Dirawat Inap

"Tidak perlu. Biarkan saja dia pulang sendiri"

"Baik Tuan"

Akhirnya sekertaris Jo pun melanjutkan laju mobilnya. Melewati tubuh Renata yang masih terduduk lesu di jalanan sepi.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Radika yang sudah berada di rumah sedikit merasa gelisah. Ia terus mondar mandir kesana kemari dengan alasan yang tak pasti. Ia juga tak tau mengapa dirinya mendadak gelisah seperti ini.

Apakah ini karena Renata belum pulang ke rumahnya?

Ah tidak tidak, mustahil jika aku memikirkan gadis sialan itu. Terserah dia mau pulang atau tidak. Aku tidak peduli. Dasar gadis jelek.

Radika menggelengkan kepala, mengusir pikiran aneh yang kini mulai bersarang di pikirannya.

Untuk menghilangkan beban pikir yang saat ini melanda, Radika segera mengambil botol minuman yang berjejer rapi di dalam kamarnya. Diteguknya berulang kali hingga tandas air yang ia yakini sebagai air penenang jiwa.

Dan seperti biasa, saat ia mabuk, ia akan memanggil dua wanita penghibur yang ia pesan dari salah satu club malam terbesar di kota itu untuk menemani malamnya dan untuk menghangatkan ranjangnya.

"Hey kalian? Kenapa wajah kalian di tekuk seperti itu?" tanya Radika saat melihat dua wanita penghibur itu malah menampilkan ekspresi wajah masam dan cemberut.

Yang ditanya hanya diam dan saling senggol satu sama lain. Hal itu justru semakin membuat Radika geram dan marah.

"Jawab bodoh!"

"Maaf Tuan. Kami.. Kami.."

"Kami hanya sedang jenuh dengan pekerjaan kami Tuan" sambung salah satu wanita penghibur itu saat satu temannya tak bisa meneruskan jawabannya.

"Kenapa? Karena aku?"

"Maaf Tuan. Kami biasa melayani pelanggan kami dengan memuaskan ranjangnya. Kami bahkan biasa bermain beberapa ronde untuk satu malam. Tapi Tuan.."

"Hey wanita jalang! Apa kau pikir aku mau meniduri wanita kotor seperti kalian? Cuiihh! Menjijikkan! Jangan bermimpi untuk hal yang tidak mungkin aku lakukan"

"Tapi Tuan.."

"Sudahlah! Kalian membuatku semakin muak! Enyah kalian dari sini"

"Tuan, maafkan kami. Kami tidak akan mempermasalahkan kepuasan kami lagi. Kami akan berusaha untuk memuaskan anda. Maafkan kami Tuan"

"Iya Tuan. Maafkan kami"

Kedua wanita penghibur itu kini kocar kacir sibuk merayu Radika agar masih mau menerima jasa pelayanannya.

Awalnya mereka memang merasa jenuh karena setiap mendapatkan job dari Tuan Radika, mereka tak pernah mendapatkan kepuasan se*s.

Mereka hanya di tugaskan untuk memuaskan birahi Radika dengan menggunakan tangan dan mulut mereka lalu mendapatkan bayaran dan upah yang sangat tinggi.

Diawal mereka melakukannya, mereka senang senang saja. Namun lama kelamaan, mereka juga kian tertarik untuk menikmati samurai panjang milik Tuan CEO besar dan terkenal itu.

Namun sayangnya, Radika tak pernah membiarkan para wanita penghibur itu untuk menikmati samurainya. Meskipun hanya untuk sekedar mencelupnya. Sama sekali ia tak pernah melakukannya.

Jangan tanyakan mengapa. Karena Radika tak pernah memberitahu kepada siapapun tentang alasannya.

Dan saat ini, dua wanita penghibur itu merasa menyesal telah mengungkitnya. Mereka takut jika sewaktu waktu mereka dilaporkan pada bos pemilik club dan di berhentikan dari pekerjaan mereka.

"Pergi kalian berdua!"

Mendapatkan bentakan keras dari Radika membuat keduanya lari terbirit birit sambil memunguti pakaian dan beberapa aksesoris mereka seperti tas, kalung dan sepatu.

...****************...

Meninggalkan Radika yang masih merasa emosi dengan dua penghibur itu. Sementara di sudut ruang yang berbeda, nampak seorang gadis tengah membuka matanya dan masih mencoba mengumpulkan seluruh kesadarannya.

Ya, dia adalah Renata. Gadis yang tadi pagi sempat terjatuh, akhirnya ia jatuh pingsan dan tak sadarkan diri. Beruntunglah ada Tania yang diam diam mengikutinya, hingga Renata langsung dibawa ke rumah sakit dengan cepat.

"Kau sudah bangun?"

"Tania?"

"Jangan banyak bergerak dulu Re, tubuhmu masih lemah"

"Tania, bagaimana kau bisa ada disini?"

