Episode 19

"Alhamdulillah, terimakasih untuk makan malam yang istimewa dan enak ini. Terimakasih ya nak Reina, sudah cape cape memasak untuk kami" ucap Pak Januar.

"Sama sama om" senyum cerah Reina menambah ke canti kan nya.

Mereka telah selesai makan malam bersama, dan saat ini tengah duduk santai di ruang keluarga Pak Rudi.

"Makasih lo Jeng Na sudah ngundang kami, jadi bisa ngerasain enaknya masakan mantunya Jeng Na." ucap Bu Santi.

"Iya Jeng Santi, terimakasih juga sudah mau makan malam di rumah kami" ucap Bu Aina.

Kedua keluarga itu pun berbincang bincang hangat. Hingga cukup larut, keluarga Pak Januar pamit pulang. Dan setelahnya mereka memilih untuk kembali ke kamar, mengistirahatkan diri yang sudah lelah seharian beraktifitas.

Saat berada di kamar berdua dengan sang istri, Fatir dengan antusias dan sumringah mendengarkan celotehan Reina. Yang tengah menceritakan kegiatannya di Butik, bersama Bu Aina. Dan perihal dia yang telah di percaya, untuk mengelola butik tersebut.

"Alhamdulillah sayang kalo butiknya rame, kamu yang semangat ya. Semoga rezeki di butik yang kamu pegang lancar, aku yakin istriku ini dapat di andalkan" yakin Fatir sambil mencium tangan Reina yang tengah ia genggam.

"Aamiin mas, bismillah ya" Reina tersenyum sumringah mendengar sang suami mendukung, apa yang tengah ia kerjakan.

"Sayang, ada yang mau mas katakan. Mas tidak mau ada yang di sembunyikan di antara kita" tiba tiba Fatir terlihat cukup serius.

"Ada apa mas, apa ada masalah" Reina terlihat penasaran.

"Tadi siang aku, papa, om Januar, dan Dafa, meeting di restaurant Raung. Setelah kami selesai meeting, mas melihat di sana ada Vania. Yang terlihat tengah mengawasi mas dari jauh, maka dari itu mas menghampirinya. Mas tau Vania itu tipikal orang yang cukup nekat. Benar saja, saat mas menghampirinya dia marah pada mas dan tidak mau, mas memutuskan hubungan dengan dia. Mas dengan tegas menolak, karena mas sekarang adalah suamimu. Dia terus meminta mas untuk tidak mengakhiri hubungan, mas tidak mau. Saat mas akan meninggalkannya, dia pingsan. Jadi mau tidak mau mas membawanya pulang ke apartementnya, bagaimana pun mas tidak tega. Tapi, mas sudah menegaskan bahwa mas, tidak akan kembali berhubungan dengan Vania. Mas takut, dia akan melakukan sesuatu yang nekat, sayang" jelas Fatir panjang lebar, menceritakan kejadian tadi siang bersama mantan kekasihnya itu.

"Sampai seperti itu mas. Mungkin Vania itu, masih merasa syok, dengan keputusan yang mas ambil secara tiba tiba. Aku juga wanita mas, jadi sedikit banyak, aku tau perasaan Vania itu pasti hancur sekarang. Tapi, mau bagaimana pun memang hubungan mas dan Vania itu terlarang. Jadi sudah benar, jika mas memutuskan hubungan dengannya, biarkan dia mendapatkan cinta dari laki laki lain, yang belum memiliki pasangan" terang Reina.

"Kamu benar sayang, mas sudah meminta dia untuk melupakan mas. Di luar sana masih banyak laki laki yang baik, yang bisa dia jadikan pasangan" ucap Fatir.

"Iya Mas"

"Sayang, ini sudah larut. Kita istirahat saja ya, semoga besok ada hal baik yang menyambut kita. Dan semoga rumah tangga kita, akan selalu baik baik saja, aamiin" ucap Fatir.

"Aamiin Mas"

Keduanya pun berpelukan, Reina tertidur pulas dalam dekapan hangat Fatir. Begitupun dengan Fatir juga sudah terlelap.

