Tindakan Cepat

Radika sudah duduk dengan posisi kaki yang dibuka lebar.

Renata yang sudah tau akan seperti apa kelanjutan kejadiannya memilih untuk mempercepat sanksinya. Ia segera menunduk tepat di depan Radika.

Namun saat Renata hendak membuka resleting celana Radika, tanpa di duga, laki laki itu langsung menjambak dan menarik rambut Renata hingga kepalanya sedikit terangkat ke belakang.

"Dasar wanita sialan! Sepertinya kau sudah tak sabar ingin menikmati milikku ya?"

Renata diam.

"Jawab bodoh!"

Renata menunduk.

"Ha.. ha.. ha.. Kau pikir aku akan senang dengan kau bersikap agresif seperti itu? Justru dengan kau bersikap seperti ini malah membuatku semakin jijik padamu. Kau benar benar menunjukkan betapa jalang dan murahannya dirimu"

Renata tetap diam. Ia tak berucap sepatah katapun pada laki laki itu. Namun tatapan matanya yang tajam bisa terbaca bahwa Renata tengah manantang Radika namun tidak secara terang terangan.

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau sedang menantangku?" Teriak Radika sembari mencengkeram dagu istrinya

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Renata, Radika pun semakin naik pitam. Tanpa di aba, tangannya kembali melakukan aksi kekerasan.

Kini bukan hanya tamparan dan jambakan yang ia layangkan. Tapi sebuah hantaman keras yang diberikan pada istrinya mampu membuat Renata jatuh tersungkur hanya dalam satu kali pukul.

Radika terdiam. Ia menatap Renata yang masih nampak tenang meski tubuhnya telah jatuh tersungkur dengan wajah yang di hiasi luka lebam kebiruan.

Entah mengapa Radika lebih menyukai Istrinya yang menderita dan menangis saat mendapatkan sikaaan darinya dari pada istrinya hanya diam, tenang dan malah menjadi penurut.

Radika mendekati sang istri. Emosinya sudah memucak ke ubun ubun hingga membuat tangannya terkepal erat hendak menghantam wajah Renata.

"Aaaahhhh"

Radika berteriak keras dan membelokkan pukulannya ke lantai lalu beranjak pergi meninggalkan kamar itu.

Setelah kepergian suaminya, Renata pun menangis. Air matanya seketika mengalir deras dan tak bisa berhenti. Luka fisik yang di dapatkan memang sangat sakit, tapi Luka yang tergores di hatinya jauh lebih perih.

"Nona" lirih sang dokter yang kini memasuki kamar Renata seperti biasa setelah Tuan besar itu keluar

"hiks.. Hiks.."

"Nona, apa yang anda rasakan? Sepertinya Tuan Radika belum melakukan hal itu kan?"

"Ya, kami tidak melakukannya"

"Lalu mengapa anda seperri ini Nona?"

"Dokter, perutku sakit"

Sang dokter pun segera memeriksa Renata. Alangkah terkejutnya dokter itu saat melihat darah segar yang keluar dari belahan kaki Renata.

"Astaghfirullah! Nona, anda berdarah"

Renata pun ikut terkejut saat melihat belahan kakinya yang sudah berwarna merah.

"Nona, mari ke rumah sakit"

"Tidak dokter, Saya tidak apa apa. Saya hanya merasa mulas"

"Tapi anda mengalami pendarahan. Saya takut akan terjadi sesuatu pada kandungan anda"

Renata terdiam.

"Nona, ayolah. Demi janin anda"

"Ya" Renata langsung mengangguk pasrah.

Akhirnya dengan di bantu oleh aekertaris Jo dan beberapa bodyguard, sang dokter berhasil membawa Renata ke rumah sakit dengan cepat.

Beruntunglah ia tidak terlambat. Jika sampai terlambat sedikit saja maka akan berakibat fatal pada nona malang itu, karena tubuhnya semakin melemah dan bahkan sudah jatuh pingsan saat masih berada di dalam mobil.

"Apa yang terjadi?" Tanya dokter Alex

"Entahlah. Aku menemukan nona Renata sudah dalam keadaan seperti ini" jawab dokter cantik itu

"Apa dia keguguran?"

"Aku rasa begitu"

"Aku tidak tahu apapun tentang kandungan. Tapi aku juga hawatir dengan penyakitnya"

"Bukankah gagal ginjal tak begitu berpengaruh pada kehamilan?"

"Bukan itu yang jadi masalah. Tapi hasil akhir pemeriksaan Renata menunjukkan bahwa ada sel kanker yang mulai aktif di dalam rahimnya"

"Kau serius?"

"Memangnya aku gila membuat penyakit orang sebagai bahan candaan?"

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"

"Sebaiknya kita masuk saja ke dalam"

"Ya"

Akhirnya dokter Alex dan dokter cantik itu ikut masuk ke ruang UGD bersama dengan satu dokter kandungan untuk memeriksa kondisi Renata.

Mendapatkan kabar bahwa Renata masuk ke rumah sakit tak membuat Radika merubah sikapnya. Ia tetap acuh dan tak mau tahu semua hal tentang wanita yang sah menjadi istrinya tersebut.

Ia sudah menyerahkan kuasa penuh tentang kesehatan Renata pada dokter cantik yang ia pilih untuk menangani Renata.

Namanya dokter Hana. Saat Radika berkata bahwa ia sedang membutuhkan seorang dokter pribadi seorang wanita, Dokter Alex pun dengan cepat merekomendasikan dokter Hana.

Radika setuju. Akhirnya terpilihlah dokter Hana sebagai dokter pribadi yang di pilih khusus untuk mengobati luka yang di ciptakan oleh Radika untuk Renata.

"Dokter, Apa kak Dika sudah datang kesini?" Tanya Renata saat melihat tak ada siapapun di ruang rawat kecuali dirinya

"Belum nona"

"Oh.." Nampak raut wajah Renata yang sedikit kecewa.

Bagaimana tidak, dengan kejadian ini, ia berharap bahwa Sang suami akan sedikit merubah sikap kepadanya. Tapi rasanya semua itu percuma saja karena sampai detik ini, Radika pun tak kunjung datang meski hanya sekedar menengok keadaannya.

Saat Renata tengah melamun, tiba tiba pintu ruang rawat terbuka lebar.

Seketika itu Renata langsung menoleh ke arah sumber suara.

.

.

Terpopuler

Comments

Cornelia Pujiastuti

Cornelia Pujiastuti

kok gk ada Moralnya Radika itu ..kena karma .. radakan itu buat radika merasa besalah sesalah** nya thor ..kasian istrinya gk bersalah tp disiksa begitu

2024-05-11

1

宣宣

宣宣

jangan terlalu berharap sama orang yang gx menginginkan mu Nata....

2024-05-11

0

宣宣

宣宣

kalau dah gx boleh bertahan sebaiknya say goodbye aja Nata. 😌😌😌

2024-05-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!