ISTRI YANG DI BUANG
Di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, namun memiliki halaman yang cukup luas. Dengan tanaman bunga juga beberapa pepohonan yang rindang, indah menyejukkan mata.
"Pagi Bu, hari ini kita mau masak apa Bu" tanya Reina pada sang Ibu.
"Bapak pengen soto sayang, kita buat soto saja ya" ucap Bu Sulis.
"Iya Bu" balas Reina.
Tanpa menunggu lama keduanya pun telah berkutat di dapur, saling bantu membuat hidangan soto untuk sarapan pagi ini. Aroma harum kuah soto benar benar menggugah selera, membuat perut langsung merintih minta di isi makanan.
"Wah Bu, sayang, aromanya enak sekali. Jadi masak soto ya, wis bapak jadi lapar" ucap Pak Wardi sambil mengelus perut buncitnya.
Tadinya Pak Wardi sedang di samping rumah. Disana ada sebuah gubuk kecil, tempat menyimpan pupuk yang akan di bawa ke sawah nanti. Pak Wardi sedang mengecek pupuk nya itu, sebelum akhirnya terlena dengan sedapnya aroma kuah soto.
"Bapak sebaiknya bebersih dulu, ini sebentar lagi selesai" sahut Bu sulis dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah ayunya.
" Iya Pak, nanti aku tata in juga dulu ini di meja makan" timpal Reina.
"Iya sudah Bu, Sayang, Bapak mandi dulu. Terimakasih ya sudah di buatkan soto nya hehe" jawab Bapak berlalu sambil tertawa senang.
"Bapak ada ada saja ya sayang, kalo sudah kepingin, begitu dibuatin langsung senang begitu" gurau Bu sulis.
" Haha iya Bu sama kayak kita" ucap Reina keduanya pun tersenyum.
Dengan cekatan keduanya menyiapkan makanan itu, hingga tepat setelah bapak selesai. Sarapan pagi sudah siap di meja makan.
"Bapak mari sarapan" ajak Bu Sulis.
"Iya Bu" sahut Pak Wardi, langsung duduk di meja makan.
Bu sulis dengan cekatan mengambilkan makanan untuk sang suami, baru setelah itu dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Reina pun begitu, menunggu kedua orang tuanya mengambil makanan selesai, baru dia mengambil makanannya.
"Alhamdulillah hari ini masih di kasih nikmat sehat, dan makanan yang enak. Sebelum makan kita berdoa dulu" ucap Bapak memimpi doa sarapan pagi itu.
Mereka bertiga mulai menyantap sarapan dengan hikmat, tanpa ada pembicaraan apapun. Setelah selesai makan dan minum air putih, ucapan hamdallah tak luput dari mulut mereka, rasa syukur akan nikmat rezeki hari ini.
"Terimakasih ya Bu, sayang, sudah memasak makanan enak untuk sarapan kita pagi ini" ucap Pak Wardi, tersenyum.
"Sama sama bapak" sahut keduanya tersenyum.
"Pak, ibu sudah menyiapkan bekal di rantang, juga air buat bekal bapak di sawah nanti" ucap Bu Sulis.
"Iya Bu terimakasih" sahut Pak Wardi.
Bu sulis dan Reina segera membereskan meja kotor dan mencuci piring. Sementara Bapak mulai bersiap siap hendak ke sawah.
"Bu, Sayang bapak berangkat ke sawah dulu ya, Assalammualaikum wr wb." Pamit Pak Wardi pada istri dan anaknyam
"Iya Pak, hati hati di jalan wa'alaikum salam wr wb." ucap Bu Sulis dan Reina bersamaan.
Pak Wardi pun berangkat ke sawah menggunakan sepeda motor dengan membonceng dua sak pupuk di belakang. Sementara Bu Sulis dan Reina kembali masuk ke rumah. Untuk menyelesaikan pekerjaan rumah mereka bersama sama.
Keseharian yang seperti ini membuat keluarga Reina harmonis, hampir tak terdengar cek cok antara kedua orang tuanya itu. Bagaimana Ibu dan Bapak nya saling menghormati, dan lembut, penuh kasih. Ia berharap suatu saat nanti, bisa mendapat pasangan hidup seperti sang Bapak.