Sementara Vania yang tengah frustasi itu, memilih melampiaskan kemarahannya, dengan mengunjungi tempat hiburan malam.

"Tambah lagi satu, minumannya" ucap Vania yang sudah terlihat mabuk, dia tetap saja memesan minuman dengan dosis alkohol yang cukup tinggi.

"Berani beraninya dia mencampakan aku seperti ini. Lihat saja, aku akan membuatnya bertekuk lutut di kaki ku" racau Vania sambil terus menenggak minuman beralkohol.

"Wah nona, sendirian saja, kenapa kau mabuk sampai seperti ini" seorang pria asing yang tadinya tengah asik berjoget, tiba tiba saja menghampiri Vania yang sudah mabuk berat.

"Siapa kau hah" racau Vania.

"Aku Arjun, haha kalau tak kuat minum jangan di lanjutkan. Itu akan berbahaya untuk gadis kecil seperti mu" ucap Arjun.

"Perset*n, semua laki laki brengs*k seperti kalian. Hanya lah membual, berbohong seolah olah cinta. Padahal bisa meninggalkan kapan saja, dan mencampakkan wanita yang selama ini menemani. Haha.." racau Vania hingga lelehan air mata, kembali membasahi pipi gadis muda itu, meski ia tertawa sekalipun.

"Ah, rupanya kau wanita yang sedang patah hati. Kasian sekali, bagaimana kalau aku menghiburmu. Agar kau tidak bersedih lagi" ucap Arjun.

Vania sudah pingsan akibat mabuk, Arjun dengan segera membopong tubuh Vania yang pingsan itu. Dan segera membawanya keluar dari tempat hiburan malam. Arjun membawa Vania ke apartement miliknya.

Dengan hati hati, ia membaringkan tubuh Vania di ranjang.

"Kasian sekali wanita ini, dia patah hati. Tapi, memilih jalan yang salah, merusak diri sendiri. Hah, andai kau benar benar bertemu orang brengs*k tadi. Nasib malang akan menghampirimu nona, nah sekarang beristirahatlah" ucap Arjun yang simpati dengan kondisi Vania yang kalut. Arjun segera keluar dari kamar itu.

Saat hendak keluar, tangan Arjun justru di tarik oleh Vania. Dengan tanpa aba aba Vania membuat Arjun, yang tidak siap itu terjatuh di ranjang. Vania langsung memeluk Arjun erat, dan mencoba menciumnya.

"Nona apa yang kau lakukan ini, cepat lepaskan aku" ucap Arjun dengan tegas.

"Tidak, kamu harus menjadi milik ku mas. Kamu harus menjadi milik ku" teriak Vania dengan brutal dia mulai menyerang Arjun, di titik titik sensitif pria itu.

Bagaimana pun Arjun adalah seorang pria normal. Justru aneh, jika dia tak bereaksi atas perlakuan Vania, yang memang sudah di luar batas.

"Nona ini semua adalah kemauanmu, kamu yang memulainya duluan. Jangan menyesalinya, karena kamu sendiri yang memancing ku" dengan serak tertahan Arjun berkata.

Dan terjadilah hal yang sebenarnya, sama sekali tidak di inginkan oleh kedua belah pihak itu. Hubungan yang seharusnya hanya boleh di lakukan, oleh pasangan yang sudah sah menikah.

Tapi, mereka melakukan hal itu malam ini, dengan penuh gairah, berbagi peluh satu sama lain. Padahal sama sekali tidak saling mengenal satu sama lain. Begitu alkohol dapat menghilangkan akal manusia, dan godaan wanita itu sangat sulit untuk di tepis bagi pria yang tak kuat iman.

Sudah dapat di pastikan, kejadian malam ini akan membuat keduanya, menyesal di kemudian hari. Apa mau di kata nasi sudah menjadi bubur.

"Maafkan aku, nona" ucap Arjun setelah keduanya telah melakukan pelepasan bersama sama. Dengan lelah ia pun segera terlelap, sambil mendekap Vania. Yang sama sama tanpa memakai sehelai benang pun itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!