Episode 5

Tanpa terasa mobil yang di kendarai oleh Fatir telah sampai di gerbang rumah yang megah. Reina di buat melongo melihat rumah megah itu, bahkan setelah memasuki gerbang rumah. Dia terkagum kagum dengan taman rumah yang indah, dengan bebungaan dan kolam ikan. Terlebih saat mobil mereka berhenti, tepat di depan pintu rumah yang besar juga kemegahan bangunan rumah yang bak istana.

"Kita sudah sampai, ayo nak Reina kita turun" ramah Bu Aina menyadarkan Reina dari ketakjubannya.

"I-iya Bu" Reina berucap dengan canggung, lalu mereka semua pun turun dari mobil itu.

"Selamat datang Tuan, Nyonya, Tuan Muda, dan Nyonya Muda. Di kediaman" ucap beberapa maid yang telah berbaris rapi menyambut kedatangan mereka.

Reina yang pertama kali melihat hal ini jadi bingung dan terlihat canggung.

"Terimakasih, ayo sayang ikut mama" Bu Aina segera menggandeng menantunya itu dan mengajaknya pergi terlebih dahulu. Di ikuti oleh dua maid di belakang mereka.

"Nah sayang ini kamar Fatir, yang akan menjadi kamar kamu juga" Bu Aina berkata setelah mereka memasuki kamar yang bernuansa biru laut itu.

"Iya Bu, eh Ma" Reina terlihat gugup. Bu Aina tersenyum sambil mengusap bahu Reina sayang.

"Bi tolong bereskan barang barang menantuku ya"

"Baik Nyonya"

"Sayang kamu pasti lelah, bebersihlah dulu ya, baru setelah itu beristirahat. Mama akan turun dulu ke bawah" ucap Bu Aina.

"Iya ma," jawab Reina, setelahnya Bu Aina pun berlalu keluar.

"Nyonya muda ingin mandi biar saya bantu siapkan" ucap salah satu maid.

"Ah tidak apa apa mbak, saya bisa sendiri terimakasih ya mbak" ramah Reina.

"Sudah menjadi tugas kami melayani Nyonya Muda" ramah maid itu.

Reina pun segera memasuki kamar mandi, dan memulai ritual mandinya. Meskipun Reina berasal dari desa, tapi peralatan mandi di sana hampir sama seperti di rumahnya hanya saja di sana lebih besar dan mewah.

Bapak telah merancang kediaman mereka dengan sebagus mungkin, sehingga Reina dan sang ibu merasa nyaman.

Jika mengingat kedua orang tuanya, air mata Reina tak dapat di bendung. Ia sangat merindukan keduanya, yang telah berpulang terlebih dahulu.

"Bapak, Ibu, semoga kalian bahagia di sana ya, Reina akan selalu doain bapak dan ibu" lirih Reina.

Setelah selesai mandi dan berganti baju, Reina mulai mencoba merebahkan tubuhnya di kasur king size milik sang suami. Namun, bagaimana pun dia mencoba terlelap, itu tetap sulit. Ini adalah tempat baru, jadi Reina butuh beradaptasi. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Reina memutuskan untuk keluar kamar.

"Rumah Mama, Papa, dan mas Fatir sangat besar. Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana lelahnya membersihkan rumah sebesar ini" guman Reina sambil meneliti bangunan dalam rumah megah mertuanya itu, bahkan barang barang di dalam nya terlihat sangat mahal.

"Nyonya Muda, ada yang bisa saya bantu" salah satu maid tiba tiba menghampiri Reina yang tengah asik berjalan sendiri sambil melihat lihat isi rumah.

"Em, tidak apa mbak, aku hanya ingin melihat lihat. Dimana Mama dan Papa" tanya Reina.

"Tuan dan Nyonya tadi pergi keluar, Nyonya Muda. Ada keperluan bisnis yang harus segera di urus, tadi Nyonya meminta saya melayani Nyonya Muda dengan baik, jika sudah terbangun" jelas Maid itu.

"Em, jadi Mama dan Papa sedang pergi untuk bisnis, mereka pasti lelah. Iya aku tidak bisa tidur mbak, kalo mas Fatir di mana mbak" tanya Reina lagi.

"Tuan Muda sedang ada di gazebo taman, Nyonya Muda" jawab Maid.