Tanpa terasa hari sudah sore, matahari senja terlihat indah di ufuk barat, apalagi dengan latar bukit Rengganis yang indah. Suasana sore itu asri dengan angin sepoy sepoy. Bu Sulis dan Reina sedang menunggu kepulangan Bapak di teras rumah.
"Assalammualaikum wr wb. Bapak pulang" ucap Pak Wardi setelah memarkirkan motornya.
"Wa'alaikum salam wr wb."ucap Bu Sulis dan Reina bersamaan.
"Alhamdulillah Bapak sudah pulang" ucap Reina.
"Bapak bebersih dulu ke belakang ya ibu sudah siapkan air" ucap Bu Sulis.
"Iya sayang, terimakasih bu. Bapak ke belakang dulu" ucap Pak Wardi.
"Iya pak"
Sementara Pak Wardi membersihkan diri. Bu Sulis membersihkan rantang bekal makan bapak, yang tentu saja sudah ludes habis di makan. Melihat itu Bu Sulis senang, sang suami selalu lahap dan menghabiskan apapun yang ia masak. Membuat Bu Sulis menjadi lebih gemar memasak, berbagai hidangan untuk sang suami dan putri tersayangnya.
Makan malam pun tiba, kembali dengan hikmat ketiganya memakan lalapan Ayam penyet buatan Bu sulis dan Reina. Tentu dengan sayur mayur yang segar, juga sambal terasi yang pas dan enak, menambah nikmatnya makan malam itu.
"Alhamdulillah, makanannya enak sekali, terimakasih ya Bu, sayang" ucap Pak Wardi.
"Iya Pak. Alhamdulillah" sahut keduanya.
Mereka berbincang bertiga di ruang tamu sambil menonton televisi, senda gurau terdengar di ruang keluarga itu. Diam diam Reina berdoa agar keluarganya selalu bahagia. Dia sungguh merasa bersyukur mempunyai Pak Wardi dan Bu Sulis sebagai orang tuanya.
Semakin larut mereka memutuskan untuk beristirahat tampa tau akan ada musibah yang menimpa mereka.
Tepat pukul 3.00 dini hari waktu setempat, tiba tiba muncul percikan api di salah satu kabel colokan di rumah itu, hingga melebar dan menjadi kobaran api yang besar. Sedikit demi sedikit melahap kediaman Reina.
"Uhuk uhuk.. Asap apa ini uhuk.." Reina terbangun karena asap tebal yang memasuki kamarnya membuat nafasnya sesak, juga hawa panas yang menganggu itu membuatnya segera terbangun.
Reina keluar kamar dan mendapati rumahnya kebakaran.
"Astagfirullah hal azim, kebakaran. BAPAK, IBU KEBAKARAN. TOLONG TOLONG UHUK.. UHUK.. TOLONG" Reina langsung berteriak histeris ingin menuju kamar kedua orang tuanya, namun api yang membesar menghalanginya. Juga kayu balok dari atap rumahnya yang jatuh menjadi penghalang jalan.
"IBU, BAPAK. Uhuk..uhuk.. IBU BAPAK.. TOLONG TOLONG.. KEBAKARAN" Reina terus berteriak histeris, hingga tiba tiba tanganya di tarik oleh seorang tetangganya. Yang berusaha menyelamatkan nya, dengan kain basah yang ada di kepala, keduanya pun keluar dari rumah.
"Uhuk.. Uhuk...
"Ya Allah Reina, bawa sini pak. Minum dulu nak minum" ucap Ibu ibu yang langsung mengamankan Reina yang terbatuk batuk parah. Dan segera memberinya air juga handuk basah.
"Tolong, uhuk.. Bapak Ibu saya masih di dalam tolong" histeris lah Reina melihat rumahnya yang hampir habis terbakar. Ibu ibu mencoba menenangkan Reina, yang kemudian pingsan. Segeralah mereka membopong Reina masuk ke salah satu rumah warga yang agak jauh dari rumah Reina.
Para warga dengan sekuat tenaga mencoba memadamkan kobaran api. Hingga satu jam kemudian api berhasil di padamkan, namun sayangnya hampir 70% rumah Reina habis terbakar.
"Innalilahi wa innalilahi rojiun..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Soraya
Assalamu'alaikum baru mampir thor
2024-03-07
1
Selviana
Aku sudah mampir nih kak.Jangan lupa mampir di karya aku yang berjudul ( Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
2024-02-07
1