Episode 18

Selama perjalanan Fatir hanya diam dan fokus ke jalan, tanpa melihat Vania yang tergeletak pingsan di kursi penumpang.

Setelah beberapa lama mengemudi, akhirnya mereka sampai di apartement tempat tinggal Vania.

Dengan segera Fatir memarkirkan mobilnya, lalu membopong Vania kembali ke kamar apartement nya.

Tepat di depan pintu apartement, Fatir segera memencet sandi. Sehingga pintu apartement itu terbuka, ia segera masuk dan membaringkan Vania di ranjang. Dengan segera Fatir bermaksut pergi dari kamar itu. Namun tangannya di tahan oleh Vania.

"Mas Fatir, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku" lirih Vania, yang kembali menangis.

"Aku tidak bisa tetap di sini, aku harus pergi. Kita sudah tidak memiliki hubungan apa apa Vania" tegas Fatir.

"Tidak mas, tidak" Vania semakin terisak isak, dengan segera ia bangun dan memeluk Fatir dari belakang.

"Sudah Vania lepaskan aku" Fatir berusaha melepaskan tangan Vania, yang tengah memeluknya dari belakang.

"Mas lihat aku mas, kamu masih mencintaiku kan mas. Aku adalah cinta pertamamu kamu sangat mencintaiku mas, kamu berjanji kita akan hidup bersama kan mas" Vania segera berada di depan Fatir, memegang kedua pipi Fatir dengan tatapan dalam.

"Vania aku sudah menikah, itu tidak mungkin terjadi. Kita tidak bisa bersama, lepaskan aku, tolong" mohon Fatir.

"Tidak mas, tidak" Vania menggelengkan kepalanya frustasi, tangisannya kian terisak isak.

"Aku harus pergi" tegas Fatir yang langsung berlalu keluar dari apartement itu.

"Massssss Fatirrr" teriak Vania, yang akhirnya merosot kebawah sambil menangis sesenggukan.

"Reina, beraninya kau merebut kekasihku. Sampai mas Fatir mencampakkan aku seperti ini, lihat saja aku pasti akan merebutnya kembali. Dan akan membalas kan dendam ini, lebih pedih dari pada apa yang aku rasakan sekarang" kilatan dendam terlihat di mata Vania yang tengah memandangi pintu, tangannya mengepal kuat.

"Aku harus benar benar memutus semua hubunganku dengan Vania, aku sekarang sudah menjadi seorang suami. Aku benar benar menyesal telah melakukan kecurangan ini pada Reina. Lebih baik Vania sakit hati sekarang, dan nanti segera mendapat laki laki yang baik. Lagi pula hubungan kami ini terlarang" Fatir menyetir mobilnya sambil bergumam menuju perusahaan.

Sesampainya di kantor, Fatir berjalan dan kembali bekerja seolah tak pernah terjadi apa apa.

Tak lupa Fatir segera memberi pesan singkat pada sang istri.

'Sayang bekalnya sudah mas makan, enak sekali, terimakasih ya sayang'

Dengan tersenyum senang Fatir mengirimkan pesan itu pada sang istri.

'Iya mas sama sama, syukurlah mas sudah makan bekalnya' balas Reina.

'Iya sayang. Sayang nanti malam om Januar, tante Santi, dan Dafa. Akan makan malam di rumah kita. Jika istriku tersayang ini lelah, sebaiknya biarkan maid di rumah kita yang memasak ya sayang. Kamu jangan cape cape' balas Fatir di obrolan chatting mereka.

'Tentu tidak apa mas, aku akan masak lebih banyak nanti. Aku tidak cape mas tidak perlu kawatir. Aku senang launching butik mama sukses mas, di sini ramai. Di sini juga ada Tante Santi' balas Reina.

'Terimakasih sayang, semangat ya. Tante Santi memang selalu datang saat mama launching butik baru' balas Fatir.

'Iya mas, mas juga semangat kerjanya" balas Reina.

'Iya sayang' balas Fatir. Obrolan via chatting mereka pun berhenti, dan kembali fokus pada pekerjaan.

Tak terasa hari sudah senja, akhirnya jam pulang kantor tiba. Semua karywan pun segera menyudahi pekerjaan mereka, untuk bersiap siap pulang ke rumah masing masing.

"Pa, ayo kita pulang" Fatir segera mengajak Pak Rudi untuk pulang, saat memasuki ruangan papa nya itu.

"Iya Fatir, tunggu sebentar" Pak Rudi segera membereskan berkas berkasnya, lalu beranjak dari kursi untuk segera pulang bersama Fatir.

Beruntung tadi dia sempat menghubungi sang istri, bahwa keluarga Pak Januar akan bertandang ke rumah mereka, untuk makan malam bersama.

"Tadi sore Papa sudah menghubungi mama, kalau keluarga om Januar akan makan malam di rumah kita" ucap Pak Rudi.

"Iya Pa, istriku yang akan memasakan makanan untuk mereka. Tadi sore aku juga sudah menghubunginya." terang Fatir.

"Iya itu bagus, masakan nak Reina memang enak. Dan tadi mama mu bilang butik mereka ramai sekali, alhamdulillah launchingnya sukses" jelas Pak Rudi.

"Alhamdulillah Pa" ucap Fatir.

Setelah beberapa lama akhirnya Fatir dan Pak Rudi sampai di rumah, yang langsung di sambut bau masakan yang menguar sedap.

"Bau masakannya saja seenak ini, apa lagi kalo kita makan" ucap Pak Rudi setelah memasuki rumah.

"Iya Pa, sedap sekali bau nya" sahut Fatir.

"Eh papa, Fatir. Sudah pulang to, ayo pada bebersih dulu masakannya bentar lagi mateng. Menantu mama ini the best kalo sudah masak." Bu Aina segera menyambut kepulangan keduanya. Reina sendiri masih berkutat di dapur menyelesaikan masakannya.

"Iya ma" balas keduanya dengan tersenyum senang, kemudian segera berlalu untuk membersihkan diri.

Makan malam pun akan segera di mulai, keluarga Pak Januar pun telah tiba di kediaman Pak Rudi.

"Selamat datang Mas Januar, mbak Santi, Dafa" sambut Pak Rudi.

"Wah terimakasih Rudi/ mas Rudi/ om Rudi" sahut ketiganya.

"Ayo mari masuk Mas Januar, Jeng Santi, nak Dafa" sambut Bu Aina.

"Mas Januar, Jeng Santi, nak Dafa. Kenalin ini menantu saya, nak Reina namanya" ucap Bu Aina.

"Salam kenal om, Dafa. Tante selamat datang" dengan sopan Reina menyalimi tangan Pak Januar dan Bu Santi.

"Salam kenal juga Reina. Cantik, pinter kamu cari istri Fatir" ucap Pak Januar.

"Hehe iya om" jawab Fatir.

Mereka pun segera duduk di kursi meja makan bersama sama.

"Wah masakannya kelihatannya enak banget ini" ucap Bu Santi.

"Iya Jeng Santi, menantu saya ini pinter banget masak" ucap Bu Aina.

"Ayo mari mas Januar, Santi, Dafa. Silahkan di makan" ucap Pak Rudi.

Mereka pun mulai makan dengan hikmat, tak lupa Reina mengambilkan makanan untuk sang suami. Hal itu di lihat oleh keluarga Pak Januar yang diam diam membatin,

'Beruntung lah Rudi dan Aina, mendapat menantu seperti ini. Fatir lebih beruntung mendapatkan istri seperti nak Reina'

"Masakannya benar benar lezat nak Reina. Pinter sekali kamu masaknya, wah kalo setiap hari di masakin kayak gini bahagia sekali. Ndak ada diet diet" Bu Santi memakan masakan Reina dengan sangat menikmati.

"Terimakasih Tante Santi" ucap Reina malu malu.

"Iya enak sekali ini, kalo nak Reina buka restaurant sudah pasti laris manis" ucap Pak Januar. Yang berhasil membuat mereka terkekeh.

Dafa bahkan tidak bisa berkata kata lagi, ia hanya terus makan dan makan.

"Daf, lu laper apa doyan" celetuk Fatir.

"Dua duanya, gue nambah yak hahaha" ucap Dafa sambil tertawa senang. Mereka pun tertawa di buatnya.

Suasana makan malam itu terlihat hangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!