"Maaf jika Tuan merasa diabaikan oleh saya. Tetapi bukan tanpa alasan saya bersikap seperti itu. Ucapan anda waktu itu masih saya ingat sampai sekarang, anda benar saya hanya pelayan dan tidak berhak ikut campur dengan hidup anda. Oleh karena itu saya ingin membatasi diri, saya akan bekerja sesuai dengan tugas saya." tutur Elena dan jelas Lian kecewa mendengarnya.
Suasana hening, Lian terlihat menyesali ucapannya. Mulutnya memang jahat.
"Maafkan saya El."
"Jangan minta maaf Tuan. Ingat, kita sudah damai. Dan saya senang anda mau mengobati kaki anda. Saya akan mendukung setiap prosesnya sampai anda bisa berjalan."
"El... Saya ingin kau berada di samping saya selama proses itu."
Huh, Elena hampir terlena mendengar kalimat itu.
"Kau yang membuat saya berubah dan saya ingin kau ikut dengan saya. Saya tidak yakin semangat saya masih sebesar ini di tengah proses itu. Saya ingin kau terus bersama saya agar kau selalu memberi semangat untuk saya. Apakah kau bersedia El?" raut wajah Lian penuh harap.
Elena tersentuh mendengarnya, bagaimana mungkin dia menolaknya.
"Saya bersedia Tuan."
Barulah Lian tersenyum lega, "Terima kasih Elena. Saya akan membalas kebaikanmu." ucapan Lian membuat Elena tersenyum tipis.
"Saya akan bicara dengan Mama dan Papa setelah ini. Pergilah istirahat." ujar Lian.
"Baik Tuan. Saya permisi."
Elena menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Gadis itu bersandar di balik pintu sambil memegang dadanya yang berdegub sepanjang ia berjalan.
"Ya Tuhan apa yang terjadi padaku." gadis itu masih terengah-engah. Ia meraup oksigen sebanyak-banyaknya lalu menghembuskannya.
Adalah hal yang mendebarkan baginya ketika Lian memegang tangannya sambil menatapnya begitu intens. Jujur saja, Elena menahan dirinya waktu itu.
"Sadarlah El. Tuan Lian sudah menikah dan dia masih cinta istrinya. Kau hanya pelayan, tidak pantas Tuan Lian." Elena bergumam. Ya, gadis itu hampir tidak bisa mengendalikan dirinya.
Lian memang tampan meski tidak sempurna. Dan Elena bukanlah sosok yang gila akan fisik dan kesempurnaan laki-laki. Selama ini dia menganggap Lian sebagai ladang uangnya. Namun, sejak Lian mulai menunjukkan banyak ekspresi padanya, Elena tidak bisa menahan hati untuk tidak terpesona pada pria itu. Dan sikapnya satu minggu ini adalah cara Elena agar ia tidak terlena lebih dalam lagi.
Tapi apa yang terjadi baru saja tidak bisa Elena hindari. Bahkan Lian memintanya untuk terus bersama pria itu. Apa yang akan ia lakukan. Semoga ia tidak melakukan hal yang tidak seharusnya.
Keinginan Lian untuk sembuh sudah sampai ke telinga Diana dan suaminya. Jelas mereka sangat bahagia mendengarnya. Diana memeluk putranya yang sudah menyampaikan keinginannya.
"Terima kasih sayang. Mama senang sekali." Diana sampai menangis haru, putranya benar-benar berubah.
Sinclair juga menepuk bahu putra bungsunya itu, "Anak Ayah yang satu ini sudah berubah rupanya. Ayah akan mencarikan dokter terbaik kalau perlu seluruh dokter dunia akan ayah datangkan untukmu."
"Thanks Pa."
"Tapi Ma, Lian ingin Elena bersamaku untuk semua proses pengobatan." pria itu mengutarakan permintaannya.
Diana dan Sinclair saling memandang, mengapa harus Elena. Padahal Lian memiliki mereka sebagai orang tua.
"Ma, Pa?" Lian menunggu.
"Mama masih ada Lian? Papa juga. Kenapa Elena?" Diana sudah tahu perasaan putranya, tapi dia ingin tahu perasaan putranya lebih dalam.
"Jangan salah sangka Ma. Kalian tahu Elena sudah membantuku sejauh ini. Aku takut menyerah di tengah jalan. Dan entah kenapa Elena selalu punya cara tersendiri untuk membuatku bangkit."
"Jadi bukan kami alasanmu untuk bangkit?" Sinclair menimpali sambil mengangkat alisnya.
Lian memejamkan matanya, dia serba salah saat ini, tapi dia tidak sadar kedua orangtuanya sedang mempermainkannya.
"Sudahlah Pa. Lian mau berobat saja sudah syukur. Lian, Mama dan Papa akan selalu mendukungmu. Lakukan apa yang kau mau. Kalau ingin bawa Elena ya bawa saja, nikahi kalau perlu." celetuk Diana.
"Ma..." Lian meninggikan suaranya yang mana mengundang tawa Dianandan suaminya.
"Pa, ngomong-ngomong Mama udah bicara dengan Lewi, dia bilang cukup tertarik dengan Elena. Jadi dia ingin bertemu Elena."
"Baguslah. Elena anak yang baik, Lewi pasti menyukainya." ucap Sinclair.
"Bukan cuma Lewi, Aska juga akan menyukainya. Kita harus menjadikan Elena sebagai anggota keluarga kita, sayang kalau kita melepasnya."
Keduanya bahkan tidak memedulikan putra mereka yang menyimak percakapan.
"Tapi jangan paksa Elena jika dia tidak bersedia. Biarkan dia menentukan pilihannya." ucap Sinclair.
"Papa benar. Tapi semoga saja Elena bersedia."
"Ma Pa, jangan menjodohkan Elena!" Lian mengambil alih percakapan.
Diana dan Sinclair menatapnya dengan heran, "Aku belum sembuh Ma. Kalau kalian menjodohkannya dengan Aksa, maka Elena tidak akan bisa menemaniku. Setidaknya tunggu sampai aku bisa berjalan." ucap pria itu.
"Tenang saja Lian. Elena milikmu sampai kau benar-benar sehat. Tante Lewi juga tidak akan bertemu Elena secara pribadi. Dia harus memastikan sendiri dengan caranya." tutur Diana.
Hari ini, Elena bersama Diana dan Sinclair sudah bersiap untuk membawa Lian check up ke rumah sakit. Sinclair mengemudi mobil dengan sang istri di sampingnya, sedangkan Lian dan Elena duduk di belakang.
"El, kau sudah punya pacar?" tanya Diana untuk mengisi keheningan.
Elena terkejut dengan pertanyaan itu, tidak biasanya Diana menanyakan hal pribadinya.
"Tidak Nyonya." jawab Elena.
"Susah pernah pacaran?"
"Tidak pernah Nyonya."
Lian menoleh pada Elena setelah mendengar jawabannya, ia tidak menyangka Elena belum pernah memiliki kekasih. Jujur saja, Lian mengakui kecantikan Elena. Meski jarang terpoles make up, wajah naturalnya juga bisa membuat laki-laki terpesona.
Begitu sampai di rumah sakit, Lian menjalani serentetan tes oleh dokter. Prosesnya berjalan cukup lama, Elena dan kedua majikannya menunggu di sofa di ruangan dokter.
Setelah hampir satu jam, Lian muncul dari rungan pemeriksaan bersama dengan dokter. Diana mencium tangan Lian, selama menunggu ada harapan besar yang dia lantunkan dalam doanya.
"Dokter, bagaimana apakah putra saya masih punya harapan untuk bisa berjalan lagi?" tanya Sinclair.
Dokter menunjukkan hasil foto tulang kaki Lian. Tentu saja mereka berempat tidak mengerti maksud gambar itu.
"Hal ini sebenarnya sudah sangat terlambat. Harusnya pengobatan dilakukan segera mungkin setelah kecelakaan. Otot kaki Pak Lian sudah kaku, jadi sangat susah untuk sembuh dan perlu proses yang panjang." jelas dokter yang menangani Lian lima tahun lalu.
"Tidak apa-apa dok. Lakukan semua yang perlu dilakukan. Kami siap membayar dengan mahal." ucap Diana dengan yakin.
Dokter mengangguk, "Saya merekomendasikan teman saya untuk membantu Pak Lian. Namun beliau ada di Inggris, sudah banyak pasien seperti Pak Lian sembuh darinya. Pak Lian harus ke sana, karena ia sudah menetap di Inggris." jelas dokter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Monica
kenapa dengan kata "saya" ini ya thor...apakah bisa diganti dengan kata "aku"...supaya lbh enak dibaca
maaf jika lancang memberi saran🙏😊
2024-03-01
3
Maria lace W
waoooo keren ceritanya
2024-02-01
2