Mobil yang di kendarai Fatir pun sudah tiba di kantor. Dengan santai Fatir memarkirkan mobilnya.
"Papa duluan, Fatir jangan lupa siapkan proposalnya. Nanti kita akan ada rapat sama Om Januar" ucap Pak Rudi.
"Iya pa, semua udah beres kok. Papa tenang aja" yakin Fatir.
Keduanya pun berpisah dan segera memasuki ruangan mereka masing masing. Beberapa tumpuk berkas sudah menanti untuk di kerjakan, Fatir mulai fokus pada layar komputer. Membereskan pekerjaannya yang sempat terbengkalai, akibat dia tak masuk kerja.
Tok tok tok..
"Permisi, Pak" sekertaris Rio mengetuk pelan ruangan Fatir.
"Ya Masuk saja"
"Maaf Pak, jadwal meeting dengan Pak Januar 30 menit lagi, di restaurant Raung" terang Sekertaris Rio.
"Iya, Terimakasih Rio. Tolong siapkan berkas berkasnya, kita berangkat sekarang." ucap Fatir.
"Baik, Pak" Dengan sigap Rio sudah memegang beberapa berkas, dan mereka segera berjalan ke luar.
"Fatir"
"Iya, Pa"
"Sudah siap semua"
"Sudah pa"
Pak Rudi dan Fatir bertemu di lobi kantor, setelah saling sapa mereka segera berangkat. Menuju ke restaurant Raung, sesuai janji temu mereka. Dengan Pak Januar dan juga Dafa. Yang merupakan suami dan anak dari Bu Santi.
"Selamat siang Mas Januar, Dafa" sapa Pak Rudi ketika mereka telah sampai bersamaan.
"Wah siang Rudi, bisa barengan gini ya, haha ayo ayo masuk" dengan ramah keduanya pun berjalan memasuki restaurant bersama.
"Weh Fatir, bengong aja lu, ayo masuk" sapa Dafa.
"Gue nungguin elu yang lemotnya gak ketulungan, jalan dah kayak keong" sengit Fatir.
"Dih sibuk banget lu, Rio lu kok betah punya bos kek begini" tengil Dafa.
"Lama lama gue kepret juga lu, ayo masuk" dengan tidak sabaran Fatir langsung menggeret Dafa masuk.
"Heh emang gua anak kucing lu bawa di tenteng begini, lepasin kerah baju gue oncom" kesal Dafa.
"Dasar bocah puber"
"Dih udah tua kayak bocah"
Aksi saling ledek kembali terjadi, antara dua pemuda yang sebenarnya sama sama sudah dewasa. Pak Rudi dan Pak Januar melihat itu hanya tersenyum, sambil geleng geleng kepala. Sejak kecil keduanya memang suka saling meledek, tapi sebenarnya mereka saling perduli. Layaknya adik dan kakak.
"Oke kita mulai meeting nya ya" ucapan Pak Rudi segera merubah suasana, sekarang mereka mulai serius dengan meeting. Sekertaris mereka segera membagikan berkah proposal, untuk masing masing.
Dengan serius, mereka memulai meeting tentang bisnis besar yang akan mereka jalani bersama. Dan berharap kerja sama ini akan menuai kesuksesan besar bagi keduanya tentunya.
******
Sementara di Butik baru Bu Aina.
"Jeng Santi ini bisa saja, nak Dafa kan tampan, baik, pekerja keras pasti banyak yang mengantri untuk jadi istrinya" ucap Bu Aina.
"Dafa itu agak sulit Jeng Na, kalau masalah pasangan. Saya aja sampek gedek ama dia, gak pernah pacaran dia itu gila kerja seperti papa nya. Hah saya kan jadi kawatir" keluh Bu Santi.
"Ya juga si, kalo di lihat nak Dafa belum pernah kelihatan dekat dengan perempuan. Ya mungkin belum ketemu yang klop kali Jeng Siska" terang Bu Aina.
"Entahlah Jeng Na, padahal umurnya sudah cukup. Saya pengen nimang cucu soalnya hahaha" Bu Santi pun tertawa lucu. Ya memang dia sangat mendambakan cucu.
