Episode 9

"Aku baik baik saja, mbak tidak perlu kawatir, ayo kita mulai memasak untuk makan malam" Reina segera memulai mengolah masakannya, di bantu oleh beberapa maid.

Kepala Reina seakan berputar putar, perutnya melilit sakit, demamnya kian meninggi. Reina tetap melanjutkan memasak dengan fokus. Hingga tak berselang lama masakannya pun telah matang.

"Mbak, tolong tata kan makanan ini ya" pinta Reina.

"Baik Nyonya Muda"

"Mbak, tolong bantu aku berjalan ke kamar" pinta Reina pada maid yang selalu bersamanya itu.

"Baik Nyonya Muda" Maid segera memapah Reina kembali ke kamar atas.

"Mbak aku tidak akan turun untuk makan malam, tolong katakan pada mertua dan suamiku bahwa aku tertidur lebih dulu. Dan sudah makan ya" terang Reina.

"Nyonya Muda, saya buatkan bubur ya" tawar Maid itu dengan mata berkaca kaca.

"Aku baik baik saja, aku akan minum obat dan beristirahat mbak" Reina tersenyum tipis.

"Baik, kalo begitu saya permisi Nyonya Muda" pamit maid itu.

Reina segera meneguk 3 pil sekaligus dengan segelas air di nakas. Setelahnya Reina mulai merebahkan diri dan tertidur.

Deru mesin mobil terdengar di depan pintu utama rumah, Pak Rudi dan Bu Aina sudah kembali ke rumah di susul Fatir yang berada di belakang mobil mereka.

Mereka langsung menuju kamar masing masing untuk membersihkan diri. Saat masuk ke dalam kamar, Fatir mendapati istrinya tengah tertidur lelap.

"Dia menyiapkan perlengkapanku seperti biasa" Fatir melihat kamar mandi dan juga bajunya, semua telah di siapkan oleh sang istri. Ia merasa bersalah pada Reina karena harus melihat kejadian di supermarket.

Setelah membersihkan diri, Fatir keluar dan tetap melihat Reina berbaring di kasur. Mungkin dia kelelahan. Fatir turun kebawah sendirian, dan mendapati papa dan mamanya sudah berada di meja makan.

"Sayang mana nak Reina" tanya Bu Aina, saat melihat sang putra turun sendirian.

"Reina sudah tidur ma, mungkin dia lelah" terang Fatir.

"Iya mungkin dia kelelahan, biarkan nak Reina beristirahat" sahut Pak Rudi.

"Mbak" panggil Bu Aina, ke seorang maid yang memang terus bersama sang menantu. Seakan mengerti maid itu segera menjelaskan.

"Nyonya Muda tadi pagi berkebun Nyonya, lalu belanja di supermarket. Dan memasak makan malam. Nyonya Muda terlihat lelah jadi tidur duluan, Nyonya Muda juga sudah makan, Nyonya" jelas maid.

"Baiklah, terimakasih mbak" ucap Bu Aina.

Mereka bertiga pun makan malam dengan tenang, masakan Reina memang sangat enak dan pas di lidah mereka. Setelah makan malam, mereka memilih kembali ke kamar masing masing.

Fatir memasuki kamar, dan sama sekali tidak ada pergerakan dari Reina. Fatir mulai duduk di samping Reina yang terlelap.

Fatir asik dengan gawai miliknya, yang tengah berbalas pesan dengan kekasih hatinya, ya Vania.

'Sayang kamu jangan dekat dekat istrimu, aku gak suka ya. Kamu itu milik ku' pesan masuk dari Vania.

'Kamu tenang saja sayang, aku sama sekali tak menyentuh wanita itu' Fatir pun membalas pesan itu dengan cepat.

'Sayang aku merindukanmu, besok datanglah ke apartement lagi ya' pesan masuk dari Vania

'Baiklah sayang, besok aku akan kesana' balas Fatir.

'Aku mencintaimu' pesan masuk dari Vania.

'Aku juga mencintaimu' balas Fatir.

