Pernah Dicintai

"Sangat menggemaskan" batin dokter Alex saat melihat Tania beranjak pergi dan masuk kembali ke dalam ruang rawat Renata.

Tania yang baru saja memasuki ruangan merasa bingung dengan keadaan sahabatnya. Ia pun segera menghampiri sahabatnya tersebut.

"Renata"

"Tania" Renata segera memeluk sahabatnya. Ia menangis sesenggukan di pelukan sahabatnya saat hatinya merasakan sesak yang tak tertahan lagi.

"Re, kau kenapa?"

"Dia baru saja kehilangan calon bayinya" sahut Dokter Hana yang juga baru saja memasuki ruangan

"Kamu keguguran?"

Renata tak menyahut. Ia malah semakin terisak pilu dalam dekapan sahabatnya.

Renata, maafkan aku yang sempat iri padamu. Aku sempat ingin membencimu karena orang yang aku cinta ternyata mencintaimu. Maafkan aku yang hampir meninggalkanmu. Aku tak menyangka permasalahan hidupmu akan seberat ini. Aku berjanji akan selalu menemanimu saat suka ataupun duka, Sahabatku..

...****************...

Beberapa hari kemudian.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Radika pada dokter Hana

"Nona baik-baik saja Tuan"

"Kau yakin?"

"Ya Tuan. Nona hanya kelelahan dan butuh istirahat yang cukup agar tubuhnya pulih kembali"

"Berapa lama proses pemulihannya?"

"Mungkin sekitar dua atau tiga hari"

"Baiklah, Kau bisa keluar dari sini"

"Permisi Tuan"

Setelah Hana keluar dari ruang kerja Radika, CEO itu pun nampak termenung. Entah mengapa ia sangat ingin melihat kondisi Renata saat ini. Rasa benci dan gengsi yang terlalu besar itu membuat dia tak berani untuk menampakkan mukanya di depan sang istri.

Ia berjalan mondar-mandir ke sana dan ke sini, mencari alasan untuk bisa menemui Renata sekarang juga. Dan tiba-tiba saja sebuah ide tengah melintas di otaknya.

Tanpa pikir panjang Radika pun langsung menghampiri Renata di kamarnya.

Brak

Sebuah dobrakan keras mampu membangunkan Renata. Mata yang baru saja terpejam berapa menit yang lalu akhirnya dipaksa untuk terbuka kembali.

"Kak Dika? Ada apa kak?"

Radika sedikit tersentak kaget saat melihat raut wajah Renata yang ia rasa lebih pucat dari biasanya. Namun lagi lagi gengsi yang begitu besar membuatnya tak ingin tahu apapun tentang Renata.

"Enak sekali kau tidur nyaman di ranjang besar ini? Kau pikir kau itu seorang putri kerajaan yang saat ingin sesuatu hanya tinggal memberi perintah?"

"Maaf kak. Tapi tubuhku masih lemah"

"Jangan jadikan tubuhmu sebagai alasan kau bermalas malasan"

"Tidak kak. Aku serius. Tubuhku masih sangat lemah"

"Cepat bangun dan buatkan aku nasi goreng" Radika menarik paksa tangan Renata agar terbangun.

Akhirnya mau tak mau Renata pun bangun dan membuatkan sepiring nasi goreng keinginan suaminya.

Radika menatap tajam pada sang istri saat berkutat dengan peralatan memasak. Sangat anggun dan cekatan menurutnya.

Ah, tapi bukan itu yang membuat Radika menatap kagum, tapi postur tubuh indah Renata yang nampak semakin semampai dan semakin padat berisi.

Radika menelan ludah kasar kala melihat Renata tengah mengenakan celana hot pants yang menampilkan paha putih mulusnya. Serta di tambah dengan kaos oblong agak kelonggaran yang menambah penampilannya makin menggoda menurut sang CEO itu.

Maklum saja, setelah merasakan serabi lempit milik Renata, Radika merasa sangat ketagihan. Bahkan dirinya ingin merasakan lagi dan lagi. Tapi sayangnya, dia tak bisa bersikap lembut pada istri penggantinya itu.

Renata, Kau tidaklah salah dalam pernikahan ini. Tapi sayangnya aku masih tak bisa menerimamu karena kau tak sempurna seperti kakakmu.

Setelah masakan Renata matang, Radika pun langsung melahap makanan itu hingga habis dan tak tersisa sedikitpun.

Renata seketika tersenyum senang karena sejak awal ia menjadi istri, Radika tak pernah menolak masakannya.

Ia hanya berharap semoga ada keajaiban yang terjadi dalam hidupnya. Seperti bagaimana pepatah yang mengatakan bahwa cinta bisa turun dari mulut jatuh ke perut.