"Gimana nak Reina ada temennya" tanya lanjut Bu Santi.
"Hehe maaf Tante Santi, aku ada si banyak temen cewek. Tapi, kebanyakan udah nikah. Beberapa juga sudah tunangan" jelas Reina.
Mendengar itu Bu Santi terlihat lesu. Namun sedetik kemudian ia kembali semangat, karena waktu pemotongan pita akan segera di mulai.
Di butik kini semua orang telah berkumpul dengan suka cita, di depan sebuah tali yang berpita. Ini adalah prosesi pemotongan pita, sebagai pertanda launching nya butik baru Bu Aina.
"Alhamdulillah, berkat kerja keras kita semua dan doa doa yang tak pernah putus. Hari ini kita akan melaunchingkan lagi satu butik baru, semoga berkah dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin" kata sambutan singkat dari Bu Aina.
"Sayang sini, ayo kita potong pita bersama sama" panggil Bu Aina pada sang menantu Reina.
"Iya, ma" Reina segera merapat ke arah Bu Aina, tangan keduanya kini sama sama memegang ujung gunting besar. Untuk memotong pita.
Suara tepuk tangan serta suka cita di rasakan.
"Alhamdulillah, butik ini nanti akan di pegang penuh oleh menantu saya Reina dengan di bantu Laras" jelas Bu Aina.
"Ayo silahkan semuanya bisa menikmati hidangan yang sudah di siapkan, juga melihat lihat beberapa koleksi butik baru kita. Terimakasih banyak sudah turut hadir memeriahkan launching butik Reina Collection" lanjut Bu Aina.
Acara hari ini berjalan dengan lancar, bahkan tamu tamu undangan, juga banyak orang orang yang mulai berdatangan. Membeli pakaian yang memang berkualitas di butik Reina.
"Sayang kenalkan ini Laras, yang akan menjadi sekertaris kamu di sini. Dia akan mengajarkan semuanya dan membantu kamu menjalankan bisnis butik" jelas Bu Aina.
"Salam kenal Bu Reina, nama saya Laras" ramah Laras.
"Salam kenal juga mbak Laras, mohon bantuannya ya" sapa balik Reina dengan ramah.
"Baik Bu Reina"
Mereka mulai di sibukkan dengan para pembeli dan rekan bisnis yang lainnya. Dengan senang Reina melayani pembeli dengan baik, sesuai arahan Laras. Bu Aina dan Bu Santi yang melihat itu merasa bangga pada Reina, yang cepat tanggap dan mudah mengerti.
"Aduh Jeng Na, nak Reina ini menantu idaman. Apa si rahasia Jeng Na bisa dapet menantu paket komplit begini." ucap Bu Santi.
"Mereka sebenarnya udah di jodohin Jeng Santi, inget gak sama sahabat saya dulu sekali, yang bantuin saya pas susah. Nah dengan anak mereka lah Fatir di jodohkan" jelas Bu Aina.
"Jeng Na, waktu itu yang gak ada kabar kan. Saya kan masih di Australia waktu itu, ber tahun tahun disana. Kalo saya tau pasti saya akan langsung pulang dan bantu Jeng Na" Bu Santi merasa sedih, dan menyesal kan saat mengingat kembali cerita Bu Aina.
Dia merasa kecolongan, karena tidak tahu sahabatnya sendiri sedang kesusahan. Tapi, memang waktu itu Bu Aina dan Pak Rudi menyembunyikan masalah ini. Sudah banyak bantuan yang di berikan oleh Bu Santi dan Pak Januar untuk mereka. Meski sebenarnya, ya mereka memang saling membantu satu sama lain.
"Orang tuanya nak Reina adalah orang yang sangat baik, lembut, dan penuh kasih sayang. Jadi tidak di ragukan lagi kalau nak Reina bisa sebaik ini. Apalagi sangat pintar memasak saya sampai berat badannya naik haha" terang Bu Aina tersenyum senang sambil memandangi sang menantu.
"Benar Jeng Na, beruntung sekali bisa mempunyai menantu seperti Nak Reina" sahut Bu Santi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments