Elena dengan cepat bangkit, tidak ingin Lian berpikir buruk tentangnya. "Maaf Tuan, saya hanya ingin memindahkan ini agar tidak tertimpa oleh Anda. Tadi alarmnya berbunyi makanya saya datang. Mungkin anda tidak sengaja menekannya saat sedang tidur." Elena bicara dengan cepat menjelaskan apa yang terjadi.
Lian yang kemarahannya sudah di ubun-ubun kini mereda. Pria itu sadar kesalahannya yang meletakkan tombol alarm dengan sembarangan.
"Pergilah." ucap pria itu.
Terdengar tidak biasa didengar, seperti ada penyesalan dalam nada bicaranya.
"Baik Tuan." Elena segera pergi dari sana.
Selama satu bulan ini, sikap Lian masih belum berubah padanya. Dingin dan irit dalam bicara. Elena tidak pernah mendengar pria itu bicara lebih dari dua kata.
Pergi, ambil itu, ada apa. Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutnya setiap harinya. Sepertinya istrinya telah berhasil membunuh keceriaan pria ini.
Sebenarnya Elena bukan termasuk orang yang sabar. Dia akan melawan ketika ditindas. Namun kali ini ia tidak bisa melawan. Ia sangat butuh uang dari keluarga ini untuk kelangsungan hidup keluarganya.
"Gadis itu bertahan sampai sekarang?" tanya Sinclair pada Diana. Sama seperti yang lain, Sinclair juga terkejut mendengar ada pengasuh yg bertahan lebih dari satu minggu.
"Iya. Padahal awalnya aku ragu padanya. Ternyata dia sangat gigih." jelas Diana.
"Baguslah. Berikan upah yang besar padanya, itu adalah prestasi bisa bertahan dari tempramental putra kita. Hari-harinya pasti sulit." tutur Sinclair.
"Aku sudah melihat latar belakangnya. Sepertinya dia sangat terobsesi dengan uang. Karena itu aku memberikannya lebih dari yang kita tawarkan, agar dia bertahan."
"Lakukan apa yang kau mau sayang. Kau pasti sudah lelah dengan ini semua."
"Tidak. Aku tidak akan lelah untuk Lian. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Edyth?"
Sinclair menarik bibirnya sinis, "Selama ini kita salah menyimpulkan kepergiannya. Kita pikir dia terpukul dengan apa yang terjadi pada Lian. Leon menemukannya di Amerika. Dia sudah menikah dengan pria asing dan memiliki anak. Mereka bahkan sudah berhubungan tepat sehari setelah dia sembuh setelah kecelakaan." tutur Sinclair.
Manik Diana berkaca-kaca. Ia pikir Edyth, yang masih dianggapnya sebagai menantu ternyata mengkhianati putranya. Ternyata mereka terlalu naif selama ini.
Hari ini Elena mengantar sarapan Lian seperti biasa. Di dalam kamar ia menemukan sebuah kertas berisi pesan dari Lian. Pria itu berpesan agar tidak masuk ke dalam kamar selama satu hari ini. Elena menelusuri kamar, tapi tidak ada orang di sana.
Elena memutuskan keluar dan mencari Maria, teman bicaranya selama di rumah ini. Terkadang ia juga membantu Ernie di dapur, tetapi tidak banyak yang bisa ia lakukan di dapur.
Ia mencari Maria, tapi wanita itu tidak menampakkan batang hidungnya. Begitu juga dengan Ernie, mereka menghilang bak ditelan bumi.
Akhirnya Elena memilih masuk ke dalam kamarnya. Meski sebenarnya ia sangat bosan. Pekerjaannya tidak terlalu banyak di rumah ini, tugasnya hanya memberi Lian makan dan memandikannya sesuai dengan jadwal. Tapi tetap saja bagi Elena sulit, karena Lian sangat dingin dan tempramental. Elena harus bisa memahami pria itu.
"Bu Ernie dan Maria kemana ya. Apa mungkin mereka ke pasar?" gumam Elena. Akan menyenangkan kalau mereka bertiga berkumpul. Kedua wanita itu sangat baik padanya membuat Elena bertahan di rumah ini. Tidak lama kemudian, Elena tertidur tertidur.
Hingga dua jam tak terasa ia mengarungi mimpinya. Namun sayang mimpi indahnya hancur ketika Elena tiba-tiba terbangun setelah bunyi yang keras terdengar. Elena buru-buru keluar dari kamarnya.
Ia menuju sumber suara yang ternyata berasal dari lantai dua, tepatnya di kamar Lian. Suara barang-barang yang dilempar semakin jelas ketika Elena sampai di sana.
Harusnya Elena takut mendengar suara bising itu, tapi mendengar Lian menangis di dalam sana membuatnya penasaran. Dengan ragu ia membuka pintu kamar.
Ketika pintu terbuka, Elena membekap mulutnya. Keadaan kamar sangat berantakan. Semua barang hancur dan pecah. Dan yang menjadi fokus Elena adalah pria yang tengah meringkuk di tengah ruangan. Pria itu menangis pilu.
"Tuan Lian!" serunya dengan cemas.
Elena bergegas menghampiri pria itu. Ia berniat membantu pria itu bangkit. Namun apa yang dia dapat ketika ia hampir menyentuhnya, Lian menepisnya.
"Apa yang kau lakukan di sini. Bukankah sudah kubilang jangan berani masuk ke kamarku!" sentak Lian dengan nada keras.
Elena seketika menjadi ciut, sebab ia belum pernah dibentak sebelummya. Lian mendorongnya hingga terpental ke lemari.
"Kau senang melihatku seperti ini kan! Aku pria lumpuh, aku tidak berguna! Edyth meninggalkanku karena aku lumpuh!" air mata pria itu berurai dengan deras.
Elena tidak menyangka akan mendengar Lian bicara sepanjang ini. Pria itu sangat menyedihkan saat ini. Sangat berbeda ketika ia melayangkan tatapan tajam padanya. Lian yang dingin seperti berubah dalam sekejap.
Lian terkekeh sinis, "Lihat tatapan kasihanmu itu. Heh. Aku begitu menyedihkan bukan? Kau mengasihaniku!" celoteh pria itu. Lian terisak, "Harusnya Edyth masih bersamaku sampai hari ini. Harusnya anak kami sudah besar hari ini. Tapi dia meninggalkanku...."
Tiba-tiba Lian menatap Elena, wajahnya terlihat sangay marah, "Jangan mengasihaniku! Aku tidak butuh kasihanmu." sentaknya.
"Aku tidak mengasihanimu!" tukas Elena. Ia bangkit dari lantai dan berdiri tepat di depan Lian yang bersimpuh.
"Untuk apa aku mengasihani orang sepertimu." ucapnya dengan angkuh. Sungguh Elena ingin mati, berani sekali dia bersikap seperti ini di depan manusia dingin itu.
Lian juga tidak menyangka Elena akan bersikap seperti itu padanya.
"Kau itu sangat bodoh Tuan. Harusnya kau bersyukur. Dengan kondisimu yang seperti ini, harusnya kau bisa melihat siapa yang benar-benar mencintaimu dengan tulus. Jika ia bertahan dengan kondisimu ini berarti dia tulus, dan jika dia pergi berarti..." Elena menaikkan sebelah alisnya. "Kau pasti tahu alasannya." lanjutnya.
Lian menajamkan pandangannya, "Berani sekali kau menilainya buruk. Kau tidak tahu siapa Edyth..."
"Memang aku tidak mengenalnya. Tapi setelah mendengar ceritamu, aku sudah tahu sifatnya." jawab Elena sarkas.
Ia melangkah untuk mengambil kursi roda. "Sudahlah Tuan. Berhenti memikirkan orang yang tidak memikirkanmu. Dan jalani sisa hidupmu dengan bahagia."
Tanpa izin, Elena menyelipkan tangannya di antara badan Lian, ia berniat membantu pria itu naik ke kursi roda.
Lian terkesiap, ia sangat marah karena Elena lancang menyentuhnya. "Jangan menyentuhku!"
Tapi Elena yang juga sama kerasnya tidak menghiraukan Lian. Ia dengan susah payah membantu Lian naik ke kursi roda.
"Sudahlah Tuan. Kau seperti anak-anak. Apa kau tidak malu?" ucapnya dengan nada mengejek.
Akhirnya Lian berhasil duduk dengan paksaan Elena. Elena bersimpuh di depan pria itu, menatapnya dengan lekat.
"Tuan, jangan membuang waktumu dengan sia-sia. Dan jangan menyesali orang yang sudah pergi. Harusnya kau melihat Tuan dan Nyonya. Orang yang tetap bertahan sampai saat ini adalah mereka. Mereka akan selalu ada untukmu sampai kapan pun. Kenapa? Itu karena mereka sangat mencintaimu." tutur Elena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
𝐈𝐬𝐭𝐲
good Elena...
2024-03-13
0
Sonia pramita
👍👍👍👍👍
2024-03-05
0
SRI HANDAYANI
memang orang keras kepala harus dihadapi dengan tegas namun tulus 👍👍👍
2024-03-05
6