Cukup lama mereka berbalas pesan dengan romansa cinta, akhirnya selesai juga. Fatir menaruh gawainya di nakas. Dan segera membaringkan tubuhnya di sebelah Reina. Ia memandang Reina yang tengah tertidur lelap, terbersit rasa bersalah di hati Fatir pada sang istri. Tapi, apa mau di kata dia telah mencintai Vania terlebih dahulu. Hanya saja takdir mereka harus seperti ini.

"Maafkan aku, dek" lirih Fatir kemudian ia segera tidur dengan posisi membelakangi Reina.

Pagi pun menjelang, matahari mulai menghangat. Fatir terbangun dengan sendirinya, setelahnya ia mendapati Reina masih saja tertidur. Namun, wajahnya terlihat sangat pucat, dengan keringat sebiji jagung yang membasahi wajahnya.

"Reina, dek bangun dek. Astaga badan mu panas sekali, dek bangun, dek Reina" Fatir panik bukan main mendapati keadaan Reina yang seperti itu, tanpa fikir panjang ia langsung menggendong Reina turun kebawah. Dan hendak membawanya ke rumah sakit.

"Loh Fatir ada apa ini, kenapa nak Reina" Pak Rudi yang mendapati Fatir panik sambil menggendong Reina segera menghampiri dan bertanya.

"Pa Reina sakit, dia demam tinggi. Aku harus ke rumah sakit" setelah berkata seperti itu Fatir segera berlalu membawa Reina pergi dengan mobilnya, menuju rumah sakit terdekat, agar Reina cepat di tangani.

"Pa, ada apa" tanya Bu Aina.

"Nak Reina ma, dia sakit demam tinggi. Tadi Fatir buru buru bawa dia ke rumah sakit" jelas Pak Rudi.

"Apa, pa ayo cepat kita susul" dengan panik Bu Aina segera berlalu bersama Pak Rudi untuk menyusul Fatir dan Reina ke rumah sakit.

Fatir menyetir dengan kecepatan tinggi, ia takut terjadi hal buruk pada istrinya. Sekarang bahkan Fatir merasa sangat bersalah pada Reina.

"Sabar dek, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit" Fatir dengan fokus melihat kemudi, hingga tak berapa lama ia sampai di pelataran rumah sakit.

"Suster, suster, dokter. Tolong istri saya" teriak Fatir sambil menggendong Reina memasuki rumah sakit.

Dengan cepat, akhirnya mereka membawa Reina ke ruang UGD. Fatir menunggu di luar sambil harap harap cemas.

"Maaf Pak, mari mengurus pendataan terlebih dahulu" Suster memberi arahan pada Fatir.

"Ya" Fatir dengan cepat mengikuti suster itu dan mulai mengisi data diri sang istri. Juga mengurus administrasinya.

"Terimakasih Pak"

"Sama sama sus" Fatir segera berjalan kembali menuju ruang UGD.

"Fatir" panggil Bu Aina.

"Mama, Papa" Fatir segera menemui kedua orang tuanya.

"Di mana nak Reina" tanya Pak Rudi.

"Di ruang UGD pa" jelas Fatir.

"Ayo kita kesana"

Mereka bertiga segera berjalan menuju UGD rumah sakit, dan menunggu di sana dengan perasaan cemas.

Setelah Beberapa lama waktu berlalu, akhirnya pintu ruangan pun terbuka, dokter keluar bersama beberapa suster.

"Dokter bagaimana kondisi istri saya" tanya Fatir langsung.

"Beruntung Bapak, membawa istri bapak kesini jika sudah lewat sedikit, bisa berakibat fatal" jelas dokter.

"Memangnya anak saya sakit apa, dok" tanya Bu Aina dengan menangis kawatir.

"Pasien mengalami mag akut, lambungnya terluka, dan kondisinya drop. Di tambah demam tinggi, kami sudah menangani pasien dengan tindakan medis, dan masih tidak sadarkan diri, harus rawat inap ya Bu, Pak. Saya harap bapak dan ibu memperhatikan makanan yang di makan pasien dengan cermat." jelas dokter itu panjang lebar.

"Baik dok, terimakasih banyak" ucap mereka serempak.

"Sama sama, mari Pak, Bu" Dokter itu pun pamit pergi.

Reina pun di pindahkan dari ruang UGD, ke ruang rawat inap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!