Kak Dika, Aku tak tahu apa yang membuatmu begitu membenciku. Tapi aku tak hentinya berharap bahwa kau akan mencintaiku sama seperti kau mencintai kakakku.

Hampir tiga puluh tahun yang lalu Renata masih sangat mengingat kata kata dari Radika bahwa saat mereka besar nanti, Radika ingin menjadikan Renata sebagai putri kerajaan dan dirinya sebagai pangeran berkuda yang akan menjemput sang putri kerajaan tersebut.

Ya, sejak kecil Radika, Nadia, dan Renata tumbuh bersama sama. Saat itu, Radika memang sangat menyukai Renata karena dianggap lebih cantik dan lucu.

Namun seiring berjalannya waktu, Radika tumbuh di kalangan elite yang dimana sebuah keunggulan dan popularitas adalah dianggap segalanya.

Hingga pikiran dan hatinya pun tak lagi menginginkan Renata hanya karena gadis itu tumbuh menjadi gadis biasa yang jauh dari kata sempurna.

Saat maaih sekolah dulu, teman teman sebayanya selalu membully Renata karena penampilannya. Dan sejak saat itulah Radika sangat membenci Renata dengan segala penampilannya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Radika saat melihat Renata yang asik melamun sembari menatapnya

"Tidak, aku hanya ingin menatap seorang suami yang sedang menikmati makanan buatan istrinya"

"Hh.. Dasar kampungan! Jangan kau pikir dengan kau mengeluarkan jurus rayuanmu itu aku akan terpikat? Kau salah besar!"

"Tidak kok kak. Aku tak akan berharap apapun dari pernikahan kita"

"Bagus jika kau meyadarinya! Ingat baik baik ya! Sampai kapanpun kamu tetaplah kamu! Kamu tak akan pernah bisa berubah menjadi seperti Nadia istriku. Kamu mengerti?"

"Iya kak. Aku mengerti"

"Baguslah jika kau mengerti. Setidaknya aku tak harus mengulangi kata kataku karena kebodohanmu itu"

Deg

Mendapatkan sebuah kata yang di sematkan menjadi sebuah panggilan kasar membuat hati Renata sedikit teriris.

Renata pun bingung mengapa ia bisa merasakan sakit hati hanya dengan di caci seperti ini? Padahal kemarin saat sering diperlakukan kasar oleh Radika, ia tak kenapa kenapa. Radika malah menerima begitu saja tanpa banyak protes sedikitpun.

Apa yang terjadi? Apakah Renata mulai mencintai suaminya? Entahlah Renata sendiripun maaih belum bisa mengartikan perasaan ini. Yang jelas, ia merasa nyaman meski hanya dengan melihat wajah Radika dari kejauhan.

"Kau harus menyelesaikan tugasmu malam ini"

"Tugas apa kak?"

"Jangan banyak bertanya! Cepat ikuti aku"

Renata pun mengekor di belakang Radika hingga sampailah mereka di dalam kamar pribadi Radika. Ya, kamar milik Radika dan almarhumah kakaknya.

"Cepat kerjakan tugasmu" perintah Radika

Renata tak bergeming sedikitpun dari posisi awalnya.

"Cepat laksanakan tugasmu sebelum aku melakukan kekerasan lagi padamu!"

Deg

Renata yang mendapatkan ancaman sontak merasa ketakutan. Ia pun memilih untuk segera menghampiri Radika yang sudah duduk di atas sofa.

Namun bukannya melaksanakan seperti apa yang di suruhkan, Renata justru malah berjongkok dan bersujud di depan Radika.

"Kak, Aku mohon untuk malam ini saja, jangan siksa tubuhku. Jangan memukulku. Jangan menamparku. Dan jangan Menjambakku"

"Siapa kamu berani mengaturku!" Radika mulai tersulut emosi.

"Maaf Kak. Aku hanya memohon pada kakak untuk malam ini saja, tolong jangan melakukan hal itu. Bukan karena aku tak mau, tapi tubuhku benar benar tidak mampu untuk menerimanya saat ini"

Radika mencengkeram keras dagu sang istri lalu mendakatkan pada wajahnya. Menatapnya tajam.

"Kau!?"

Semakin dekat dan semakin mencengkeram kuat. Lalu..

Cup

Radika mencium sekilas bibir Renata.

Awalnya hanya sebuah kecupan singkat. Tapi lama kelamaan kecupan itu malah berubah menjadi sebuah ciuman dan hisapan yang menuntut.

"Kak, aku.."

.

.

Terpopuler

Comments

Cornelia Pujiastuti

Cornelia Pujiastuti

thor kmp renata begitu tersiksaaaa .. tak adakh kebaikn sesikitpun

2024-05-11

0

Green me

Green me

Awas Renata. Kamu kan habis guguran..

2024-01-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!