Lian menggunakan kain kasa untuk menghambat aliran dari Elena dengan cara membungkus jarinya selama beberapa detik. Setelahnya, ia menggunakan cairan alkohol untuk membersihkan darah yang sudah menggumpal. Ketika Lian mulai meneteskan obat merah, Elena meringis kesakitan.
Oleh sebab itu, Lian meniup jarinya. Elena mematung, ia menelan ludahnya dengan susah payah. Orang di depannya bukan seperti Lian yang ia kenal. Pria dingin yang irit bicara ini ternyata memiliki sisi yang tidak terduga.
Di tengah khayalan Elena yang sedang mengagumi tuannya, Lian sudah selesai membungkus jarinya dengan plester. "Sudah selesai. Lain kali hati-hati." ucap Lian membuat Elena sadar dari lamunannya. Andai saja Lian tahu penyebab jarinya terkena pisau adalah dirinya.
Jujur saja, Elena mengagumi ketampanan Lian dibalik kecacatan pria itu. Meski lumpuh, pasti masih ada wanita di luar sana yang mau menjadi pendamping hidupnya.
Gadis itu mengangguk, "Terima kasih banyak Tuan. Apakah anda masih mau buahnya, akan saya kupas dengan hati-hati."
"Tidak usah." tolak Lian. "Aku bisa melakukannya sendiri."
"Baiklah Tuan, kalau begitu saya pergi dulu." pamitnya.
"Tunggu."
"Iya Tuan?"
Lian diam sejenak, lalu menatap Elena. "Sikapku waktu itu, saya minta maaf." ucap Lian.
Elena tidak menyangka kalimat itu akan terucap dari bibir pria itu. Padahal ia sudah melupakan kejadian itu.
"Saat itu sata juga salah Tuan. Saya terlalu lancang menilai kehidupan Anda. Saya pantas mendapatkannya." ucap Elena.
Lian menatapnya semakin lekat membuat Elena semakin canggung, "Saya sudah bersikap kasar padamu dan membuat kakimu terluka. Harusnya saya tidak melakukannya."
"Tidak apa-apa Tuan. Lagi pula kaki saya sudah sembuh. Tidak usah dipikirkan Tuan." ucapnya sambil tertawa sumbang.
Tanpa sadar Lian tersenyum, pria itu merasa lega setelah satu minggu memendam perasaan bersalah pada perawatnya tersebut.
Dan sejak itu, hubungan Lian dan Elena tidak seburuk sebelumnya. Lian juga sudah mengurangi sikap dinginnya pada Elena. Tetapi meski begitu, masih ada batasan-batasan yang harus Elena patuhi.
Hubungan keduanya tentu saja menarik perhatian Diana dan Sinclair. Baru kali ini mereka mendapat perawat yang cocok dengan Lian. Dan mereka senang akan hal itu.
Sudah hampir menyentuh bulan ketiga Elena bekerja di rumah itu. Dan pekerjaan Elena tidak sesulit saat pertama kali.
Siang itu, saat Elena mengantar makan siang Lian, gadis itu diminta untuk menemani Lian makan. Lian menyantap makan siangnya di balkon dengan Elena yang duduk di depannya.
"Tuan Lian, saya ingin mengatakan sesuatu." ucapnya setelah Lian selesai makan.
"Katakan!" ucap Lian.
"Tapi anda jangan tersinggung, ini hanya pendapatku saja." ujarnya.
Lian mengangkat alisnya, memberi isyarat agar Elena mengatakannya.
"Sejak saya bekerja di sini, anda tidak pernah sekali pun keluar dari rumah, dan Bu Diana juga mengatakan kalau anda belum pernah keluar rumah hampir tiga tahun ini. Jadi, saya pikir ada baiknya Tuan Lian melihat dunia luar. Berada di dalam rumah dalam jangka waktu lama akan membuat otak kita stres." ucap Elena dengan hati-hati agar Lian tidak salah sangka.
"Maksudmu saya stres?" simpul Lian.
"Bukan begitu Tuan. Maksud saya, jika anda keluar mungkin saja ada sesuatu yang membuat hati anda tergugah akan suatu hal." Elena sangat susah menjelaskannya.
"Saya tahu maksudmu, tapi sepertinya saya tidak bisa." belum juga apa-apa Elena sudah mendapat penolakan.
