

"Renata memilih untuk terus bersama dengan suaminya"

"Lalu karena alasan itu manajer menerima saya?"

"bukan seperti itu Tania. Aku.."

"Sudahlah manajer. Aku sudah memutuskan untuk mengubur perasaanku. Aku lega, setidaknya aku sudah tak memiliki beban lagi karena terus memendam perasaan cinta ini"

Manajer Han benar benar kehabisan kata. Ia tak tau harus bagaimana dan harus bersikap apa. Hingga Tania pun mencairkan kebekuan diantara mereka dengan mengajak sang manajer untuk menemui Renata.

"Jangan dibawa perasaan. Kita bersikap biasa saja sama seperti sebelum kita tahu perasaan kita masing-masing. Lebih baik sekarang kita bantu Renata untuk merawat anak-anak jalanan itu" ucap Tania sembari menonjok ringan pundak Manager Han.

"Anak jalanan?"

"Ya, anak jalanan yang dirawat oleh Renata. Karena hujan yang terus turun beberapa hari ini, anak-anak itu terpaksa kehilangan tempat tinggal karena dilanda banjir. Dan kemarin tuh aku sama Renata habis nyariin tinggal sementara untuk mereka"

"Benarkah?"

"Daripada penasaran, mending kita ke sana aja. Nggak apa-apa kan libur kerja sehari ini?"

"Gak papa sih. Tapi tetap harus potong gaji ya"

"Yee.. sama aja dong!"

Akhirnya Tania dan manajer Han bersikap seperti semula. Meskipun dalam hati mereka masih tersimpan kecanggungan satu sama lain, namun mereka tetap mencoba untuk bersikap biasa.

Tak berapa lama kemudian sampailah mereka pada tempat yang dituju.

Namun belum sempat mendekat, langkah mereka terhenti kala melihat sekelompok orang tengah berada di luar pintu rumah sewa itu.

"Siapa mereka?"

"Iya, mau apa mereka mendatangi tempat ini?"

.

.

Terpopuler

Comments

Ayok kak update lagi🎉🎉 kasih banyak.😁

2024-01-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!