Hilangnya Kehormatan

"Istri macam apa, tiga hari tidak pulang. Dari mana saja kamu?" Radika nampak geram. Ia melangkahkan kaki mendekati tubuh Renata dan menghimpitnya hingga menempel ke dinding.

"Aku dari rumah sakit kak. Aku.. Aww" Renata tak bisa meneruskan penjelasannya, karena lehernya sudah di cekik terlebih dahulu oleh Radika.

"Rumah sakit? Kamu pikir aku ini bodoh? "

"Lepas kak, ini sakit sekali" Renata terus meronta saat tangan Radika malah semakin erat mencekiknya.

"Katakan dari mana saja kamu selama tiga hari ini? Apartemen? Hotel? Kos kosan, Penginapan mana yang kamu huni kemarin?"

"Aku di rawat di rumah sakit kak"

"Hahaha... Kau pikir kau bisa membohongiku begitu saja? Dasar bodoh!"

"Tapi aku jujur kak. Aku.. Aww" Lagi lagi Renata hanya bisa meringis menahan sakitnya tekanan tangan sang suami di lehernya.

"Kau pasti sedang bingung karena kau baru saja di pecat dari pekerjaanmu. Dan kau memilih beralih profesi menjadi penghibur untuk manajermu itu kan?"

"Sakit kak. Tolong lepaskan aku"

"Berapa tarifmu dalam satu malam? Seratus? Dua ratus? Atau satu juta? Berapa Jalang sialan?"

"STOP!" Renata mengumpulkan seluruh tenaganya. Sekuat mungkin ia menarik tangan Radika hingga mampu terlepas dari cengkraman keras itu.

"Ya, aku memang jadi penghibur. Aku melayani banyak laki laki diluaran sana. Aku haus belaian. Aku haus uang. Aku haus semuanya. Lalu apa bedanya dengan kamu? Kamu selalu mendatangkan wanita penghibur untuk menghibur malammu. Untuk menuntaskan hasratmu. Untuk menghangatkan ranjangmu. Bukankah kita adalah pasangan suami istri yang sangat serasi? Iya kan kak? Kita ini serasi kan? Istri seorang penghibur, dan Suami seorang pemakai jasa penghibur. Sangat cocok kan?"

Plak

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi sebelah kanan Renata. Dan karena saking kerasnya tamparan itu akhirnya membuat sudut bibir Renata mengeluarkan darah segar.

Tak ada kata yang keluar dari bibir Renata. Karena baginya akan sangat percuma jika melawan manusia egois dan keras kepala seperti Radika. Satu patah kata pun tak akan pernah di percaya oleh laki laki kejam itu.

Tetap Diam. Namun sebuah lelehan air mata yang terus mengalir mampu mewakili betapa sakitnya hati Renata saat ini.

"Dasar wanita jalang! Berani sekali kamu melawanku"

"Aw" Renata semakin merintih kesakitan saat rambutnya di tarik paksa ke belakang hingga membuatnya wajahnya kian mendongak keatas.

Dan dengan tak tahu malunya, Radika malah menempelkan bibirnya pada bibir tipis Renata. Dia bahkan menyesap darah segar yang masih menempel di bibir istrinya tersebut.

Renata tak mampu melawan. Ia hanya pasrah saat di perlakukan kejam oleh suaminya seperti sekarang ini.

Sementara Radika, ia terus meluma* bibir lembut Renata. Lumatan yang semakin lama dirasa semakin menuntut. Namun karena tak ada balasan dari sang lawan membuat Radika terpaksa mengakhiri kecupannya.

Saat dirasa Renata hanya diam dan pasrah, entah mengapa hal ini justru membuat Radika semakin emosi. Ia merasa sedang mendapatkan penolakan halus dari wanita culun ini. Dan Radika sangat tidak suka jika dirinya di tolak oleh siapapun.

Darah yang kian berdesir dan amarah yang kian memuncak membuat tangan yang semula lemas kini jadi mengepal kaku dan mengeras.

Tanpa di duga, tangan Radika sudah terangkat untuk menjambak rambut Renata dan menariknya keluar pintu.

Radika bahkan tak mempedulikan Renata yang menangis dan menjerit kesakitan karena rambutnya terus di tarik paksa persis seperti seekor binatang yang di larak oleh pemiliknya.

Setelah sampai di kamarnya, Radika segera menghempaskan kasar rambut Renata hingga tubuh yang masih lemah itu kian jatuh dan tersungkur ke lantai.