"Apakah anda tidak mau mencobanya sekali saja? Apakah anda tidak ingin keluar dari zona nyaman anda? Siapa tahu anda akan menemukan kebahagiaan anda di luar sana." ucapnya.
"Tuan, percaya padaku. Aku akan selalu di sampingmu jika terjadi sesuatu yang kau takutkan."
Keduanya saling bertukar pandang, Elena meyakinkan Lian dengan pandangan mata yang tulus. Dan sialnya, Lian luluh akan mata bulat yang polos itu. Lian tersenyum tipis, ia tidak menyangka hatinya menjadi hangat hanya karena ucapan anak kecil ini.
"Bagaimana Tuan, anda mau kan?" Elena penuh harap.
Ketika Lian menganggukkan kepalanya, Elena tersenyum lebar, "Yes." serunya.
Selepas percakapan itu, Diana yang mendengar berita itu sangat senang. "Terima kasih Elena, saya tidak menyangka kau bisa mengubah Lian. Kalau kau masih sabar merawatnya, mungkin saja Lian akan memiliki semangat yang baru." ucap Diana.
"Semoga saja Bu. Saya akan melakukan yang terbaik untuk Tuan Lian." ucap Elena.
Diana tertawa senang, "Beruntung sekali saya bertemu denganmu."
Keesokan harinya, sesuai dengan rencana Elena akan membawa Lian keluar untuk yang pertama kalinya. Hari ini Elena memakai gaun selutut yang diberikan oleh Diana tadi malam. Gadis itu terlihat segar dan berbeda dari sebelumnya.
Setelah dia siap, Elena menuju kamar Lian untuk membantunya bersiap-siap. Ketika sampai di kamar, Lian masih bersandar di tempat tidur sambil membaca buku. Mungkin karena penampilannya sedikit berbeda dari biasanya, Lian menunjukkan ekspresi berbeda saat melihatnya.
"Selamat pagi Tuan. Anda sudah siap untuk hari ini?" ucapnya dengan senyum secerah matahari. Lian mengangguk dengan senyum tipis di bibirnya.
Elena kemudian membantu Lian naik ke kursi roda dan membawanya untuk main. Hari ini, Elena memilih pakaian semi formal untuk Lian pakai.
"Ternyata anda semakin tampan kalau memakai pakaian seperti ini." puji Elena setelah Lian sudah rapi.
"Kalau begitu, kita berangkat."
Keduanya menuju lantai satu. Di halaman rumah, Diana menunggu mereka bersama supir.
"Jaga Lian dengan baik ya El." pesan Diana.
"Baik Bu."
Diana mencium pipi Lian, "Terima kasih sayang. Mama senang melihatmu mulai membuka hatimu."
Lian tidak menjawab, tapi pria itu senang melihat ibunya tersenyum. Setelah Lian duduk dengan nyaman di mobil, supir keluarga mulai melajukan mobil.
Dalam perjalanan, Lian memperhatikan jalanan kota dengan perasaan yang tidak bisa dia artikan. Bertahun-tahun ia mengurung diri di dalam rumah telah membuat pikirannya tidak berkembang.
Elena tersenyum di setiap perubahan ekspresi Lian.
"Tuan, menyenangkan bukan?"
Liana menoleh dan menganggukkan kepalanya.
Hampir satu jam perjalanan, akhirnya mereka susah sampai di tempat tujuan.
Elena membawa Lian ke sebuah panti asuhan yang ada di kota itu. "Kau membawaku ke sini?"
Elena mengangguk, "Di sini anda tidak akan merasa diasingkan. Ada banyak cinta dan kerinduan di tempat ini. Saya ingin anda merasakannya juga."
Jujur saja, ini kali pertama Lian datang ke tempat seperti ini.
Saat mereka masuk ke pekarangan panti, ibu panti menghampir mereka. Elena sudah kenal dengan ibu panti karena waktu sekolah dia sering mengikuti kegiatan sosial.
"Selamat datang Elena, Pak Lian." sapa wanita paruh baya itu.
Lian sedikit kaget karena wanita itu mengetahui dirinya.
"Bu, anak-anak sedang apa?"
"Mereka lagi menerima bimbingan dari relawan, mungkin kalian bisa bergabung." ucap ibu panti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments