Episode 13 (warning 18+)

Tidak sampai di situ, Fatir bahkan kini tengah asik bermain dengan dua benda kenyal milik Reina. Ini adalah yang pertama untuknya dan sang istri, jadi Fatir mulai bersemangat.

Sementara Reina hanya pasrah dengan tindakan sang suami, dia merasa kan sesuatu yang baru dalam dirinya. Bahkan Reina merasa ingin terus menerus di sentuh oleh sang suami.

"Ah,, mas Fatir" Reina mulai mengeluarkan kata kata racaunya, saat Fatir tengah memainkan dua benda kenyal miliknya. Tak lupa Fatir dengan gemas mulai melum*t nya secara bergantian, membuat sang empunya kelimpungan tak karuan.

Keduanya saling menyatu dengan ritme yang semakin lama semakin cepat, hingga derit ranjang mereka berbunyi. Fatir mulai menci*mi leher jenjang sang istri. Meninggalkan jejak ses*pan yang lumayan banyak.

"Ah, sayang, ah Reina. Sayang ah Reina.. Ahh" Fatir mulai meracau. keduanya menggapai surga dunia, nikmatnya penyatuan halal yang membawa pahala.

"Ahh masss Fatir, aku gak kuat ahh, ahh mau pipis masssss ahh.. " racau Reina saat ia merasa ingin segera buang air kecil.

"Tahan sayang ahh, ahh bareng aja ya... Ah sayang.. Ahh Reina" Fatir mulai mempercepat ritme pergerakan pinggulnya.

Terdengar des*han yang saling bersautan dari keduanya, hingga des*han panjang menandakan bahwa keduanya, telah mencapai pelepasannya masing masing.

Fatir pun dengan lemas, jatuh kepelukan Reina.

"Makasih ya sayang, maafkan mas" Fatir tersenyum hangat pada Reina, sambil mencium kening sang istri.

"Iya mas" Reina tersenyum bahagia.

Keduanya yang telah kelelahan itu pun, tertidur dengan posisi saling memeluk satu sama lain.

Bu Aina dan Pak Rudi pergi sedari pagi, tanpa ingin melihat wajah putra mereka, yang telah membuat mereka kecewa sekaligus kesal. Bu Aina juga sudah berpesan pada para Maid, untuk melayani semua keperluan Reina. Karena memang sang menantu belum pulih betul.

Tapi, justru malah telah di unboxing oleh Fatir. Para maid juga sedari tadi, tidak ada yang berani mengetuk kamar keduanya. Mengingat Fatir juga belum keluar kamar sampai hari menjelang siang.

"Eum,, mas Fatir" lirih Reina ketika dia telah membuka matanya, dan melihat wajah sang suami tepat berada di depannya.

Reina tersenyum bahagia akhirnya dia benar benar menjadi istri Fatir, dan di terima oleh suaminya. Mengingat kejadian pagi tadi membuat pipi Reina merona malu. Tak di sangka tiba tiba Fatir membuka matanya dan tersenyum lembut pada sang istri.

"Sayang sudah bangun, hem" dengan suara serak basahnya Fatir berkata, yang sukses membuat Reina malu, sampai menutup mukanya dengan tangan.

"Masss, ih" tak tinggal diam Fatir justru mencolek colek bahu sang istri gemas.

"Kenapa malu malu si sayang" Fatir terkekeh sembari memeluk Reina, membuat keduanya tersenyum satu sama lain.

"Aku mau membersihkan diri dulu, mas" dengan cepat Reina segera kabur ke arah kamar mandi, memakai kemeja Fatir yang memang kebesaran di badannya, Reina merasa sangat malu. Jika bisa menghilang dia akan menghilang saja, karena rasa malu nya itu.

Fatir yang melihat Reina seperti itu, tertawa lucu ternyata sang istri sungguh sangat menggemaskan. Setelah melihat Reina masuk ke dalam kamar mandi, Fatir mulai termenung. Berfikir bahwa selama ini ia salah.

Secinta cinta nya dia pada Vania, tetap istrinya adalah Reina dan bukan Vania. Sebagai laki laki dewasa, harusnya dia gentle bukan hanya memikirkan perasaan dirinya sendiri. Kalau dia serakah, itu sama saja dia menyakiti hati Reina juga Vania sekaligus.

Maka mulai hari ini, Fatir bertekad akan memutuskan hubungannya dengan Vania. Dan mencoba sebisa mungkin melupakan Vania, walaupun itu semua sulit. Reina lah istrinya yang lebih berhak mendapatkan cinta kasih, Fatir akan mulai mencoba mencintai Reina sekarang. Dia tak mau menjadi laki laki serakah, dan pengecut.

Selepas Reina keluar dari kamar mandi, Fatir segera mencoba menggoda sang istri lagi. Dengan memeluknya dari belakang sambil kembali merem*s dua benda kenyal milik Reina dengan gemas.

"Ihh mass nakal banget, mandi dulu sana" Reina tertawa geli mendapati Fatir yang mulai mengisenginya itu. Sedikit memukul tangan sang suami gemas.

"Haha iya sayang iya ini mau mandi" dengan tawa riang Fatir segera melipir ke kamar mandi.

Keduanya pun sudah selesai membersihkan diri. Fatih dan Reina segera turun ke bawah untuk sarapan, lebih tepatnya makan siang.

Pemandangan harmonis keduanya yang makan dengan tersenyum satu sama lain, juga Reina yang dengan telaten melayani sang suami. Membuat maid melongo, 'mereka benar benar romantis, padahal kemarin, ah sudahlah...' batin maid.

Setelah makan siang keduanya bergandengan tangan mesra, menuju gazebo taman belakang.

"Oiya sebentar, mas belum punya nomer telfon kamu lo sayang" Fatir berkata setelah mereka berdua duduk di gazebo, sambil mengambil handpone dari saku celananya.

"Ah iya, mas mau minta nomer aku" tanya Reina, lalu dengan segera mengambil handpone dari saku celananya juga.

"Iya sayang" Keduanya pun segera bertukar nomer handpone.

Mereka menyimpan nomer, dengan nama kontak, suamiku dan istriku. Dengan saling berpandang mesra, serasa dunia milik berdua, yang lain ngontrak.

"Sayang sini, mendekatlah sedikit, mas mau kasih tau kamu" dengan lembut Fatir berkata.

"Iya Mas" Reina pun menurut, ternyata Fatir tengah membuka pesannya dengan Vania. Sontak itu membuat Reina cemburu dan langsung berubah cemberut.

"Loh kok istri mas cemberut si, kenapa" menyadari sang istri memasang raut gondok, Fatir segera bertanya.

"Ngapain ngasih liat aku percakapan mas, sama pacar mas itu" dengan nada kesal Reina berbicara setengah merajuk.

"Lihat dulu sini, sayang" Fatir segera memeluk bahu sang istri.

"Mas akan memutuskan hubungan dengan Vania. Mas kasih liat kamu biar kamu tahu, dan gak ada yang di tutupi lagi. Mas merasa apa yang mas lakukan itu salah. Bagaimana pun, mas menyadari sekarang kamu adalah istriku. Jadi harusnya mas sudah sedari sebelum menikah memutuskan hubungan dengan Vania" jelas Fatir panjang lebar dengan menyesal, ia telah melakukan dosa terhadap sang istri, dan bukan suami yang baik.

"Benarkah mas, mas yakin akan memutuskan hubungan mas Fatir dengan Vania" tanya Reina dengan wajah terkejut, juga tak di pungkiri dia merasa senang, mendengar apa yang baru saja di sampaikan oleh Fatir.

"Tentu sayang, maafkan mas ya" Fatir segera mencium kening Reina mesra.

Fatir mulai mengetik pesan ke nomer Vania.

'Vania sebelumnya aku minta maaf sama kamu, hubungan kita harus berakhir. Aku sudah menikah. Aku sadar hubungan kita ini salah. Jadi mari kita akhiri semuanya, maafkan aku Vania aku memilih istriku, Reina'

Setelah mengetik kan pesan singkat itu, Fatir langsung memblokir nomer Vania. Dan semua yang berhubungan dengan Vania, di depan Reina sang istri yang sudah berkaca kaca.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!