"Iya terimakasih mbak. Perkenalkan mbak namaku Reina, nama mbak siapa" Reina segera mengulurkan tangannya dengan ramah.

"Saya Maid Adel, Nyonya Muda" balas Maid Adel, dengan sopan menjabat tangan Reina.

"Mbak panggil aku Reina saja bagaimana, aku merasa aneh jika di panggil seperti itu" ungkap Reina.

"Maaf Nyonya Muda. Tapi, sudah menjadi aturannya seperti itu" ucap Maid Adel.

"Begitu ya, terimakasih mbak Adel. Kalo begitu aku mau ke mas Fatur saja." pamit Reina, yang di balas anggukan kepala sopan oleh Maid.

Reina mulai berjalan keluar, lalu menelusuri jalanan setapak papan kayu berbentuk kotak. Yang indah dengan pemandangan berbagai macam bunga, kolam ikan, juga pepohonan yang rindang.

"Sayang, kamu tenang saja aku cuman cinta dan sayangnya itu ke kamu. Aku kalo gak nurutin, Papa dan Mama bakal narik semua fasilitas yang aku punya, dan mengeluarkan aku dari daftar hak waris. Begini saja ya sayang, kamu bisa memakai kartu kredit mas itu sepuasnya, jangan ngambek lagi ya" Terlihat Fatir sedang berbicara melalui sambungan telfon, membelakangi Reina.

Reina yang mendengar itu semua, langsung berbalik badan dan segera pergi dari tempat itu.

Hingga sampai di belakang rumah megah yang berisi kolam renang, juga ada ayunan disana. Reina berhenti tepat di depan ayunan itu, ia duduk di sana sambil meneteskan air mata. Sakit sekali, ia merasa benar benar sesak.

"Bahkan hubungan ini di mulai dengan kebohongan, suamiku memiliki kekasih lain. Bapak, Ibu, apa yang harus Reina lakukan" isak Reina memandang lurus ke depan.

Kehidupan pernikahan seperti apa yang akan dia jalani. Jika sedari awal sang suami, bahkan sudah memiliki kekasih. Dia mulai memupuk rasa cinta dan kasih sayang untuk sang suami seusai ijab kabul yang telah di ucapkan. Tapi, justru harus mendengar kenyataan pait ini.

"Bapak, Reina selalu berharap mendapatkan suami seperti Bapak. Tapi,... Bagaimanapun Mas Fatir adalah suamiku, aku harus berbakti dan mengabdi padanya seperti mendiang Ibu pada Bapak kan. Reina gak tau apa bakal kuat Pak, Bu" dengan air mata bercucuran hati Reina terasa hancur.

"Aku gak boleh kayak gini, sebagi istri aku harus melayani suamiku dengan baik" Reina segera bangkit dan menghapus jejak jejak air mata di pipi nya.

Reina mulai berjalan memasuki rumah bersamaan dengan suaminya, Fatir.

"Mas, mas dari mana tadi aku cari cari mas" tanya Reina seolah ia tak tahu apa apa.

"Ada apa mencari ku"tanya balik Fatir dengan wajah datar.

"Aku ingin bertanya dan mengobrol dengan mas" Reina tersenyum pada sang suami yang terlihat acuh tak acuh.

"Ya baiklah" Fatir segera berjalan masuk ke dalam, di ikuti Reina di belakangnya yang menatap sendu punggung kekar sang suami.

"Bi tolong siap kan camilan dan minuman, aku akan berbincang dengan istriku di taman belakang" Fatir segera meminta salah satu Maid untuk menyiapkan camilan.

"Baik Tuan muda" ucap Maid itu, Fatir segera melangkah ke arah belakang di ikuti oleh Reina.

"Apa yang mau kamu bicarakan" tanya Fatir langsung setelah mereka duduk di gazebo taman belakang.

"Em, Mas apa makanan kesukaannya mas" tanya Reina dengan senyum sumringahnya.

"Aku suka semua jenis makanan, aku tidak pilih pilih makan, asal bukan batu saja" Fatir membalasnya dengan datar, dan sedikit ketus.

Terpopuler

Comments

Nur Ain

Nur Ain

jgn sombong keluarga awak kaya pun bkn dari Sono...dibantu tu keluarga isterii

2024-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!