"Kakak mau apa?" Renata terus memundurkan tubuhnya. Ia semakin merasa takut saat Radika terus mendekatinya.

"Kenapa? Kenapa kamu terlihat ketakutan? Bukankah kamu sudah sering melayani para lelaki hidung belang? Lalu apa salahnya jika aku juga ingin mencoba jalang murahan sepertimu?" Lagi lagi Radika kembali mencengkeram dagu Renata.

"Tidak kak. Jangan lakukan itu. Aku minta maaf. Aku.."

Cup

Radika kembali mengecup bibir Renata. Kecupan itu bahkan berubah menjadi hisapan dan cecapan yang semakin ganas. Sepertinya Radika sudah tak bisa mengontrol nafsunya lagi.

Senjata tempur yang sudah berdiri sejak tadi seolah memaksa untuk segera dipuaskan.

Karena merasa tak tahan lagi dengan denyutan hebat yang tercipta dalam tubuhnya, Radika langsung membuka seluruh pakaiannya.

Dan tanpa rasa iba, Radika pun juga menyobek paksa pada pakaian yang di kenakan oleh Renata hingga tanpa tersisa satu helai benangpun.

Radika sempat melongo saat menatap tubuh ramping istrinya. Putih dan sangat mulus. Benar benar jauh dari apa yang ia pikir dan bayangkan.

Ya, Radika tak menyangka jika tubuh si jelek dan culun itu sangat indah dan menakjubkan. Membutnya serasa ingin segera menikmatinya.

Sementara Renata hanya bisa terisak sembari terus berusaha untuk menutupi tubuh dengan tangan kosongnya.

Melihat Renata menangis malah membuat adrenalin Radika semakin terpacu untuk menyiksa dan memberi wanita itu kenikmatan secara bersamaan.

Dengan tega, Radika memaksa Renata untuk memberikan kenikmatan pada samurainya lewat mulut. Persis seperti yang ia perintahkan pada para wanita penghibur itu.

Sialan

Radika terus menggerutu dalam hati karena Renata tak bisa melakukannya. Hingga ia pun memilih bergantian untuk mencicipi tubuh wanita yang tersaji di hadapannya ini.

Setiap jengkal tubuh Renata tak luput absen dari jamahan, belaian, dan hisapan Radika.

Aahhh

Satu desa*an akhirnya lolos dari bibir mungil Renata. Sepertinya Radika benar benar berhasil membuat Renata terbang melayang dengan permainani bibirnya.

Radika memejamkan mata. Ia sedang berperang melawan keinginan hatinya. Antara melanjutkan permainan atau menghentikan permainan yang badu saja akan dimulai.

Radika bingung dengan dirinya. Biasanya ia sanggup mengontrol diri meski dalam mode on. Namun entah mengapa untuk malam ini, ia seakan kehilangan kendali. Misi untuk tidak bersenggama dengan wanita lain seolah terpatahkan dengan adanya sosok Renata.

Hingga Radika pun memilih untuk melanjutkan permainannya.

Aaaa

Teriak Renata saat benteng pertahanan terakhirnya berhasil ditembus oleh pedang panjang milik seorang yang sudah halal untuk mendapatkannya.

Tes

Terasa darah segar keluar dari gua kenikmatannya. Sakit. Perih. Semua bercampur menjadi satu.

Renata terus menangis dalam diam. Bukan karena ia tak rela atau tak mau menyerahkan kehormatannya. Namun cara sang suami saat memintanya, membuat ia sakit hati karena tak dihargai sebagai seorang wanita berstatus istri.

Setelah selesai mendapatkan puncak kenikmatannya. Radika terkulai lemas. Ia memejamkan matanya dalam posisi terlentang. Tubuh yang belum terbalut apapun ia biarkan begitu saja tanpa rasa risih sedikitpun.

Sementara Renata memilih untuk segera menutup tubuhnya dengan selimut tebal dan beranjak dari ranjang besar saksi hilangnya sebuah kehormatan mahkota.

"Tunggu!"

.

.

Terpopuler

Comments

Retno Palupi

Retno Palupi

heleh bilang g akan sentuh, nyatanya ketagihan entar 😁😁😁

2024-05-11

1

宣宣

宣宣

dasar gila kamu Radika ...,.

2024-05-11

0

Dasar Si Dika ini😠 geram Sekali aku

2024-01-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!