"Mie memang tidak sehat si mbak, tapi aku hanya makan mie 2 bulan sekali dan ini jadwalnya aku makan mie" Reina memasang raut sedih.
"Nyonya Muda mau saya belikan ke supermarket" mendengar tawaran dari maid itu, seketika Reina sumringah kembali.
"Mbak ayo kita ke supermarket bersama, tunggu sebentar ya mbak" dengan sumringah Reina segera melesat kembali ke kamar untuk mengambil tasnya.
"Nyonya Muda semangat sekali" Maid itu tersenyum lucu melihat kepergian Reina.
"Ayo mbak aku sudah siap" Reina pun sudah berada di depan maid itu, tak menunggu waktu lama mereka pun segera berangkat.
Reina bersama maid menaiki taxi, untuk ke supermarket yang agak jauh dari kediaman mereka. Karena ya Reina tidak bisa mengendarai mobil, sopir di rumah itu juga sedang menyopiri mertuanya.
"Ayo mbak" Reina segera mengajak maid itu untuk turun, setelah ia membayar taxi.
Reina mulai berbelanja, hingga tanpa sadar keranjang belanjaannya penuh. Bersama maid ia masih mencoba mencari beberapa barang yang ia butuhkan, dengan memutari supermarket itu.
"Nyonya Muda keranjang belanjaannya sudah penuh, saya akan menyimpannya disana. Dan membawa yang baru" ucap Maid itu.
"Baik mbak, terimakasih" Reina tersenyum, ia kembali melihat lihat barang setelah maid pergi.
Tanpa sengaja ia melihat sang suami berada di supermarket yang sama, Reina tersenyum cerah. Dengan semangat ia segera mendekati Fatir. Tapi, langkahnya terhenti. Ketika tiba tiba, ada seorang wanita yang muncul, dan mulai bergelayut manja di lengan sang suami.
Melihat pemandangan seperti itu mata Reina mulai berembun, ia fikir hubungannya dengan sang suami mulai terjalin baik. Tapi, sekarang dia tau itu tidak lah penting. Karena Fatir masih mendambakan kekasihnya itu.
"Mas, aku istrimu" lirih Reina dengan setitik air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Reina segera berbalik pergi.
"Nyonya Muda" sapa Maid sambil membawakan keranjang belanja yang baru untuk Reina.
"Mbak, sepertinya cukup itu saja dulu, kita bayar di kasir dulu ya mbak. Terimakasih" Jelas Reina dengan raut wajah rumit dan terlihat cemas.
Tanpa banyak bertanya lagi, maid segera mengembalikan keranjang itu dan mengikuti Reina.
Barang belanjaan Reina lumayan banyak, jadi butuh waktu untuk menotal semuanya. Seiring dengan itu ternyata, Fatir dan wanita yang bersamanya pun telah selesai berbelanja, dan mulai mengantri di kasir.
Pandangan Reina dan Fatir bertemu, seketika keduanya terpaku diam seribu bahasa.
Reina segera memalingkan wajahnya, saat wanita di samping sang suami juga akan menoleh ke arah nya.
Maid yang bersama Reina pun terkejut bukan main, namun hanya bisa diam dan menunduk.
"Total semuanya 5.365.000 Kak" suara kasir membuyarkan lamunan Reina.
"Iya mbak" dengan segera Reina membuka tasnya, dan mengambil kartu kredit di dompetnya.
"Ini mbak"
"Tunggu sebentar ya kak... Ini kak terimakasih sudah berbelanja" dengan sopan kasir itu mengembalikan kartu kredit Reina.
"Sama sama, mari mbak" ucap Reina yang langsung berlalu pergi, bersama maid, dengan menenteng belanjaan.
Fatir yang melihat itu terus memperhatikan Reina, sampai istrinya tak terlihat lagi dari pandangannya, setelah menaiki sebuah taxi.
"Sayang, ngeliatin siapa si" tanya Vanya.
"Tidak sayang, itu aku fikir tadi orang yang ku kenal, ternyata bukan" elak Fatir.
"Oh gitu" Vanya kembali fokus dengan belanjaan mereka, setelahnya ia mulai mengeluarkan kartu kredit milik Fatir. Yang kini sudah menjadi miliknya, tentunya.
