Lian mengetuk pahanya dengan jarinya. Ia menimang-nimang sambil melihat nomor Elena yang baru dikirim Mamanya. Lian memutuskan untuk menunggu Elena pulang, namun ia tidak sabar.
Sampai akhirnya, ia menekan tombol hijau. Ponselnya berdering, Elena sedang online saat ini. Tidak perlu lama, Elena mengangkatnya, gadis itu menyapa dari sana.
"Halo..."
Jarinya dengan cepat mematikan telepon tanpa menjawab Elena. Ia melempar ponselnya ke tempat tidur lalu memijit keningnya. Pria itu terlihat frustasi.
Sementara di rumahnya, Elena mengomel karena nomor tidak dikenal menghubunginya dan mematikannya begitu saja.
Beberapa saat kemudian, sebuah pesan masuk dari nomor tadi.
"Ini saya El. Maafkan atas sikapku waktu itu, tidak seharusnya saya mengatakan hal itu. Saya lepas kendali. Dan saya menyesalinya."
Setelah membacanya, Elena sudah tahu siapa pemilik nomornya. "Heh, sekarang baru sadar kesalahannya, beberapa hari ini kemana saja. Bilang saja anda merindukanku." gerutunya.
"Iya Tuan, saya tidak mengingat hal itu lagi. Lagi pula saya juga bersalah. Saya minta maaf karena sudah lancang. Kita berdamai Tuan."
Balas Elena, berharap percakapan mereka akan berakhir sampai disini.
"Ya, kita berdamai."
Elena hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya lagi. Tapi lima menit kemudian, pesan pria itu muncul.
"Kapan pulang?"
Elena terkekeh, "Benarkan, dia merindukanku. Tidak akan kubalas, biar saja." ia meletakkan ponselnya di meja lalu menyalakan TV di ruang tengah. Gadis itu memutar film kesukaannya yang sudah diikuti selama beberapa hari ini.
Satu jam berlalu, ponselnya berdering. Rupanya Lian menghubunginya lagi. Dengan terpaksa ia mengangkat teleponnya, "Awas saja kalau dimatikan lagi." gerutunya.
"Halo Tuan?" sapanya.
"Kau belum membalas pesanku." ujar pria itu.
Astaga, kekanakan sekali. Ternyata Lian menunggu balasannya. Elena menahan tawanya. "Maaf Tuan. Saya belum melihatnya karena sedang sibuk." ia terpaksa berbohong.
"Artinya saya mengganggu waktumu?" tanya pria itu.
Tentu saja, tapi ia tidak berani mengatakannya langsung.
"Tidak juga. Pekerjaan saya cukup santai."
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Lian.
Tidak mungkin dia mengatakan kesibukannya menonton drama di TV. Elena merutuk dalam hati karena Lian banyak bertanya. Jujur saja ia tidak nyaman bicara dengannya. Ucapan Lian tempo hari tentu saja masih terngiang-ngiang sampai sekarang.
"Membantu ibu memotong...." Elena buru-buru mematikan data selulernya sehingga panggilan terhambat. Dalam beberapa detik panggilan berakhir sendirinya tanpa perlu dia matikan.
"Huh, mengganggu saja."
"Siapa yang menelpon sampai membuatmu berbohong?" rupanya Alice mendengar Elena bicara di telepon.
"Itu Bu, majikan Elena yang menyebalkan. Dia sudah minta maaf atas sikapnya padaku."
"Baguslah kalau dia sadar."
"Paling juga nanti diulangi lagi. Kalau bukan karena tawaran Bu Diana, Elena tidak akan bekerja di sana." celoteh Elena.
"Kalau begitu keluar saja Nak. Jangan memaksakan dirimu. Bantu ibu saja mengerjakan pesanan."
"Tidak Bu, Elena tidak akan mendapat uang sebanyak itu di tempat lain. Lagi pula Tuan Lian tidak begitu setiap hari, pekerjaan Elena tidak terlalu berat." Elena menyesal telah mengatakan hal itu. Tentu saja Alice akan sedih jika dia juga menderita saat bekerja.
"Ya sudahlah. Kau sangat keras kepala. Tapi jika kau tidak tahan berhenti saja, jangan paksakan dirimu."
Elena mengangguk, "Baik Bu. Tenang saja, Elena bisa mengatasi ini semua."
Hampir dua minggu Elena di rumah orangtuanya, akhirnya ia kembali ke rumah majikannya.
Saat ia kembali, ternyata Ernie sedang sakit. Akhirnya Elena memutuskan mengambil alih memasak sarapan hari ini untuk Lian dan juga Diana dan Sinclair.
Setelah selesai menata makanan di meja makan dan nampan makan Lian, ia akan pergi mengantar sarapan ke kamar Lian.
"Elena, tidak usah mengantar sarapan Tuan." sela Maria membuat Elena terhenti.
"Kenapa?"
"Satu minggu ini Tuan Lian sudah makan di meja makan." jawab Maria.
"Benarkah?" Elena pikir Lian makan bersama di meja makan hanya untuk sekali, ternyata pria itu sudah terbiasa.
"Iya, kau hebat, karenamu Tuan Lian jadi lebih akrab dengan Bu Diana dan Pak Sinclair."
Elena tersenyum, dia menata kembali sarapan Lian di meja makan. "Ya sudah, kalau begitu aku akan menjemput Tuan Lian." ucap Elena.
Ia masuk ke dalam kamar Lian. Anehnya Lian masih berbaring di tempat tidur. Biasanya jam segini ia sudah bangun sambil membaca buku di ranjangnya.
"Tuan?" Elena mendekat. Gadis itu melihat wajah Lian sangat pucat, dia yakin Lian tidak baik-baik saja.
Elena mengecek suhu badan Lian, "Astaga, panas sekali." gadis itu panik.
Elena berniat memanggil dokter, tapi sebelum ia pergi Lian memegang tangannya, "Jangan pergi." Lian bergumam dengan mata tertutup.
"Tuan, anda panas sekali, biarkan saya panggilkan dokter." pekik Elena.
Elena berusaha melepaskan genggaman Lian, tapi pria itu malah menariknya hingga ia terjerembab di atas tubuh Lian. Kejadian ini adalah yang ketiga kalinya.
Lian merengkuh tubuh mungil gadis itu erat, membuat Elena dapat merasakan tubuhnya yang hangat. "Jangan pergi, saya membutuhkanmu." gumam Lian lagi. Entah pria itu sadar atau tidak, tetapi jantung Elena berdetak sangat kencang.
Lian masih gelisah dalam mimpinya, mulutnya bergumam tidak jelas. "Saya merindukanmu, kenapa pergi begitu lama."
Elena menelan salivanya, wajahnya memerah seperti cheri. Dia tidak menyangka Lian merindukannya selama seminggu ini.
"Edyth pulanglah, saya rindu..."
Sampai nama wanita lain terucap dari bibir pucat Lian, seketika Elena merasa terjatuh dari langit ke jurang. Sekuat tenaga ia menarik dirinya dari pelukan Lian. Entah kenapa gadis itu sangat kesal pada Lian.
Memangnya apa yang dia harapkan. Apakah dia mengharapkan Lian menyukainya. Lagi pula wanita itu adalah istrinya Lian, wajar jika Lian merindukannya dan dia tidak pantas marah akan hal itu.
Elena segera mengangkat pesawat telepon di atas nakas untuk menelepon dokter. Setelah itu dia memberitahukan Diana tentang kondisi Lian.
Elena duduk di samping Lian setelah ia mengompres kening pria itu dengan handuk basah. Lian sudah mulai tenang dan tidak mengigau lagi. Tapi bibirnya masih pucat dan badannya masih hangat.
"Dasar menyebalkan!" gumam Elena dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sonia pramita
🙄🙄🙄🙄
2024-03-05
0
Monica
diterbangkan setinggi langit lalu dihempaskan ke dasar jurang...huuufff...SAKIT🤧
2024-03-01
1