"Menurutmu?"

"Kau paati mengikutiku ya?"

"Tentu saja aku mengikutimu. Dan sekarang kau harus menjelaskan padaku kenapa kau berbohong padaku tentang kontrol pemeriksaanmu?"

"Aku minta maaf. Aku memang belum cek up kemarin"

"Kenapa?"

"Kamu tau kan kita belum gajian?"

"Tapi kan kau punya tabungan mingguan?"

"Aku menggunakannya untuk membelikan pakaian anak anak"

"Anak anak jalanan itu?"

"Iya"

"Re, Entah terbuat dari apa hatimu itu. Kau sangat baik. Kau sangat perhatian. Kau rela menyampingkan urusanmu demi membahagiakan anak anak jalanan yang bahkan tak memiliki aliran darah denganmu. Semoga Tuhan memberimu kesembuhan supaya kau tetap bisa menyebarkan kebaikan kebaikan lain"

"Amiiin"

"Ya sudah, istirahat gih"

"Apa? Istirahat? Aku baik baik saja kok! Ngapain aku harus istirahat disini? Aku mau pulang saja"

"Tidak bisa Re, kau harus tetap di rawat disini"

"Tania, aku baik baik saja"

"Bohong! Kau pasti sedang memikirkan dari mana kau bisa membayar biaya rawat inapmu ini kan?"

Renata terdiam. Buktinya memang benar apa yang ditebak oleh Tania. Renata memang memikirkan hal itu.

"Tenanglah, aku yang akan membayarnya"

"Tapi kan kau juga sedang butuh banyak uang untuk bayar semester adikmu"

"Gak papa kok. Kau kan lebih membutuhkannya sekarang"

"Tapi.."

"Kau bisa membayarnya kapan kapan kalau sudah punya uang"

"Lalu kamu?"

"Aku?Jangan terlalu kau pikir. Aku kan bisa pinjam dulu sama manajer. Iya kan manajer?" Tania menyenggol lengan manajer

"Ah, iya"

"Tuh kan.. Yang penting kamu pikirin kesehatan kamu dulu. Okey?"

"Terimakasih ya Tania. Kau memang sahabat terbaikku"

"sama sama sayangku" Tania lantas memeluk Renata

"Dan aku?" Sang manajer tampan mulai cemburu karena merasa dicuekin oleh kedua sahabat itu.

"Manajer.. Terimakasih ya"

Manajer tampan hanya tersenyum menanggapi ucapan Renata. Ia dan Tania saling pandang dan saling senyum seolah tersimpan sesuatu diantara keduanya.

Tiga hari kemudian

"Manajer, kenapa anda tak berterus terang saja kalau biaya rumah sakit Renata anda yang menanggungnya?"

"Kau pikir dengan aku berterus terang, Renata akan menerimanya?"

"Ah ya, anda benar"

"ya sudah, ayo masuk"

Manajer dan Tania pun segera masuk ke ruang rawat Renata. Mereka membantu Renata berkemas. Tak banyak yang dibawa, karena sejak hari pertama Renata dirawat, tak ada satupun keluarga yang menjenguknya.

Saat di tengah perjalanan, Tania minta diturunkan di salah satu toko buku di perempatan jalan yang mereka lewati karena Tania sudah ada janji dengan adik perempuannya untuk menemani membeli buku.

Akhirnya Manajer sendiri yang mengantar Renata pulang kerumah.

"Re, ini rumahmu?"

"Manajer bercanda? Mana mungkin aku memiliki mansion semegah ini?"

"Lalu?"

"Ini rumah anak majikanku. Majikan almarhumah Ibuku"

"Oh.. Jadi ini mansion keluarga Mahesa yang pernah kamu ceritakan itu?"

"Ya"

"Okey, kalau begitu cepat masuk gih"

"Hmm.. Terimakasih ya manajer. Maaf tidak bisa menawari anda masuk"

"Tak apa. Lain kali saja"

Renata pun melambaikan tangan pada Manajer kemudian masuk ke dalam mansion Radika.

Gelap. Sepi. Sepertinya seluruh penghuni mansion sudah tertidur. Karena saat Renata melewati ruang depan dan kamar para pembantu yang berjejer, semuanya sudah tutup.

Renata lantas masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu. Namun saat ia menyalakan lampu kamar, tiba tiba saja ia dikejutkan dengan sosok laki laki yang sedang duduk diatas ranjangnya.

Kak Dika

.

.

Terpopuler

Comments

Bilqies

Bilqies

ngomong ngomong ngapain yaa kok tiba tiba Dika ada dikamar Renata ...

2024-05-03

1

宣宣

宣宣

mau ngapain Dika dikamar nya Renata....

2024-05-11

0

Retno Palupi

Retno Palupi

lah ngapain Dika d kamar Renata?

2024-05-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!