Dari balik tirai, Elena bisa mengintip apa yang dilakukan pria itu. Meski dari belakang, pria itu makan dengan elegan. Tubuhnya nampak besar dan kekar, tapi sayang sekali tidak bisa berjalan. Itulah isi pikiran Elena sambil menunggu pria itu lengah agar ia bisa lari dari sini.
Pria itu sudah selesai makan. Dengan mandiri pria itu memutar kursi rodanya, sehingga Elena bisa melihat wajahnya dengan jelas. Elena mematung, matanya berseri ketika melihat wajah pria itu.
"Wow.." gumamnya. Benar-benar makhluk ciptaan Tuhan yang indah.
Pria itu menghadap ranjang king size miliknya. Ia bersiap akan membuka kaos longgar dari tubuhnya. Elena melebarkan matanya. Ini yang ia tunggu, sejak tadi ia penasaran bentuk tubuh di balik kain itu.
Saat pria itu mengangkat bajunya, Elena merasa tidak siap, membuatnya menutup matanya erat.
Srakk...
Namun apa yang terjadi!? Tirai yang menyembunyikannya dari pandangan pria itu terbuka lebar. Ketika Elena membuka mata, pria lumpuh itu ada di depannya. Elena melongo, keringat mengucur deras di keningnya. Berulang kali ia menelan liurnya. Tatapan tajam dan menusuk pria itu berhasil membuat lutut Elena gemetar.
"Kau siapa?!" Suaranya menusuk indra pendengaran Elena.
"Tuan. Sa..sa..saya pelayan baru Anda." berbicara pun Elena tidak sanggup.
Mata pria itu melotot. Elena mengerti tatapan itu. Sesuai isi buku harusnya ia tidak seharusnya di sini setelah mengantar makan malam.
"Maafkan saya Tuan. Sa..saya..." lagi-lagi Elena kesulitan bicara.
"Keluar!" ketika kata itu terucap, Elena segera melenggang pergi. Tidak lupa ia membawa nampan bekas makan Lian.
Keesokan harinya, Elena menghadap Diana, wanita pemilik rumah. Kejadian tadi malam ternyata sampai ke telinganya. Diana marah padanya. Tapi kali ini Elena mendapat kesempatan untuk tetap bekerja.
Di pagi hari, tugas Elena adalah membantu Lian membersihkan tubuhnya. Di dalam buku, Lian memiliki jadwal mandi. Pria itu tidak boleh sering mandi karena ada dampak bagi kesehatannya.
Seperti biasa, Elena langsung masuk ke dalam kamar. Elena masih takut menghadap pria itu. Beruntung Lian masih tidur di atas tempat tidurnya. Sebelum Lian bangun, Elena harus mengambil baju dari lemari.
Elena mengambil satu kaos, celana dan lengkap dengan dalamannya. Elena menarik nafas, ia tidak menyangka akan memegang celana dalam pria sangar itu.
Saat berbalik, ternyata pria itu sudah bangun dan bersandar di tempat tidur. Elena menunduk, berusaha menghindari kontak mata dengannya.
"Selamat pagi Tuan. Saya akan membantu Anda membersihkan diri." ucapnya.
Pria itu tidak menjawab dan Elena tetap menundukkan wajahnya. Cukup lama hening, Elena memberanikan diri mengangkat kepalanya. Lian menatapnya dengan dingin.
Elena membalas tatapannya, menunggu perintah selanjutnya. Tetapi Elena ingat, dia harus siap dan sigap. Dia harus tahu apa yang Lian inginkan tanpa perintah dari mulut.
Saat ini otaknya berpikir keras apa yang pria ini mau. Yang benar saja, jika ingin mandi maka ia harus membawanya ke kamar mandi. Tidak mungkin ia memandikan Lian di tempat tidurnya.
Dengan cepat, Elena mendorong kursi roda ke dekat tempat tidur. Sebab Lian tidak suka kontak fisik dengan orang asing, Elena hanya perlu menahan kursi roda dan membiarkan pria itu berpindah dengan susah payah.
Elena mendorong kursi roda ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi juga sudah tersedia kursi khusus untuknya mandi lebih mudah. Sehingga Elena hanya melakukan hal yang sama.
Selama Lian mandi, Elena tidak boleh keluar. Sesuai dengan buku panduan, ia harus berdiri membelakangi Lian dan menunggunya sampai selesai.
Elena tidak terbiasa dengan hal ini. Berada di tempat ini dengan pria telanjang tentu membuatnya was-was, meski mustahil pria lumpuh itu sanggup melakukan hal buruk padanya.
Setelah shower mati, tandanya Lian sudah selesai. Elena mengambil pakaiannya dan memberikan pada pria itu. Meski sudah dilarang, tetap saja matanya yang gatal mengambil kesempatan melirik tubuh liat pria itu. Namun sebelum itu terjadi, sorot mata Lian hampir menangkapnya. Setelah memberikan pakaiannya, Elena berbalik lagi.
Selesai mandi, lanjut Elena memberi pria itu makan. Berlanjut hingga malam hari, Elena lebih sering bertemu karena mengantar makanan pria itu. Jika tidak, ia akan menjadi pengangguran di rumah ini.
Elena memiliki alarm yang diberikan oleh Diana. Jika Lian membutuhkannya, alarm itu akan berbunyi. Menunggu panggilan dari Lian, Elena memutuskan membantu Maria mengerjakan tugasnya. Di rumah ini ada dua pelayan. Maria dan Ernie. Maria bertugas mengurus rumah sedangkan Ernie menjadi penguasa dapur.
Sembari membantu Maria, Elena mendapat banyak informasi tentang Lian. Lian adalah putra kedua dari pasangan Sinclair dan Diana. Lian mengalami kecelakaan maut lima tahun lalu dua jam setelah acara pemberkatan pernikahannya. Pasangan pengantin yang harusnya berbahagia di atas ranjang malam pertama, ternyata harus berakhir di atas brankar rumah sakit.
Malangnya, istri yang baru saja dinikahi meninggalkan Lian dua bulan setelah mengetahui kondisi Lian yang lumpuh total. Dan kemungkinan normal kembali hanya sepuluh persen. Wanita itu sama sekali tidak berharap pada sepuluh persen kemungkinan itu.
Tidak heran mengapa Lian seperti sekarang. Mengetahui bahwa akan lumpuh selamanya adalah pukulan yang berat baginya. Apalagi ditambah istrinya meninggalkannya setelah mengetahui hal tersebut.
Tidak terasa, sudah satu bulan Elena bekerja di rumah itu. Satu rumah itu cukup terkesan dengan kegigihan Elena dalam menghadapi sifat tempramen Lian. Karena pengasuh lain hanya bisa bertahan paling lama lima hari.
Tentu saja bukan hal mudah melewati setiap harinya. Setiap hari ada saja hal yang salah di mata Liam. Elena tidak tahan, bahkan ia berpikir untuk berhenti. Namun ketika Diana memberikan segepok uang padanya, Elena mengurungkan niatnya.
Di kamar, Elena menghitung gaji pertamanya. "Wah, banyak sekali. Kalau begini, enam bulan aku bekerja di sini sudah cukup. Tapi aku tidak tahan dengan tuan Lian itu." celoteh gadis itu.
Cukup lama Elena menulis rincian kemana uang ini akan ia gunakan. Tiba-tiba alarm miliknya berbunyi, pertanda Lian sedang membutuhkannya.
Elena bergegas memakai seragamnya dan bejalan cepat menuju kamar Lian. Begitu sampai di kamar Elena heran karena Lian masih tidur di ranjang.
Kalau Lian tidur, lalu siapa yang menekan alarmnya, benak Elena. Ia akhirnya memperhatikan pria itu. Ah, ternyata tombol alarm berada di bawah lengan Lian. Mungkin alarm tadi tidak sengaja Lian tekan saat tidur.
Elena berniat memindahkannya ke meja agar tidak ditekan lagi. Namun, saat tangannya menyebrangi tubuh pria itu, mata Lian terbuka.
"Mau apa kau!" suara dingin itu menusuk gendang telinganya.
Elena terkejut setengah mati, ia tidak bisa mengontrol tubuhnya hingga akhirnya ia tumbang di atas tubuh Lian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sonia pramita
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-03-05
0
Monica
Lian : Mau apa kau
Elena : Mau nyekek kamu🤣🤣
2024-03-01
6
Sky blue
Bawa pergi dalam imajinasi. ✨
2024-01-13
4