Didalam taxi Reina hanya diam terpaku melihat jalan, tak ada sepatah katapun yang ia ucapkan.
Maid yang melihat itu merasa iba dan simpati pada Reina, ia tau betul situasi tadi bukanlah hal yang mudah, tentu bagi Nyonya mudanya itu. Yang bahkan baru menikah beberapa hari, justru melihat suaminya bersama wanita lain.
"Nyonya Muda, anda baik baik saja" dengan sedikit ragu Maid bertanya sambil memegang bahu Reina.
"Iya mbak, aku baik baik saja" hanya senyuman tipis tanpa ekpresi berarti, setelahnya Reina kembali menatap jalan yang mereka lalui.
Akhirnya taxi itu berhenti tepat di depan gerbang rumah, Reina segera membayar dan turun, sambil menenteng barang belanjaannya.
Beberapa maid menyambut kedatangan mereka dan mulai membantu membawa barang belanjaan itu ke dalam.
"Nyonya Muda biar kami saja yang menatanya"
"Terimakasih ya mbak, untuk mie instant yang aku beli. Tolong sembunyikan saja di laci bawah." jelas Reina.
"Baik Nyonya Muda"
"Em, mbak. Aku minta tolong, jangan beritahu hal tadi pada siapapun ya. Anggap saja kita tak pernah bertemu mas Fatir" lirih Reina dengan tatapan rumit.
"Baik Nyonya Muda" maid hanya dapat mengangguk patuh.
"Terimakasih mbak"
Setelahnya Reina mulai memasak mie dengan telur, dengan irisan cabe rawit, yang tercium saja sudah pedas apalagi di makan.
Tak lupa dia juga membuat es teh manis, dan membawa air mineral ke ruang makan.
Reina mulai meletakkan ponselnya, sambil memutar drama yang ia gemari. Reina makan dengan nikmat, satu dua suapan mie dengan cabe rawit besar. Keringat membasahi wajahnya, juga air mata bercucuran. Tapi, Reina tetap memakan mie itu dengan lahap.
"Nyonya Muda apa anda baik baik saja, lebih baik anda berhenti makan. Tolong jangan sepeti ini Nyonya Muda." Maid mulai kawatir dengan keadaan Reina.
"Aku hanya kepedasaan mbak, aku menangis karena kepedasaan dan drama ini juga melow. Hanya itu" jelas Reina dengan mata berkaca kaca.
"Nyonya tolong berikan mangkuk itu pada saya, anda bisa sakit perut" Maid itu segera mengulurkan tanganya untuk mengambil mangkuk itu.
Reina hanya diam keringat bercampur air mata, membuat keadaanya terlihat sangat kalut. Setelah menghabiskan satu gelas es teh manis, dan satu botol air mineral dengan cepat. Reina segera ingin membawa perlengkapan makannya ke westafel untuk dia cuci. Namun maid mencegahnya dan berkata itu adalah tugasnya. Tanpa berkata lagi, Reina segera berlari menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar.
"Apa salah ku, kenapa harus seperti ini. Aku tidak sanggup, Bapak, Ibu" Reina menangis tersedu sedu di bawah pancuran air shower di kamar mandi.
Menangis sampai suaranya serak, bibir membiru dan buku tangannya memutih. Reina segera beranjak mandi, dan berganti baju. Dengan lemah ia merebahkan diri ke kasur.
Reina terbangun dan mendapati dirinya demam, ia hanya terlelap sebentar bahkan tidak ada setengah jam.
Wajah nya benar benar terlihat pucat dan lemah.
"Aku harus masak makan malam" lirih Reina. Dengan sisa sisa tenaga ia bangkit dari kasur, dan mulai keluar kamar menuju dapur.
"Nyonya Muda, anda sakit. Saya akan segera memanggilkan dokter keluarga" dengan cemas maid itu berkata, saat melihat Reina datang ke dapur dalam kondisi pucat dan lemah.
"Tidak, aku baik baik saja mbak. Tolong bantu aku masak ya" lirih Reina.
"Tapi Nyonya Muda anda terlihat...
"Aku baik baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments