Jika bukan karena uang, Elena sudah pasti pergi dari rumah ini. Hanya itu alasan Elena bertaha di sini. Untuk beberapa hari ini, Elena tidak akan bekerja. Karena kakinya Diana dan suaminya tidak memperbolehkan Elena bekerja. Setelah kakinya sembuh baru ia akan bekerja.
Untuk sementara, pekerjaannya akan diambil alih oleh Maria. Maka dari itu, malam itu juga Diana pergi menyapa putranya.
"Lian." Diana mengambil tangan Lian dan menciumnya dengan hangat. Saat ini, Lian sedang duduk di balkon kamarnya.
"Kejadian hari ini bukan salah Elena. Kami lupa memberitahu Elena tentang hari ini." ucap Diana.
Lian tidak bergeming, tatapannya kosong yang mana membuat Diana sangat sedih. Andai saja malapetaka tidak menimpa putranya, pasti Lian sudah hidup bahagia dengan istri dan anak-anaknya.
"Untuk sementara, kau akan dirawat Maria. Elena masih trauma dengan kejadian hari ini. Dia masih ragu untuk tetap bertahan di rumah ini." setelah Diana mengatakan hal itu, barulah Lian menatapnya.
"Semoga Elena mau tetap bekerja. Jika tidak Mama tidak akan tahu mencari orang lain lagi. Dan jika nanti Elena masih mau bekerja, tolong bersikap lebih baik padanya."
Diana mencium kening Lian dengan hangat, "Mama pergi dulu."
Satu minggu ini, tugas Elena digantikan oleh Maria. Sementara, Elena menghabiskan waktunya di kamar ketika kakinya masih begitu sakit. Setelah sakitnya berkurang terkadang ia membantu Ernie dan Maria bekerja.
"Elena, kau hebat masih mau bertahan di sini." ucap Ernie ketika mereka di dapur sedang meracik bumbu makan malam.
Elena tersenyum tipis, jika bukan karena uang ia tidak akan ada di sini.
"Apa yang membuatmu bertahan?" tanya Ernie.
"Adikku sedang pendidikan militer, Bu Er. Biayanya sangat besar bagi keluargaku. Aku butuh uang untuk itu. Dan seperti yang kalian tahu, Bu Diana memberikan gaji yang besar untukku. Kalau bukan karena itu, mungkin aku sudah keluar sejak pertama kali kerja." Elena tertawa di akhir ucapannya.
"Hatimu sangat besar, alih-alih melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, kau malah bekerja keras untuk adikmu. Adikmu sangat beruntung punya kakak sepertimu, dia harus membalasmu di masa depan."
"Dia anak yang baik Bu Er. Ketika bertelepon dia selalu bilang akan membahagiakan kami."
"Baguslah. Semoga dia menjadi orang sukses."
Hampir satu minggu berlalu, kaki Elena tidak sakit lagi. Hanya tinggal bekas melepuh yang akan hilang seiring berjalannya waktu. Elena akan mulai bekerja.
Saat di dapur bersama Ernie dan Maria, Elena merasa gugup.
"Tidak usah takut El, Tuan tidak akan marah lagi." ucap Maria.
Elena tersenyum, "Aku membentak Tuan Lian hari itu"
"Benarkah." mereka sangat terkejut mendengar hal itu.
"Bagaimana bisa?"
Elena mengangkat bahunya, "Tidak tahu, aku geram melihatnya meratapi orang yang pergi meninggalkannya. Aku tidak tahan melihatnya menjadi laki-laki menyedihkan."
Bu Ernie dan Maria menggelengkan kepalanya, mereka tidak habis pikir seorang pengasuh berani membentak tuan mereka.
Elena kini berada di depan kamar Lian. Ia masih ragu untuk masuk ke dalam. Setelah perasaannya tenang, ia membuka pintu dan masuk ke kamar.
Di dalam kamar, matanya telah disuguhkan dengan pemandangan indah. Di sana Lian sedang bertelanjang dada yang memamerkan tubuh bagaian atasnya.
Meski lumpuh, tubuh Lian terlihat kekar dan memiliki otot. Kalau saja pria itu tidak lumpuh, tubuh pria itu pasti akan lebih kekar dan atletis.
Lian membelakanginya, sehingga Elena tidak ketahuan sedang menikmati pemandangan itu. Sebelum ketahuan, Elena meletakkan nampan di meja.
"Tuan Lian, saya membawa sarapan Anda." ucap Elena. Lian sudah memakai bajunya dan memutar kursi rodanya.
Elena memasang ekspresi seperti biasanya, seolah tidak terjadi apa-apa. Lian mendekat dan membalas tatapan Elena. Pria itu juga mengangguk. Hanya saja raut wajahnya tidak seseram terakhir mereka bertemu. Setelah itu Elena berniat pergi, seperti biasa dia tidak boleh berlama-lama di tempat ini.
Di lantai satu, Elena sedang membantu Maria membersihkan lemari hias milik Diana. Ada beberapa barang antik dan mahal yang harus dibersihkan dari debu, sehingga harus hati-hati ketika melakukannya.
Tapi, alarm Elena berbunyi, itu artinya Lian sedang membutuhkannya. Elena bergegas ke kamar Lian.
"Ada perlu apa Tuan?" tanya Elena dengan kepala menunduk. Saat itu Lian sedang berada di depan lemari yang terbuka.
"Saya mau mandi." ucap Lian.
Elena melebarkan matanya, dia lupa hari ini adalah jadwal Lian mandi. Harusnya dari tadi ia menyiapkan semuanya.
"Maafkan saya Tuan, saya lupa jadwal mandi anda." Elena bergegas memindahkan Lian dari depan lemari. Ia memilih pakaian yang akan Lian pakai. Sebuah kaos hitam longgar dan celana berbahan katun agar nyaman dipakai.
Setelahnya, Elena menyiapkan peralatan mandi pria itu di kamar mandi. Dan segala pergerakan gadis itu diawasi oleh Lian.
Setelah selesai membantu Lian mandi, Lian sedang berada di depan cermin yang baru diganti setelah pria itu menghancurkannya satu minggu yang lalu. Elena berada di belakangnya, menunggu sampai Lian selesai.
"Tuan, apakah saya sudah boleh pergi?" tanya Elena dengan hati-hati.
Lian tidak langsung menjawab, ia menatap Elena dari pantulan cermin.
"Bawakan buah yang ada kemari." ucap pria itu.
Gadis itu mengangguk, "Baik Tuan. Saya akan segera kembali."
Tidak lama kemudian Elena sudah kembali dengan beberapa macam buah di atas nampan, lengkap dengan pisau kupas.
"Ini Tuan. Apakah saya boleh mengupas apel untuk anda?" tanya Elena yang hanya dijawab dengan anggukan.
Saat ini keduanya sudah ada di balkon, Elena mengupas apel sambil berdiri. Padahal ada kursi di sana, tapi dia takut untuk duduk di sana, sehingga membuat suasana menjadi canggung.
"Duduklah di sana. Kakimu akan patah kalau kau berdiri sambil mengupas." sarkas Lian.
Elena tersenyum canggung, sambil mengambil tempat di samping Lian. Gadis itu gugup berada di sekitar pria itu. Padahal Lian sedang memandangi pemandangan dari atas balkon, tetapi jantung Elena berdebar kencang.
"Ini tuan, silahkan." Elena menyodorkan buah apel yang telah dipotong pada Lian.
Elena merasa buah itu tidak cukup, ia mulai mengupas buah pir. Sementara itu, Lian mulai memakan apel yang dia berikan. Pria itu terlihat elegan bahkan saat makan. Pandangan Elena tidak lepas dari pria itu membuatnya tidak sadar telah mengiris kulit jari telunjuknya.
"Astaga." Elena memekik saat melihat darah segar mengucur dari jarinya.
Lian menoleh dan juga terkejut melihat jarinya. "Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja." Elena takut melihat wajah Lian menjadi suram karena keteledorannya.
"Tunggu di sini!" ucap Lian tegas. Pria itu memutar kursi rodanya masuk ke dalam kamar. Saat kembali ia membawa kotak obat.
"Berikan tanganmu." meski wajahnya sangar, Lian menunjukkan rasa pedulinya pada Elena.
Elena ragu melakukannya, tetapi Lian sudah lebih dulu menarik tangannya lalu membersihkan darah dari jarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
SRI HANDAYANI
witing tresno jalaran soko kulino...❤❤❤
2024-03-05
2
Monica
inikah...tanda tanda nya🤭🤭
2024-03-01
0
PR0_GGRAM3D
Terperangkap dalam cerita 😱
2024-01-16
3