Membencinya

"Tunggu"

Renata berhenti sejenak namun tak menoleh ke belakang.

"Jika kau pikir setelah Kejadian ini aku akan merubah segalanya, kamu salah besar. Hubungan kita akan tetap sama. Aku tetap membencimu wanita Jalang!"

Tak menggubris ucapan Radika. Renata berlari secepat mungkin meninggalkan kamar besar itu. Ia tak peduli jika nanti saat perjalanan menuju kamar akan ada yang melihatnya dalam posisi dan keadaan yang mengenaskan seperti ini.

Deg

Radika menatap beberapa sobekan baju yang tersebar di kamarnya, miris, sempat terbersit rasa iba dan kasihan pada gadis yang baru saja ia nodai. Namun secepat mungkin ia menggelengkan kepala mengusir rasa aneh yang terkadang tiba-tiba muncul dalam hatinya.

Apakah puas? Radika sangat puas karena ia berhasil menjadi orang pertama yang menyentuh gadis culun itu. Ia tak menyangka jika wanita yang sering disebutnya jalang ternyata masih suci dan perawan.

Sementara di belahan kamar lain, seorang wanita Tengah menangis sembari menggosok tubuhnya beberapa kali di bawah kucuran shower karena merasa jijik dan tubuh kotornya. Dirinya bahkan tak perduli jika tubuh yang ia gosok kini sudah mulai panas dan memerah.

Gosok. Gosok. Gosok. Hanya itu yang di lakukan hingga ia lupa bahwa dirinya sudah menghabiskan hampir 3 jam lebih di dalam kamar mandi.

...****************...

Pagi telah tiba. Radika sudah rapi dengan setelan jas berwarna navy. Kini dirinya sudah siap untuk melakukan sarapan pagi seperti biasa.

"Pagi Tuan" sapa sekretaris Jo.

Radika segera duduk di kursi utama di meja makan. Matanya melirik kesana kemari. Seperti ada yang beda menurutnya dipagi ini.

Ah ya, dia tidak melihat si wanita berkacamata tebal itu. Biasanya setiap pagi, Radika selalu melihat Renata sibuk menyiapkan makanan untuknya. Wanita itu bahkan juga selalu meluangkan waktu untuk menyuapi Putri kecilnya, Moana.

Dasar wanita sialan! Bisa bisanya dia masih tidur di jam segini. Dia pasti menjadikan kejadian semalam sebagai alasan karena ingin bermalas malasan. Awas ya. Akan ku beri pelajaran kau WANITA UDIK!

"Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?"

"Tidak ada. Makanlah"

Akhirnya kedua pria dewasa itu melanjutkan sarapan paginya tanpa bersuara. Mereka makan dengan cepat karena pagi ini adalah pagi di mana mereka harus survey lapangan untuk proses awal pengerjaan proyek.

"Jo"

"Iya Tuan"

"Tidak jadi. Lupakan saja"

Sekretaris Jo hanya mengangguk dan kembali mengecek berkas-berkas pengerjaan proyek. Namun saat dirinya tengah fokus pada beberapa berkas, lagi-lagi perhatiannya harus teralihkan karena Tuan Radika kembali memanggilnya.

"Jo"

"Iya Tuan"

"Apa kau sudah pastikan kalau wanita itu benar benar di pecat dari pekerjaannya?"

"Maksut tuan Nona Renata?"

"Siapa lagi?"

"Sudah Tuan"

"Lalu apa dia sudah mendapatkan pekerjaan baru?"

"Sejauh ini belum Tuan"

"Baguslah"

"Tuan, anda kan seorang CEO besar, kenapa anda membiarkan istri anda bekerja?"

"Kau sudah bosan hidup ya?

"Maaf Tuan. Saya hanya kasihan melihat nona. Sepertinya dia dalam keadaan tidak baik baik saja"

"Jangan sok tau kamu! Dia itu baik baik saja. Jangan termakan sama wajah polos wanita culun itu. Dia tidak sepolos yang orang orang pikirkan"

"Tapi.."

"Teruslah membantah jika kau sudah bosan hidup Jo"

"Maaf Tuan"

"Aku ingin lihat seberapa gigih dia mencari pekerjaan. Karena aku pastikan sampai keujung dunia pun dia tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan karena semua akses sudah aku tutup untuk wanita culun itu. Dan apa kamu tau Jo?"

"Tidak Tuan"

"Bodoh! Setelah dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan, barulah aku akan memberinya uang"

"Mengapa begitu Tuan?"

"Aku ingin memberinya pelajaran hidup bahwa uang adalah segalanya. Aku ingin ia berlutut padaku seperti seorang pengemis"

"Tuan, mengapa anda begitu membenci nona Renata. Dan anda malah sangat mencintai nyonya Nadia. Bukankah mereka adalah saudara kandung?"

"Kau tak perlu tau alasanku. Yang pasti, aku sangat membenci wanita bodoh itu"

Ya, Kau tak perlu tau alasanku. Bahkan siapapun tak perlu tau bahwa aku pernah menyukai wanita culun itu sewaktu kecil.

Sekertaris Jo akhirnya hanya bisa diam. Ia tak berani bertanya lebih pada bosnya tentang hal-hal pribadi. Meskipun sebenarnya ia sangat penasaran dengan hati bosnya tersebut.

Karena menurutnya, dari sorot pandang mata Radika saat menatap Renata, ada sebuah sorot aneh yang ia yakini adalah sebuah perasaan iba atau perasaan lain mungkin.

Entahlah, tapi semua itu tertutup oleh rasa benci yang teramat sangat pada gadis malang itu hanya karena ia tumbuh menjadi gadis yang tak pintar.

Drt.. Drt..

Sekertaris Jo segera mengangkat panggilan yang masuk ke ponselnya. Keningnya sedikit berkerut saat melihat bahwa telepon mansion lah yang menghubunginya.

Tumben sekali.

"Baiklah, Kami akan segera kesana"

"Siapa Jo?"

"Nona Renata ditemukan pingsan di dalam kamarnya Tuan"

"Apa? Pingsan? Memangnya apa yang dilakukan wanita bodoh itu?"

"Entahlah Tuan. Tapi tadi pelayan mansion mengatakan bahwa nona ditemukan dalam keadaan pucat di kamar mandi. Sepertinya nona pingsan karena menggigil Tuan"

Dasar Bodoh! Sudah tau alergi dingin, kenapa malah berendam dalam air semalaman. Sepertinya dia memang bosan hidup

"Tuan, anda kenapa?"

"Tidak apa, ayo kita kesana sekarang"

Sekertaris Jo tersenyum tipis. Ia merasa senang saat bosnya mulai memiliki rasa hawatir pada istrinya.

Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di rumah sakit. Kini keduanya sudah berada di ruang rawat Renata.

"Radika?"

"Alex?"

"Kenapa kau bisa berada disini? Memangnya yang sedang berbaring ini siapa kamu?" tanya dokter Alex. Dokter yang sering menangani Renata yang ternyata adalah teman sekolah Radika saat masih SMP dulu.

"Pembantu"

"Pembantu? Aku kira dia istrimu"

"Lebih tepatnya pengasuh putriku. Mana mungkin seorang CEO sepertiku memiliki istri seperti dia. Kampungan"

"Lalu dimana istrimu?"

"Istriku meninggal setelah melahirkan putri kami"

"Oh maaf, aku tidak tau. Aku turut berduka cita ya"

"Sudahlah, itu sudah berlalu"

"Oh ya, apa pembantumu ini sudah memiliki pasangan?"

"Pertanyaan macam apa itu?"

"Kenapa? Aku kan hanya bertanya, Siapa tau aku memiliki peluang untuk mendekatinya"

"Jangan bermimpi! Kau kan sudah memiliki istri dan dua orang anak"

"Hehe.. Bercanda Tuan"

"Jadi bagaimana keadaannya?"

"Tidak apa, dia hanya kelelahan. Istirahat yang cukup akan memulihkan tenaganya dengan cepat"

"Baiklah. Kalau begitu aku harus pergi. Jangan macam macam jika kau tak ingin keluargamu hancur"

"Siap bos!"

Setelah kepergian Radika, Renata pun membuka matanya. Bohong jika ia tak mendengar, Karena sejak tadi ia mendengar semua pembicaraan sang dokter dengan suami yang tidak mengakuinya.

"Menangislah jika itu bisa membuatmu lega" ucap sang dokter

"Tidak perlu dok, Saya sudah biasa"

"Sejak kapan dia berbuat kasar saat menggaulimu?"

Deg

.

.

Terpopuler

Comments

宣宣

宣宣

kejam amat kamu Dika 😠😠😠

2024-05-11

0

makin penasaran🙃apa yang membuat sosok Radika begitu benci.

2024-01-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!